Mohon tunggu...
Nur Hasim
Nur Hasim Mohon Tunggu... -

ingin belajar dan berbagi yang positif sepanjang masa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mahalnya Demokrasi ala Pilkades

19 Maret 2014   16:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:45 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bulan depan di kampungku akan dilaksanakan pesta demokrasi untuk memilih kepala desa selama 5 tahun kedepan. Ada lima calon yang akan maju guna memperebutkan kursi kepemimpinan desa.  Dari kelima profile calon sepertinya menurut saya tidak ada yang representatif untuk memimpin desa ini. Di ibaratkan desa ini sedang sakit, sakitnya komplikasi dan sangat kronis. Idealnya yang jadi kepala desa harus mumpuni dalam hal wawasan tata warga dan tata negara.

Seorang teman sekolah saya semasa smp menurutku dulu adalah orang terkaya sekampung, tapi saat ini dia sepertinya terpuruk, hektaran sawah yang dulu dimiliki sekarang sudah berpindah pemilik. Katanya semua ludes ketika kakak iparnya dijagokan oleh bapaknya teman tersebut sebagai kades dan sempat menjabat dua kali pemilihan selama kurun waktu 10 th. Hal ini dapat diartikan bahwa modal di inves tidak kembali.

Sudah menjadi rahasia sekampung siapapun yang ingin jadi calon kades harus banyak sedekah kepada warga, bagi beras, uang, baju atau sarung pada pemilik suara. Biasanya para calon kades ini saling panas-panasan dalam hal berderma demi mendapatkan simpatik warga agar di pilih saat pilkades berlangsung.

Yang jadi saja gulung tikar, bagaimana kira-kira yang ga jadi ya...?

Ya inilah dunia politik ala Pilkades mau tidak mau, suka tidak suka kenyataan demikian. Pemikiran warga Pilkades adalah pesta rakyat, dapat undungan makan-makan yang enak-enak dari para calon kades, dari satu calon ke calon yang lain. Dapat pembagian sembako, baju dan sarung dari semua calon. Prinsip warga vokoke whareg (yang penting kenyang) calon yang memiliki kontribusi paling banyak kepada warga itulah yang bakal menduduki jabatan Kades.

Capek Deh......

Perubahan dimulai dari diri kita sendiri, kita jual suara untuk makan 5 hari belum tentu cukup. Akan tetapi meraka-mereka yang beli suara kita bisa makan 5 tahun lebih bahkan 5 turunan kali ya...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun