Saya adalah seorang wali kelas di SMA Negeri 15 Palembang, yang biasa disebut SMA Libels. Awalnya, saya menerima postingan dari wakil Kepala Sekolah bagian pengembangan mutu SMA Libels di grup whatsapp wali kelas. Postingan tersebut berisi himbauan agar wali kelas menyampaikan dan mengajak siswanya ikut Kuis Ki Hajar Stem Daerah Sumsel Tahun 2023. Sebagai wali kelas X.1 pada saat itu, saya meneruskan dan mengarahkan informasi tersebut ke grup kelas dengan catatan jika berminat harap chat japri ke saya.Â
Mengajak Siswa ikut Kuis Ki Hajar Stem Daerah Sumsel Tahun 2023
Tidak mudah mengajak dan mengarahkan siswa untuk mengikuti suatu event yang bersifat akademik di sekolah tempat saya bertugas. Namun, saya berhasil mendapatkan respon pertama dari seorang siswi yang notabene memang tergolong aktif di kelas X.1. Segera saya membuat grup whatsapp dengan menambahkan siswi tersebut sebagai admin. Kami hanya dapat menggabungkan lima siswa/i saja. Total anggota grup menjadi tujuh orang, cukup untuk dua tim dan satu pembimbing.
Sebagai persiapan ki hajar basic stem nasional, kita berlatih mengerjakan soal-soal stem dua tahun terakhir. Pelatihan melalui daring dari web yang ada ataupun melalui video di channel you tube. Pelatihan ini kita lakoni dengan santai dan tanpa beban, karena beberapa soal bisa dijawab dengan mudah.
Menulis Esai sebagai Syarat Pendaftaran Stem Daerah Sumatera Selatan Tahun 2023
Saat saya meminta siswa untuk menulis esai sebagai syarat pendaftaran stem daerah Sumatera Selatan tahun 2023, saya mendapat respon yang tidak terduga. Siswa mengatakan bahwa mereka hanya ingin ikut seleksi stem nasional sebagai tim dan tidak sanggup membuat esai sebagai syarat pendaftaran stem daerah individual. Waktu pendaftaran hanya tinggal enam hari lagi, dengan persyaratan pertama harus unggah karya berupa esai sesuai ketentuan yang berlaku. Saya bertekad bahwa keenam siswa harus dapat menghasilkan esai sebagai syarat pendaftaran stem daerah Sumatera Selatan tahun 2023.
Mulailah saya berselancar mencari alternatif judul yang sesuai dengan tema yang disediakan. Setelah didapat, langsung dikirim ke grup whatsapp dengan caption "Ayo nak siapa yang mau memilih judul nomor 1, nomor 2, nomor 3, dan seterusnya". Alhamdulillah mendapat respon, satu siswa sudah berani mengambil satu judul.
Melalui arahan, motivasi, dan pembimbingan yang intens, dari siang sampai tengah malam berjibaku dengan draft esai yang harus kami selesaikan dalam waktu empat hari. Satu orang mengirim draft esainya di grup. Saya langsung merespon, "Alhamdulillah wasyukurillah, terima kasih nak atas kiriman esainya. Bagi yang belum mengirimkan, saya tunggu ya...". Ternyata cukup mujarab, terlihat respon dari beberapa siswa. "siap bunda, on proses; siap bunda, otw; siap bunda, boleh saya ganti judul". Sebagai pembimbing, saya tidak menyia-nyiakan respon tersebut. Gaskeun, istilah anak-anak sekarang. Kami bertujuh di grup tersebut tidak mengenal lagi siang atau malam. Tak terasa jarum jam berputar melampaui pukul 24, tanggal dan hari pun sudah berganti. Namun respon di grup whatsapp tetap bermunculan.Â
Menyelesaikan Esai dengan Keterbatasan Alat
Satu draft selesai, dilanjutkan review, revisi, unggah kembali di grup, dan langsung direview kembali. Begitu seterusnya, sehingga draft esai tersebut final setelah mengalami beberapa kali revisi, ada yang dua kali, tiga kali, bahkan empat kali. Akhirnya lima esai kami kirim dan submit di web panitia.Â
Tinggal satu lagi anggota grup yang belum menyelesaikan esainya. Anak ini tidak mempunyai laptop, beliau mengetik esai di handphone. Hasil review dari pembimbing dicetaknya, kemudian beliau coret-coret lagi revisinya di kertas tersebut dan dilanjutkan lagi diketik di handpone. Menyaksikan pemandangan tersebut ada yang menggores di hati, perasaan haru, bangga, berbaur jadi satu. Naluri keibuanku tergelitik, "Ayo nak, semangat...Dherin pasti bisa kataku sambil menepuk punggungnya". Spontan ia menjawab "iya bunda, harap sabar...ini adalah kali pertama saya menulis, apalagi esai"