Mohon tunggu...
Bunda Nurhayati
Bunda Nurhayati Mohon Tunggu... Administrasi - Pengajar, Penulis, Pengarang, Motivator

Pengajar, Pengarang, Penulis, dan Motivator

Selanjutnya

Tutup

Diary

Untung Sedang Berpihak, Rezeki Tak Dapat Ditolak

22 Juli 2024   14:13 Diperbarui: 22 Juli 2024   17:51 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Assalamualaikum bunda, apakah jam 1 siang nanti bunda ada di rumah?
Saya ingin mengirimkan menu buka puasa lewat gosend...
" Alhamdulillah, nak. Walau bunda belum di rumah, pintu rumah bunda selalu terbuka untuk gosend yang datang.
Terutama jika itu pempek ikan gabus atau pempek ikan seluang, hmmm, sedap sekali."

Terlebih lagi, pempek tersebut dibuat langsung oleh tangan murid terbaikku dari tahun 1993 yang lalu.
Namamu selalu istimewa di hatiku.
"Terima kasih ya... Semoga barakah selalu menyertaimu, sehat dan bahagia selalu hidupmu. Aamiin."

Dewi tersenyum sambil membaca pesan di ponselnya. Betapa bahagianya dia mendengar kabar dari murid kesayangannya yang kini sudah sukses dan selalu mengingatnya. Kenangan dari masa lalu tiba-tiba terlintas di pikirannya, saat dia masih mengajar di sekolah menengah atas tempat muridnya dulu belajar. Murid itu, yang kini mengirim pesan padanya, selalu menonjol di antara yang lain. Ia rajin, sopan, dan selalu berusaha memberikan yang terbaik dalam setiap tugas yang diberikan.

Tak terasa, waktu sudah berlalu begitu cepat. Anak SMA yang dulu sering datang ke rumah untuk belajar dan berbincang, kini sudah menjadi sosok yang dewasa dan sukses. Dewi bangga, sangat bangga. Pempek ikan gabus dan ikan seluang yang dijanjikan muridnya itu membuatnya semakin terharu. Itu bukan sekadar makanan, tapi simbol dari kasih sayang dan perhatian yang tulus.

Dewi segera merespon pesan tersebut dengan hangat. "Nak, bunda akan memastikan ada di rumah jam satu nanti. Bunda sangat senang dan terharu dengan perhatianmu. Terima kasih banyak, ya. Semoga Allah selalu memberikan berkah dalam hidupmu. Aamiin."

Sambil menunggu waktu menunjukkan pukul satu, Dewi tidak bisa berhenti tersenyum. Ia teringat saat pertama kali mengajarkan cara membuat pempek kepada muridnya tersebut. Waktu itu, mereka baru saja menyelesaikan pelajaran prakarya, dan Dewi ingin memberikan pengalaman praktis yang menyenangkan. Siapa sangka, pelajaran sederhana itu akan membekas dan diingat hingga kini.

Ketika jam sudah menunjukkan pukul satu, bel rumah berbunyi. Dewi segera menuju pintu dan menyambut kurir gosend yang membawa kotak berisi pempek. Aroma khas pempek langsung menguar saat Dewi membuka kotak tersebut.

"Luar biasa," gumamnya. Ia segera mengambil ponselnya dan mengirim pesan lagi kepada muridnya, "Nak, pempeknya sudah sampai. Rasanya masih sama enaknya seperti dulu. Terima kasih banyak. Semoga Allah membalas kebaikanmu dengan berlipat ganda."

Dewi menikmati setiap gigitan pempek itu dengan perasaan haru dan bangga. Hidup memang penuh kejutan, dan rejeki sering datang dari arah yang tak terduga. Betapa bahagianya dia, memiliki murid yang tak hanya pandai tetapi juga berhati mulia. Kehidupan memang indah ketika dipenuhi dengan rasa syukur dan kenangan manis.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun