Perjalanan saya sebagai seorang calon guru penggerak diawali dengan serangkaian tes dan seleksi yang lumayan panjang. Setelah sekian lama menunggu pada akhirnya panggilan diklat ini pun datang. Pada awalnya saya merasa cukup asing dengan program ini dan sempat ragu untuk mengikutinya mengingat program ini masih kalah popular dari pada program lainnya dilaksanakan dalam waktu yang relatif lebih singkat. Setelah menimbang dari beberapa aspek pada akhirnya saya memutuskan untuk mengikuti program ini dengan mengikuti alur seleksi yang diberikan.
Bukan hal yang mudah memulai program ini apalagi sebagian kegiatan dilakukan secara daring dengan fasilitator dan instruktur yang berada jauh di luar kota bahkan pulau. Dengan rekan satu kelas kami pun bertemu secara luring hanya pada saat lokakarya yang berlangsung secara luring dengan dipandu oleh pengajar praktik yang memberikan support yang luar biasa.
Pada awal materi kami disajkan materi pembuka dari modul pertama yang memaparkan bagaimana paradigma dan visi seorang guru penggerak. Dalam modul tersebut dibahas tentang refleksi filosofis dari Bapak Pendidikan nasional kita, Ki Hajar Dewantara.
 Pada materi tersebut saya diajak untuk melakukan refleksi i tentang hakikat pendidikan dan perjalanan panjang sejarah pendidikan di negara kita dengan bahasa yang lugas namun mudah difahami. Saya diingatkan kembali kepada tujuan utama penyelenggaraan pendidikan itu sendiri dan apa saja nilai-nilai dan peran seorang guru penggerak yang memiliki visi jauh ke depan yang  memberikan saya energi baru untuk terus memperbaiki diri dan bersemangat untuk memperbaiki kesalahan dan kekeliruan saya sebagai pemimpin pembelajaran yang tanpa sadar selama ini saya terapkan dalam kegiatan saya mengajar di kelas.
Peran dan nilai-nilai guru penggerak berkaitan dengan penerapan budaya positif dan nilai -- nilai kebajikan universal bukan hanya sebuah wacana namun menuntut untuk  pembuktian aksi nyata dalam kegiatan praktik pembelajaran yang berpihak pada murid.Â
Pada modul kedua ini seorang calon guru penggerak belajar untuk melakukan inovasi dan analisis bagaimana merancang sebuah pembelajaran yang bisa memenuhi kebutuhan belajar murid melalui pembelajaran berdiferensiasi dan menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran sosial emosional dimana seorang guru berusaha untuk mindfullnes dan mampu mengatur kemampuan sosial dan  emosionalnya dalam menghadapi segala permasalahan yang  dihadapi atau adanya siswa dan rekan kerja yang membutuhkan solusi dan pengambilan keputusan yang tepat  melalui kegiatan coaching sehingga bisa menemukan apa yang menjadi asset dan potensi dalam dirinya.Â
Pemahaman tentang coaching ini sangat membantu di saat guru menghadapi berbagai problem yang membutuhkan penanganan yang intens dan mendetail karena sebagai seorang pemimpin pembelajaran penting untuk memiliki rasa percaya diri dan keteguhan hati, menjunjung tinggi tanggung jawab namun tetap memiliki rasa kasih sayang dan welas asih yang akan mempengaruhi dalam setiap pengambilan keputusan yang dibuat. Hal ini senada dengan pembahasan di materi penutup yang mengupas tentang bagaimana menjadi seorang pemimpin pembelajaran untuk mengembangkan sekolah dengan menerapkan keputusan yang berbasis pada nilai-nlai kebajikan sebagai pemimpin.
Dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang pemimpin pembelajaran seorang guru juga akan dihadapkan dengan dua pilihan yang sulit, baik itu yang bersifat dilema etika maupun bujukan moral. Seorang guru harus jeli melihat sebuah permasalahan tersebut dengan mengidentifikasinya terlebih dahulu agar bisa mempertimbangkan langkah dan strategi apa yang akan diambil untuk menghadapi hal tersebut dengan menerapkan nilai-nilai yang dianut seorang pendidik serta mengelola aspek sosial dan emosionalnya agar bisa menghasilkan keputusan yang adil, bijkasana dan bisa diterima semua pihak terkait dengan bersiap menerima resiko yang mungkin dihadapi mengingat setiap keputusan yang diambil akan memberikan dampak bagi lingkungan sekitarnya.
Setelah mempelajari rangkaian modul yang luar biasa ini saya semakin sadar akan segala kekurangan saya selama ini seringkali menganggap mudah pengambilan sebuah keputusan tanpa mempertimbangkan dari segala aspek dan resiko yang dihadapi ke depannya.Â
Sebelumnya saya tidak pernah terpikir tentang beberapa aspek dalam pengambilan keputusan seperti apa saja paradigma dan  prinsip pengambilan keputusan dan bagaimana sebuah keputusan perlu diuji terlebih dahulu. Tentunya setelah saya cukup memahami materi tersebut saya akan berusaha secara bertahap belajar menerapkan hal tersebut. Walaupun tanpa disadari ada beberapa aspek yang sebenarnya sudah pernah dilakukan namun sifatnya secara kebetulan semata dan tidak direncanakan dan dipikirkan secara matang.
Hal ini tetu saja berdampak pada perubahan padadigma saya pada setiap pengambilan keputusan dimana dengan pengetahuan yang saya miliki saya tidak perlu tergesa-gesa mengambil langkah yang lebih sering bersifat emosional tanpa memikirkan efek jangka panjang dan aspek aspek yang perlu kita jadikan bahan pertimbangan.