PROLOG
   Kanaya duduk termenung seorang diri di sebuah kamar rumah sakit sembari menahan ngilu di perutnya.Â
   Sungguh tega kamu mas aku ini istrimu bukan babu mu. Kamu lebih mementingkan pekerjaan dibandingkan istrimu. Padahal aku ini sedang mengandung dan mempertaruhkan nyawaku. Kau tidak merasakan apa yang kurasakan.Â
    Suami Kanaya selalu berbuat sekehendak hatinya tanpa mendengarkan dan tak perduli dengan saran orang lain.
Bersambung ....
Page 1
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!