Mohon tunggu...
Nurhasanah
Nurhasanah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Bimbingan Konseling Islam Universitas Al-Azhar Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Inilah Cara Kita Memandang Anak Berkebutuhan Khusus

28 Januari 2021   11:07 Diperbarui: 28 Januari 2021   11:51 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mungkin sebagian dari kita masih asing dengan anak berkebutuhan khusus, wajar saja mungkin kita yang belum pernah belajar tentang mereka atau mungkin kita yang tidak mau peduli hal-hal tentang mereka. Tidak jarang omongan negatif atau ejekan yang sering dilontarkan kepada mereka justru malah menjadi semangat baru untuk mereka, "Dasar buta, dasar budeg , yang bener dong kalau jalan, dll" itu baru sebagian belum keseluruhan yang kita lihat secara detail. 

Bagi mereka dipandang sebelah mata sudah menjadi hal yang biasa, di anggap tidak bisa melakukan apa-apa, di anggap hanya bisa menyusahkan orang lain saja bahkan sampai banyak yang tidak diakui kehadirannya. 

Sedih bukan main ya, mungkin buat orang-orang yang normal itu bukan hal yang bisa jadi bahan penguat justru malah lansung bisa menmbuat orang menyerah, tetapi tidak dengan mereka, mereka orang-orang istimewa dan sangat luar biasa. Seharusnya kita bisa sama-sama saling menghargai satu sama lain, tidak memandang orang dari fisik atau penampilan saja tetapi banyak hal yang bisa kita lihat lebih detail dan kompleks lagi dibanding itu yaitu ketulusan.

Tidak selalu orang yang mengalami keterbatasan itu tidak bisa melakukan hal-hal yang besar. Ada banyak tokoh besar yang menyandang berkebutuhan khusus tetapi bisa berpengaruh dalam skala dunia. Siapa yang tidak kenal Hellen Keller? Seorang dokter, dosen dan penulis yang menyandang tunanetra dan tunarungu sekaligus tetapi dapat berpestasi dan menginspirasi banyak orang di kancah dunia. 

Louise Braile juga termasuk penyandang tunanetra yang membantu perkembangan dunia dibidang berkebutuhan khusus dengan menciptakan tulisan huruf Braile. Indonesia pun juga tidak kalah dengan adanya Slamet dari Solo yang memenangkan tenis meja skala nasional dan Wahyu Setiawan yang berhasil juara catur dan lari di kancah perlombaan onternasional. Sebagian fenomena di atas, membuat saya menjadi lebih tersadarkan lagi tentang arti sebuah "saling menghargai'.

Bertemu orang yang berkebutuhan khusus menjadi tambahan energi sendiri bagi diri saya sendiri sekaligus mengubah mindset pribadi yang awalnya meremehkan menjadi kagum akan keistimewaan mereka masing-masing. Membuat diri merasa 'tertampar' dan dorongan untuk terus bersyukur atas semua yang telah dimiliki saat ini. Mereka mungkin lelah memiliki keterbatasan, tetapi sifat terus bangkit dan pantang menyerah banyak dimiliki oleh mereka karena Tuhan selalu memberikan kelebihan pada setiap makhluk-Nya.

Agama Islam memandang orang yang berkebutuhan khusus sama dengan orang yang normal. Seperti kisah ketika Nabi Muhammad sedang berdakwah kepada pembesar Kaum Quraiys, namun datang seorang tunanetra yang bernama Abdullah bin Ummi Maktum yang bermaksud untuk meminta nasihat agam dari Nabi Muhammad. Tidak disangka, Nabi Muhammad menjadi berwajah masam karena kedatangannya. Turunlah Surah 'Abasa ayat 1-4 yang berisi tentang teguran kepada Nabi karena berwajah masam kepada orang tunanetra yang ingin mencari kebaikan.

Kisah ini menunjukkan bahwa Islam memandang semua orang sama, baik orang yang memiliki keterbatasan dengan orang yang normal dan tidak boleh meremehkannya. Sebagai bangsa yang relegius maka haruslah menghormati, menghargai dan tidak meremehkan apalagi menjadikannya bahan ledekan semata saja.

Kita sebagai orang yang diberi kesempurnaan secara fisik juga dapat memberikan kontribusi yang baik kepada mereka yang berkebutuhan khusus. Mempelajari, memahami dan mepraktekkan ilmu tentang anak berkebutuhan khusus juga menjadi salah satu kontribusi kita dalam membantu mereka. Berkomunikasi dan berteman dengan mereka juga dapat meringankan kesulitan mereka, karena pada hakikatnya setiap manusia memerlukan interaksi sosial. 

Mendorong dan mendukung kebijakan pemerintah mengenai orang berkebutuhan khusus dan mengajak masyarakat untuk memahami dan berteman dengan mereka selain memudahkan mereka, hal ini juga membuat lingkungan yang terdapat orang berkebutuhan khusus menjadi support system bagi mereka. Teruslah membantu orang lain maka kebaikan itu kelak akan kembali kepada kita. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun