[caption id="attachment_177680" align="alignleft" width="300" caption="Kanal Amsterdam dikelilingi oleh gedung-gedung tua nan indah"][/caption] [caption id="attachment_177672" align="alignleft" width="240" caption="Dua gram ganja yang dibeli Patrick "]
Pertama kali pergi ke Belanda, khususnya di Amsterdam saya benar-benar punya kesan sendiri. Saya tinggal bersama dengan teman saya dari Indonesia dan Italy. Hari pertama di Amsterdam, saya diantar oleh Patrick, teman seorang keturunan Italy. Sudah beberapa tahun dia tinggal di Ams, dan sangat menyukai kota ini karena kebebasan yang diberikan oleh pemerintah Belanda kepada masyarakat Ams, salah satunya adalah kebebasan konsumsi ganja. Seperti diketahui weed termasuk illegal dinegara lain dimanapun.Dia sendiri menanam bibit ganja dirumahnya sebanyak 5 bibit, jumlah yang masih diperbolehkan oleh pemerintah untuk ditanam sendiri, artinya tidak sebagai bisnis. Ini adalah kedua kalinya Patrick menanam ganja. Dulu, dengan 5 bibit itu, dia dapat menghasilkan 400 gram bunga ganja.
Saya dan Patrick menaiki kereta sekitar 10 menit dari tempat nya. Setelah sampai dia membeli pupuk di coffee shop dipusat kota. Saya merasa saya berada di negeri entah berantah karena baru kali itu saya masuk ke toko yang menjual ganja secara terbuka, dan siapapun dapat masuk.Patrick membandingkan beberapa coffee shop untuk meyakinkan diri bahwa pupuk yang dia beli adalah tepat.Harga dua botol pupuk (100 ml per botol) adalah 54 Euro, ah sungguh mahal menurut saya.
Harga dari ganja paling rendah adalah 8 Euro untuk 1 gram.Saya bertanya kepada Patrick berapa lama dia menghabiskan 1 gram ganja? Dia menjawab hanya satu hari..ow wow..jadi setiap hari dia menghabiskan 8 Euro hanya untuk segram ganja? Saya sendiri heran kenapa bisa seperti itu. Ganja disana dikesankan sebagai herbal yang tak berbahaya. Saya sendiri setuju dengan hal itu, tetapi sifat adiktif nyalah yang membuat saya berpikir dua kali apakah hal ini dapat dianggap legal atau tidak. Apalagi untuk mengkonsumsinya, seseorang mencampurnya dengan tembakau yang jelas berbahaya bagi kesehatan. Patrick sendiri, dia menkonsumsi nya sekitar 3-5 batang perhari (tembakau dicampur dengan ganja)
Saya berpikir bahwa orang yang mengkonsumsi ganja adalah orang jahat, tetapi ternyata saya salah besar. Saya justru diperlakukan dengan sangat baik. Saya ngobrol dengan beberapa orang yang ada di coffee shop, dan mereka bilang, selama ini hampir tak ada wanita Asia, yang konsumsi. Ganja tidak membuat Anda jahat, membunuh seseorang, ataupun lupa diri. Tetapi memang ganja membuat anda addictive. Saya sendiri tidak berminat untuk mencoba selama efeknya akan membuat kita ketagihan dan terutama dikonsumsinya mesti dengan tembakau.
Kota ini membuat banyak orang betah karena kebebebasan melakukan sesuatu dengan damai. Bagi teman saya, Patrick, kota ini adalah surga dunia yang menawarkan kebebasan berekspresi. Saya setuju dengannya dan saya juga menyukai kebebasan yang diberikan oleh pemerintahnya. Tetapi satu hal, bagi saya yang bukan perokok, dan bukan pengkonsumsi ganja, saya kurang menyukai bau kota ini, sudut kota, tercium bau ganja dan tembakau. Mungkin sebaiknya perlu adanya peraturan tertentu, supaya bau asap tersebut tidak tercium, seperti yang dilakukan Stockholm untuk mengurangi bau asap rokok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H