Saya mengenal sekalimasa kecilnya. Juga kiprahnya setelah remaja. Setelahlulus SMA dan memutuskan untuk berhijab,saya agak kaget juga. Rasanya tidak mungkin. Tidak terlihat "Alim". Padahal,masya Allah,siapakah yang dapat membolak balikkan hati manusia ?Dan siapa pula yang memberikan hidayah bagi manusia ?
Mengapa mudah sekali saya menghakimi seseorang dari luarnya? Walaupun sepupu ini, saya kenal dari kecil. Tapi ada suatu masa yang pastinya tidak saya ketahui juga, bagaimana adik kecil ini melewati kehidupannya setiap hari secara detil. Tapi itulah saya, dulu selalu membuat persepsi yang umum. Yang tersirat saja.
Adik sepupu ini, mulai berhijab di tahun 1998. Ditahun itu menurut saya, masih jarang seorang model catwalk yang memutuskan berhijab. Meninggalkan dunia yang sempet dia sukai sejak masih SD. Saya masih ingat sekali, waktu itu sedang kumpul saat Lebaran. Kami terkejut. Pada tahun itu sepupu dari keluarga ibu saya masih jarang yang berhijab. Dan mengetahui adik sepupu kami berhijab lebih dulu,membuatkami terutama saya bergetar hati karena malu.
Ketika saya tanyakan alasannya, “Kenapa neng mulai pakai kerudung ?” Neng, malu Teh. Aurat nya bebas dilihat orang. Sederhana. Tapi itu inti dari seorang muslimah berhijab kan ?. Menutup aurat . Mengapa saya kaget ? Karena saat itu saya merasa ibadah hariannya adik ini masih bolong bolong.Tidak percaya akan terucap hal ini dari bibirnya. Ternyata saya salah.
Entah mengapa saya mulai terusik. Mengapa saya belum berhijab?. Masih berkecamuk dikepala, berbagai alasan. Yang paling utama adalah karena saat itu saya masih bekerja diperusahaan swasta. Dan saya seorang Sekretaris Direksi. Di tahun itu masih sangat jarang untuk profesi seorang Sekretaris Direksi menggunakan hijab.Dulu penampilan untuk seorang Sekretaris Direksi itu amat diperhitungkan.
Bimbang rasanya untuk memutuskan berhijab. Kekhawatiran akan kehilangan pekerjaan. Hampir satu tahun belum juga ada keputusan. Sampai suatu saat saya mengikuti sebuatpesantren kilat di Bandung, kebetulan pesertanya adalah para karyawan dan karyawati. Saat muhasabah dilaksanakan, amat berkesan di hati. Meneguhkan hati untuk segera berhijab,resiko harus diambil. Bismillah.
Jika sepupu saya saja berani ambil resiko untuk melepaskan profesi yang digelutinya, kenapa saya takut? Bukankah yang memberikan rezeki itu Allah? Apakah karena berhijab lantas saya tidak dapat professional dalam pekerjaan ? Mengapa saya harus takut ?
Diawal tahun 2000 saya meneguhkan hati, selepas cuti akhir tahun saya mulai berhijab. Ternyata kekhawatiran saya sama sekali tidak terbukti. Pimpinan dan teman teman kantor semua mendukung. Tidak mempersoalkan soal hijab.
Bagaimana dengan adik sepupu saya saat ini? Ternyata karena berhijab pulalah maka dia mendapatkan berbagai kesempatan yang berkaitan dengan dunia fashion. Dunia yang dia sukai dulu. Allah maha mengetahui apa yang terbaik untuk hamba Nya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H