Kalau saja dari awal pembangunan konsep kota sudah memikirkan alat transportasi bagi kehidupan warga pasti tidak akan kacau balau begini. Rakyat Indonesia setelah berita rencana sampai benar direalisasikannya kenaikan harga BBM bersubsidi serentak berteriak. Sejumlah aktivis melakukan demo, masyarakat banyak yang tidak setuju tapi apa ada keputusan pemerintah dengan dalih subsidi bbm telah salah sasaran. Selain harga sayuran dan berbagai kebutuhan naik, tidak ketinggalan tarif angkot.
Bagaimana agar angkot dan penggunanya sama-sama tidak merasa terbebani dengan tarif yang belum diputuskan pemerintah ini. Padahal sudah hampir dua minggu tapi baru mau diajukan ke DPR, padahal para sopir angkot sudah bisa dibilang harus tekor karena menanggung biaya beli bensin yang sudah tidak disubsidi.
Saya pribadi sebagai pengguna angkot merasa keberatan pastinya untuk membayar biaya angkot dengan kenaikan hampir 50%, apalagi herannya untuk pelajar mereka dikenakan biaya 2000 itu berat lho..
Andai saja pemerintah mau mensubsidi angkot mungkin kita semua sebagai warga bisa beralih ke angkot dan meninggalkan kendaraan pribadi, tapi pastinya dengan subsidi itu pemerintah harus tegas, misalnya para sopir angkot harus resmi mempunyai kartu anggota bukan sopir tembak, mungkin ada sim khusus angkot juga atau sertifikat juga boleh. keadaan mobil angkutan pun juga mesti layak digunakan. Dana subsidi bisa diambil dari pendapatan pajak atau retribusi, atau memangkas anggaran anggota DPR itu para wakil rakyat yang pasti sudah tidak pernah naik angkot itu.
Subsidi bisa digunakan untuk mencukupi biaya penggunaan bensin, kesejahteraan sopir angkot pula. Siapa tahu dengan begitu tidak akan ugal-ugalan lagi demi setoran.
Pada beberapa lalu kita dikejutkan dengan beberapa kejahatan dalam angkutan umum, itu juga mengurangi peminat untuk naik angkot, kadang pula diangkot masih ada tindak kejahatan seperti pencopetan hingga pelecehan seksual. Selain tidak aman angkot pun sudah sepi penumpang, bila harus penuh itupun harus merugikan penumpang lain yaitu mesti membuang waktu hanya untuk "ngetem". Kadang pula sopir angkot saling melecehkan pengguna jalan lainya, sudah ugal-ugalan dijalan demi setoran dan membahayakan penumpang. Rata-rata mobil angkot tu kan mobil Carry yang ringan bila dikemudikan kencang memungkinkan mental penumpangnya.
Mungkin sudah hitam sekali catatannya tentang angkot,tapi masih bisa diputihkan bila ada kerjasama pemerintah dan masyarakat.
Mesti banyak pengaturan dari awal pastinya, dan itu sudah pasti akan sulit apalagi tingkat moral di kota besar khususnya Jakarta ini sudah minim ahlak, saya juga ngeri membayanginya.
Tapi bila peraturan itu ditindak tegas baik di dalam catatan hitam di atas putih maupun praktek di lapangannya. Pasti akan menjadi kota yang asyik dan nyaman pastinya, punya layanan moda transportasi yang aman dan memasyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H