Mohon tunggu...
Nur Hasanah
Nur Hasanah Mohon Tunggu... -

Biology, Conservation, Insects, Social Justice, Musics\r\n\r\nTetap optimis dan semangat

Selanjutnya

Tutup

Catatan

M18 ugal ugalan...Penumpangpun turun tanpa bayar

13 Mei 2012   13:24 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:21 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam ini, setelah pulang dari kampus, daerah Jatiwaringin, sehabis magrib, seperti biasa, aku naik angkot M 18 Jurusan Kp Melayu-Pd Gede.

Aku pribadi, aku tidak terlalu menyukai angkot ini, karena cara mengemudi supir yang rata-rata ngebut walaupun di jalan yang tak terlalu lebar, sehingga terkadang membahayakan pengendara lainnya, terutama motor. Seringkali juga sesama M18 saling ngebut ngebutan merebut penumpang tanpa memikirkan perasaan ngeri penumpang yang ada didalamnya.

Sampai akhirnya, hari ini..hal yang tidak biasa terjadi. Ada penumpang yang begitu kritis, tidak hanya komplain dan protes atas keugal-ugalan pak supir, tapi juga turun tanpa membayar .

Awal aku menaiki angkot ini, tidak ada firasat apapun tentang kejadian ini, karena ketika penumpang pertama, yaitu aku, supir tak menunjukkan ugal-ugalan atau ngebut. Penumpang kedua naik, yang ternyata adalah temannya, langsung membuka pintu depan yang membuat aku pindah ke bangku belakang supir. Jadilah kami bertiga yang ada diangkot tersebut.

Kuperkirakan, supir berusia sekitar 27 th, begitupun teman sebelahnya. Ketika kami melewati M18 lain, supir berujar kepada supir M18 yang sedang berhenti menaikkan penumpang tersebut bahwa dia (supir angkot yang kutumpangi) yang akan lari, sedangkan M18 lain itulah yang lambat-lambat saja. Dari sinilah, supir menaikkan kecepatan, bahkan hampir saja menabrak motor. Aku hanya diam, sambil terus waspada.

Satu persatu penumpang naik, sampai kemudian ada seorang bapak (pak tua) naik dan duduk persis didepan pintu masuk. Supir menegur, dan pak tua pun tetap teguh dengan posisinya. Lalu supirpun meminta pak tua turun jika tak mau pindah, pak tua akhirnya mengalah sambil bilang ”kayak saya ga mau bayar aja.” Seorang Ibu menyela dengan lantangnya” Supir udah ga usah cerewet juga”….dari situ aku melihat situasi yang tak enak, aku sendiri..seperti biasa hanya diam. Hal itu bukan karena aku enggan bicara, tetapi, ini bukan waktu yang tepat untuk bicara dalam situasi yang saling emosi. Well, tapi selain itu, sifatku yang ini sangat sesuai dengan apa kata instruktur short course ku ketika aku diminta untuk mengikuti kuis tentang kriteria personal kita dalam mengatasi konflik. Aku termasuk tipe orang yang cenderung menghindari konflik.

Ok, kembali ke cerita angkot. Setelah ibu dengan suara lantangnya memprotes supir, dan membela pak tua, supirpun mulai dengan kegilaannya. Ketika belok kiri, hampir saja dia menabrak seseorang yang sedang berdiri, dan ketika dia meningkatkan kecepatannya, dia terus membunyikan klakson ‘meminta’ 2 motor didepannya untuk minggir. Satu motor pelan-pelan minggir ke kiri, sedangkan yang 1 motor lagi ternyata bersiap belok kanan.

Merespon kondisi yang ada didepannya, supir meliuk-liukkan angkotnya dengan kecepatan yang masih tinggi, sampai kami semua spontan seperti terombang ambing. Kudengar teriakan para penumpang, yang memang rata-rata ibu-ibu.Sampai akhirnya kami mendengar satu Ibu yang suaranya lantang tadi meminta supir memberhentikan angkotnya. Angkot terhenti, dan dengan provokasi, si ibu meminta semua orang turun. Semua penumpangpun turun sambil berujar, “ini nyawa orang.” Ah..semua penumpangpun turun, termasuk aku yang terakhir, sempat kulihat wajah pak supir….entah bagaimana aku melukiskannya….aku sendiri, tidak ingin mengambil resiko, tetapi tidak seperti semua penumpang yang tak membayar, aku tetap menghargai supir dengan membayar sekian kilo mengantarku menuju pulang. Tetapi dengan adanya kejadian ini, semoga dapat memberi pelajaran buat supir bahwa penumpang semakin kritis, dan yang jelas punya bargaining position.

Jakarta, 13 Mei 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun