"Dari nada bicaramu, kelihatan kamu sangat mencintainya. Kamu memang baik, Na. Sudah sepantasnya mendapatkan yang baik juga."
"Aku harap juga begitu, Â tapi kita sudah terlalu lama membicarakan tentang masa lalu dan kebaikan kekasih baruku. Aku harus pulang dan..."
"Kita bisa ketemu lagi kapan-kapan kan Na?"
Dia memotong kalimatku dan memohon. Aku mencoba menatap mata itu. Sendu. Ah kau! Masih sama seperti yang dulu. Aku menghela nafas perlahan, mencoba menguatkan. Karena jika boleh jujur perasaan sakit dan kecewa itu masih ada. Meskipun datangnya suka tiba-tiba.Â
"Jika kita sering ketemu, kekasihku pasti cemburu. Aku pergi, permisi!"
Aku segera bergegas meninggalkan dia. Langkah kakiku sengaja kupercepat karena tidak ingin terlihat bahwa aku masih sangat kecewa padanya. Biasanya dia akan memohon sambil berlutut. Aku tidak ingin hal itu terjadi. Memalukan saja! Yeah, dia kekasihku dulu, dia lah sang mantan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H