Mohon tunggu...
itz.seikha
itz.seikha Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa UIN KHAS Jember

Siti Nurhasanah mahasiswi Psikologi UIN KHAS Jember dengan IPK 3.74, bukan hanya cerdas tapi juga kreatif dan peduli. Di luar studinya, aktif dalam kegiatan organisasi seperti HMI dan menjadi konten kreatif di lembaga Unit Pengembangan Karir.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Korelasi Kemajuan Negara dan Kegabutan Masyarakat Indonesia

21 Juli 2022   23:45 Diperbarui: 21 Juli 2022   23:47 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Akhir-akhir ini buming tentang "Citayam Fashion Week" SCBD (Sudirman, Citayam, Bojong Gede, dan Depok), sejumlah remaja yang mengenakan pakaian fasionable yang berjalan berlenggak-lenggok di atas catwalk kawasan Sudirman, Jakarta. Sebagian remaja melakukan kegiatan penyaluran hobi dan entertainment. 

Bahkan banyak masyarakat Indonesia yang menggubris aktifitas remaja berasumsi seperti "Bocah sekarang banyak gaya gak ngeliat bapaknya banting tulang", pernyataan ini bisa saja asumtif, karena bisa multi faktor mengapa mereka seperti itu, 

{1.} Hal positif seperti ber-fashion adalah cara yang baik untuk mengpresikan diri, {2.} Nongkrong bisa jadi bentuk healing dan coping stress yang OK banget!, {3.} Soal pakain yang mereka pakai pun lewat ber-fashion secondhand dan barang bekas.

Indonesia yang menjadi peringkat satu termalas jalan kaki, menurut survei penelitian yang dilakukan Stanford University melalui pelacak pergerakan smartphone, sebagai negara paling malas berjalan kaki dan paling banyak aktifitasnya berfokus pada handphone, 

sebaiknya masyarakat Indonesia mengubah pola kehidupan agar menjadi lebih baik, karena jarangnya berolahraga seperti berjalan dapat mengakibatkan potensi terkena penyakit jantung meningkat, contoh kecil untuk pergi ke tempat yang jaraknya dekat saja banyak yang lebih memilih menggunakan sepeda motor, 

bahkan pengaruh digital juga memengaruhi contohnya dengan mudahnya mengakses makanan melalui aplikasi, tanpa perlu ke tempat penjual makanan tersebut, tinggal menunggu pesanan datang di rumah, terlihat lebih instan tapi di sisi lain hal ini juga membuat semakin malas untuk bergerak dikarenakan ada yang lebih instan.

Dari sini sudah jelas terlihat seandainya masyarakat sadar akan pola kehidupan yang buruk dirubah ke yang lebih baik, seperti remaja yang memanfaatkan secondhand atau membeli 'barang second', dampaknya positif banget, mulai dari lingkungan sampai ekonomi. 

Dibandingkan dengan tidak melakukan hal yang berguna dan hanya menggubris sesuatu yang memang tak biasa seperti yang dilakukan remaja 'citayam fashion walk'. Konsep yang sebaiknya diterapkan Indonesia " You do you, I do me" [kamu lakukan pekerjaanmu, aku lakukan pekerjaanku].

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun