Sering dengar kan? Jika seorang teman baru merayakan ulang tahunnya yang ke 40. Beberapa langsung mengucapkanCongrats, Life begins at 40!.Entah sambil serius atau sambil becanda. Saya selalu bertanya ada apa dengan umur 40? Tidak ada jawaban yang cukup memuaskan.Sampai suatu waktu berbincang santai dengan Bapak saya. Obrolan ringan ngalor ngidul yang kadang sarat makna. Pembicaraan sampai pada topik mengenai ini. Jawaban Bapak membuat saya sedikit termenung, waktu itu umur sayamasih 38 tahun, tapi saya sudah tertarik.
Bapak katakan bahwa diumur40 ini jika kita sudah menetapkan tujuan diri untuk menjadi manusia yang baik, maka Insya Allah akan selalu ada jalan berikutnya untuk terusmenjadi lebih baik. Namun berlaku sebaliknya. Saya berargumen lama dengan Bapak. Terutamasoal hidayah,menurut saya bisa saja seseorang berubah bila Allah menghendaki. Namun menurut beliau hidayah itu harus dicari. Karenadiusia ini manusia secara teori dianggap dewasadan matang secara emosi.Berbagai kejadian pentingdalam hidup seyogyanyasarat makna.Jika seseorang serius memaknai hidupnya, maka sebagian pelajaran hidup sudah dipelajarinya.
Bagaimana dengan perempuan masa kini ?
Saya belum pernah melakukan penelitianyang lebih detil. Hanya berdasar pengalamandiri dan curhat teman semata.Beberapa teman yang mendedikasikan sebagian hidupnya untuk berkarir, diumur ini sudah mendapat posisi cemerlang. Selangkah lagi beberapa malah sudah dapat memimpin sebuah perusahaan. Pun demikian beberapa teman yang memutuskan untuk berkarir di rumah, sudah pada posisi nyaman dengan segala tetek bengek urusan domestik.
Apakah urusan menjadi selesai ? Tentu saja tidak he he. Ini yang menariknya, diumur ini beberapa kawanmulai menyukai tantangan dan uji nyali. Sesuai dengan kapasitas dan kemampuan tentunya. Untuk yang berkarir, akan diambilnya tantanganuntuk posisi yang lebih tinggi. Resiko mulai diperhitungkan, kesempatan yang hanya datang sekali menjadi pertimbangan. Strategi SWAT dijalankan. Dan ternyatahasil yang didapat amatbergantungpada kematangan dan kedewasaan masing masing individu.
Beberapa kawan mulai terpikirkan untuk memberi ruang lebih luas pada kegiatan sosial, yang berdampak pada seberapa besar manfaat kita untuk sekitar. Hal yang ini amat menarik untuk saya. Beberapa tokoh perempuan menjadi inspirasi. Sebaik baiknya hidup adalah bila bermanfaat bagi orang lain.
Sampai disini pendapat Bapak saya ada benarnya. Selain dari sisi yang baik. Saya juga menemukan kenyataan beberapa kawan yang meski umur sudah melewati 40 tahun. Namun masih amat bimbang dan ragu akan tujuan hidupnya. Kebingungan akan eksistensi dan jati diri. Sehingga jangankan bermanfaat bagi sekitar. Tapi menjadikan beban bagi sekitar. Rupanya tekanan untuk eksistensi diri sangat tinggi sementara kemampuan kurang mumpuni. Dengan kata lain galau melanda.
Apakah diumur 40 tidak boleh galau ? Sah saja, namanya juga manusia. Proses pencarian jati diri tidak berhenti pada hitungan umur. Namun saran saya kalau bisa galau yang terukur. Jika ragu dan kebimbangan melanda segera alihkan pada hal positif dan manfaat pada sekitar. Ketika hati tak menentu dan beban berat sekali dipikul segera datangi Sang Maha Pencipta, mintalah “penenang” dari Nya.
Paksa diri untuk selalu bersyukur karena diberikan kesempatan untuk melewati umur 40. Yang telah berkeluarga tentunya amat nikmat hidup ada teman berbagi. Jika sudah memiliki putra dan putri bersyukurlah karena diberi kesempatanuntuk mendidik dan mengasuhnya.Yang telah memiliki karir cemerlang di kantor tentunya menjadi kebahagian tersendiri dapat terus berkarya. Begitupun yang memutuskan untuk berkarir di rumah, sungguh nikmatnya menjadi seorang “manager”. Semoga keberkahan akan selalu dilimpahkan bagi umat Nya yang pandai bersyukur.
Selamat Ulang Tahun untuk teman teman kelahiran tahun 1974. Muaaachh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H