Mohon tunggu...
Nurhasanah Nurhasanah
Nurhasanah Nurhasanah Mohon Tunggu... Guru - guru

hobi saya adalah menulis tentang dunia pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menciptakan Budaya Positif di Sekolah

17 Oktober 2023   15:28 Diperbarui: 17 Oktober 2023   15:46 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Budaya positif merupakan perwujudan dari nilai-nilai atau keyakinan universal yang diterapkan di sekolah. Budaya positif ini terdiri dari 8 hal yaitu :

  • Disiplin positif
  • Teori kontrol
  • Teori motivasi
  • Hukuman dan penghargaan
  • Posisi kontrol guru
  • Kebutuhan dasar manusia
  • Keyakinan kelas
  • Segitiga restitusi

Sebagai seorang guru, saya memiliki peran sebagai perintis dalam upaya menciptakan budaya positif di sekolah dengan cara menerapkan konsep-konsep inti seperti disiplin positif, motivasi perilaku manusia baik berupa hukuman maupun penghargaan, posisi kontrol restitusi, serta proses penyusunan keyakinan kelas maupun keyakinan sekolah pada ruang lingkup yang lebih luas. Hal ini sejalan dengan penerapan segitiga restitusi sebagai jalan pemecahan masalah yang terjadi pada peserta didik maupun rekan sejawat sebagai upaya untuk menciptakan kondisi bagi murid agar mampu memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka dengan karakter yang lebih kuat.

Senada dengan hal tersebut, saya berusaha mewujudkan apa yang saya fahami tentang filosofis Ki Hajar Dewantara dimana menyebutkan bahwa pendidikan harus berpihak pada murid, menjunjung tinggi nilai dan peran Guru Penggerak serta mengimplementasikan pandangan dan impian saya tentang murid-murid saya di masa depan melalui visi guru penggerak.

Setelah saya mempelajari modul 1.4 tentang budaya positif ini saya menemukan banyak misskonsepsi yang selama ini saya anggap wajar dan biasa saja. Saya dulu yang dengan mudah memberikan hukuman jika ada siswa melakukan kesalahan, mengganggap diri sebagai penghukum sebagai salah satu peran guru sebagai penagajar yang harus selalau tegas agar siswa merasa segan dan akhirnya menurut dengan keinginan kita, dan sesekali memberikan hadiah sebagai balasan atas prestasi dan pencapaian yang telah mereka raih.

Kini saya tahu bagaimana akibat dari hadiah yang menghukum itu, saya juga faham ketika seorang guru yang seharusnya menjadi teladan justru menjadi penghukum dan pemberi rasa bersalah sehingga bukan lagi motivasi intrisik yang akan mereka miliki melainkan hanya motivasi eksternal yang bersifat sesaat.

Begitupun ketika si anak melakukan kesalahan, sebagai seorang guru saya lupa bahwa mereka memiliki alasan yang harus divalidasi, mereka sebagai manusia juga memilki kebutuhan yang harus dipenuhi sehingga mendorong mereka untuk berperilaku menyimpang. Peraturan kelas yang saya anggap sebagai tameng dan pegangan agar para siswa tunduk dan patuh kebanyakan hanya menjadi hiasan di dinding kelas karena terkesan memaksakan dan mereka tidak dilibatkan secara aktif dalam penyusunannya. Di sinilah pada akhirnya guru dan siswa berkolaborasi menyusun keyakinan kelas yang bisa disetujui oleh semua pihak karena bersumber dari segala kebutuhan dan keinginan para siswa yang ada di kelas.

Pada sebuah aksi nyata praktik restitusi bersama seorang siswa saya yang kedapatan mengambil barang milik orang lain tanpa ijin, pada bagian akhir melakukan reflesksi dan saya melihat ada aura positif yang terpancar dari wajah murid saya. Murid saya berkata bahwa ia lebih merasa lega. Ia merasa tetap dihargai meskipun dia salah. Dia ingin walaupun

"Bagaimana perasaanmu dengan praktik restitusi yang ibu praktikan tadi?"

"Saya merasa lega ibu. Walalupun saya salah tetapi saya tetap diperlakukan dengan baik. Selama ini ketika saya melakukan kesalahan, saya ingin tetap dimengerti dan diperlakukan dengan baik". Jihan, kelas 6A

Sebagai seorang guru saya merasa tertampar dan sadar akan kekeliruan selama ini. Tetapi saya juga menginginkan hal baik ini juga bisa dirasakan rekan sejawat lainnya dengan berbagi praktik baik sehingga semakin banyak siswa yang mendapatkan perlakuan yang baik dari seluruh guru sebagai upaya memanusiakan manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun