"Kami tuh ekspor kalau terpaksa saja. Prioritas kami, yang mengonsumsi beras organik kami ya petaninya, kemudian masyarakat Indonesia. Masa beras yang kualitasnya bagus dan menyehatkan malah dibawa ke luar negeri. Terus kita, terutama petaninya, disuruh makan raskin gitu?" ujar Pak Mustofa, Ketua Paguyuban Petani Al Barokah.
Sudah tahu ramalan ekonomi untuk tahun 2023 kan ya? Konon akan terjadi resesi global yang lebih parah daripada resesi pada awal pandemi lalu. Kita pun diwanti-wanti untuk bersiap menghadapi berbagai krisis, di antaranya krisis pangan dan energi. Semenakutkan itu. Dan ramalan-ramalan itu tidak hanya disampaikan oleh para ekonom melalui siaran berita televisi atau talkshow di channel Youtube lho, tetapi juga oleh seorang spiritualis hingga alim ulama.
Berita baiknya, ada ahli-ahli ekonomi yang menyemangati kita untuk memandang resesi dari sisi positifnya karena resesi juga melahirkan orang-orang dan perusahaan-perusahaan yang justru melejit kekayaannya. Seorang spiritualis dan seorang ulama pun menyarankan kita untuk bisa swasembada pangan, misalnya kita bisa mulai menanam umbi-umbian di pekarangan rumah kita. Dan saya melihat potensi kebangkitan pertanian Indonesia setelah berbincang dengan Pak Mustofa, Ketua Paguyuban Tani Al Barokah, pada 30 November 2022 melalui sambungan telepon.
Paguyuban Petani Al Barokah yang berbasis di Desa Ketapang, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang, menarik perhatian saya karena menerapkan pertanian organik. Sekarang ini pertanian organik memang bukanlah hal asing. Sejak sekitar tujuh tahun lalu, media ramai memberitakannya.Â
Pemuda-pemuda yang lebih memilih menggeluti pertanian organik dibandingkan kerja kantoran pun dikupas kisahnya agar dijadikan inspirasi bagi generasi muda. Namun, keputusan Paguyuban Petani Al Barokah untuk memilih bertani dengan konsep organik telah diambil sejak 1998, sejak paguyuban petani ini didirikan, dan masih berlangsung hingga sekarang.Â
Motifnya sekadar menyayangi lingkungankah? Bagaimana perkembangannya hingga kini? Apakah mereka lebih sejahtera dengan pertanian organik?
Kalau berkunjung ke Desa Ketapang, Anda akan disuguhi pemandangan hamparan sawah yang luas, hijau, beberapa pohon kelapa menjulang tinggi di antaranya, juga petani-petani yang sibuk menggarap sawah mereka. Sesekali mungkin Anda akan melihat sekawanan burung melintas di langit desa ini atau mendengar kicauan burung-burung yang bertengger di dahan-dahan pepohonan.
Jangan lupa, hiruplah udaranya. Kalau Anda tinggal di kota, rasakan bedanya dengan udara yang sehari-hari Anda hirup. Rasakanlah atmosfer sebuah desa yang alamnya sangat dijaga sampai-sampai ada larangan berburu hewan di desa ini.
Warga Ketapang menganggap setiap makhluk hidup, termasuk katak dan ular, berfungsi menjaga ekosistem. Bila salah satunya ditiadakan, akan terjadi ketidakseimbangan rantai makanan. Ketika lingkungan terganggu, manusia juga yang merasakan dampak negatifnya.Â