DBD atau Demam Berdarah Dengue merupakan masalah global terutama pada daerah tropis. Gejala yang ditimbulkan beragam mulai dari gejala influenza dengan sakit kepala, demam, nyeri sendi dan berkurangnya nafsu makan. Nyamuk Aedes aegypti bisa menyerang semua usia, termasuk ibu hamil. Lalu bagaimana jika ibu hamil mengalami DBD? dan bagaimana kondisi janin dalam kandungannya?
Tidak banyak penelitian kesehatan yang membahas DBD khusus pada ibu hamil dan dampak DBD pada kandungannya. Salah satu penelitian yang bersumber dari jurnal European Journal of Obstetrics & Gynecology and Reproductive Biology akan diuraikan pada tulisan ini. Sumber artikelnya akan saya tautkan dibawah.Â
Artikel penelitian ini melibatkan 53 ibu hamil yang mengalami demam dengue selama kehamilan. Dampak yang ditimbulkan pada kandungannya antara lain demam yang menyebabkan terjadinya kelahiran prematur karena perubahan kontraksi serviks pada 22 kasus dari 53 ibu hamil yang diteliti.Â
Dua diantaranya mengalami keguguran pada kehamilan minggu ke-17 dan minggu ke-19. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan 19,6% pasien yang terinfeksi mengalami kelahiran prematur sebelum usia kehamilan 37 minggu.
Dampak yang timbul pada bayi adalah berat badan lahir menjadi rendah pada 6 bayi yaitu kurang dari 2500 gram dengan berat badan paling rendah diantara bayi-bayi tersebut adalah 1690 gram, dan selebihnya (65,9%) memiliki berat badan antara 2500 gram sampai 3500 gram.Â
Namun 3 bayi baru lahir yang mengalami demam dan trombositopenia tidak mengalami tanda-tanda perdarahan yang signifikan, 1 dari 3 bayi tersebut meninggal pada hari pertama. Kematian ini tidak secara langsung berhubungan dengan dengan kejadian demam dengue namun ada penyebab komplikasi dari infeksi Pseudomonas aueruginosa dengan perdarahan pulmonal.
Ibu hamil merupakan kelompok usia yang rentan sebagaimana dengan kelompok usia anak. DBD akan menyebabkan penderita mengalami gangguan homeostasis atau keseimbangan cairan dan suhu tubuh. Maka penderita akan mudah mengalami perdarahan.Â
Pembaca pasti tahu, tidak sedikit penderita DBD yang mengalami kematian akibat perdarahan. Tentu dampak DBD akan lebih buruk jika menimpa Ibu hamil dan janin termasuk kondisi kehamilannya karena perdarahan sangat berisiko fatal pada kesehatannya.
Jangan sepele dengan upaya-upaya pencegahan yang sering dikoar-koarkan oleh tenaga kesehatan di puskesmas dan kader-kader kesehatan di lingkungan. Terlebih lagi jangan sampai karena kurangnya pengetahuan atau ada rasa "lebih tinggi" dari mereka yang berkunjung ke rumah kita untuk memeriksa jentik nyamuk maupun memberikan abate lantas kita tolak atau bahkan pura-pura tidak ada di rumah.
Pencegahan dan pengendalian DBD tidak hanya tanggungjawab tenaga kesehatan dan pemerintah semata tetapi masyarakat berperan besar didalamnya. Jangan pernah sepelekan gejala yang timbul terutama saat sekarang ini di musim penghujan. Segera kunjungi layanan kesehatan terdekat jika ada anggota keluarga yang menunjukkan gejala. Salam sehat, semoga bermanfaat.
Sumber artikel penelitian: