Namun kini Jogja Nan Nyaman mulai terancam, beberapa waktu setelah pengelanaan kecil kini saya kembali ke kota ini. Takjub sekaligus kaget melihat wajah Jogja yang berubah dengan drastisnya. Perkembangan yang pesat menjadikan Jogja menjadi sebuah kota kecil yang maju. Investor mulai berduyung-duyung, pembangunan mall, hotel yang selayaknya perlu pengendalian. Tak kalah perkembangan sektor pariwisata menjadikan Jogja kota yang tak pernah sepi di hari libur khususnya.
Kesemrawutan tidak hanya terjadi disana bukan hanya penduduk yang bertambah karena adanya pendatang namun juga pertambahan kendaraan yang semakin tak terkendali. Sedangkan panjang jalan yang ada tidak bertambah berbanding lurus dengan pertumbuhan kendaraan. Hasilnya titik-titik rawan kemacetan mulai bermunculan. Bahkan Dinas Perhubungan DIY sendiri telah menetapkan 7 titik kemacetan di Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta (APY). APY sendiri meliputi Kota Yogyakarta serta sebagian wilayah Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul yang berbatasan dengan Kota Yogyakarta dan mempunyai pertumbuhan pesat khususnya fisik kekotaan. Permasalahan ini harus segera diurai mengingat ke depan diperkirakan perkembangan Jogja akan semakin pesat.
Bentuk usaha mengurai kemacetan sudah mulai dikerahkan. Adanya rekayasa manajemen  lalu lintas mulai dirumuskan berbagai pihak. Salah satu yang menjadi sorotan adalah penguraian kemacetan di Kawasan Terban. Kawasan ini meliputi Jalan C Simanjuntak, Soedirman, Cik Ditiro, serta Prof. Yohanes. Rencana rekayasa manajemen lalu lintas telah dilakukan pada tahap sosialisasi. Rencananya dua ruas jalan yakni Jl C Simanjutak dan Jl Prof. Yohanes akan diberlakukan satu arah dengan metode contra flow, Jl C Simanjuntak ke arah selatan sedang Jl Prof. Yohanes ke arah utara. Jl Cik Ditiro sendiri difungsikan sebagai jalur sirkulasi. Usaha ini pantas diapresiasi mengingat kondisi Kawasan tersebut sangat ramai. Pertumbuhan kendaraan, munculnya pertokooan dan layanan dagang dan jasa di kawasan sertebut memicu semakin semrawutnya kondisi lalu lintas. Hal tersebut tidak dibarengi dengan penyediaan parkir yang memadai. Akibatnya banyak kendaraan yang parkir di badan jalan yang memotong hak pengguna jalan lain.
Rekayasa lalu lintas merupakan salah satu solusi yang dapat dilakukan pada jangka pendek. Namun perkembangan Jogja yang terus pesat memerlukan solusi yang lebih mengena  tidak hanya pada satu titik namun dapat berdampak secara menyeluruh. Ke depan mau tidak mau isu public transport harus tetap dibenahi. Menyediakan angkutan yang layak bagi masyarakat sehingga tingkat preferensi menggunakan angkutan umum meningkat. Selain itu perlu adanya pembatasan bus-bus pariwisata dengan ukuran super jumbo masuk ke dalam kota. Sumbangsih bus-bus ini terhadap kemacetan khususnya saat liburan cukup besar. Diharapkan pembatasan ini dapat mengurangi kepadatan lalu lintas yang ada. Dengan demikian Jalanan Jogja yang nyaman akan terus dirindukan. :) nh.15 0814
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H