Mohon tunggu...
Nurhamidah
Nurhamidah Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Panggung Rakyat untuk Peringati Hari Tani

29 September 2020   10:17 Diperbarui: 29 September 2020   10:38 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PANGALENGAN -- Memperingati Hari Tani Nasional ke-60, ratusan pemuda mahasiswa, kaum tani, dan klas buruh yang tergabung dalam organisasi AGRA Wilayah Jabar, FPPB-KASBI Bandung Raya, Seruni Pangalengan, BEM REMA UPI, dan aliansi lainnya mengadakan kegiatan panggung rakyat di desa Pangalengan, Kabupaten Bandung, Minggu (27/09/2020).

Panggung rakyat kali ini bertema "Perkuat Persatuan Klas Buruh dan Kaum Tani Serta Seluruh Rakyat Tertindas: Melawan Monopoli dan Segala Bentuk Perampasan Tanah serta Seluruh Kebijakan Fasis Rezim Jokowi-MA", pada hari itu pula diadakan aksi terkait para tani yang merasa dirugikan atas sikap pemerintah yang tidak peduli terhadap kaum tani miskin atau kaum tani yang tidak mempunyai lahan. Adapun tuntutan aliansi pada peringatan hari tani ke-60 yaitu:

  • Bagi Hasil yang adil bagi para penggarap di perkebunan besar the, kayu, sawit, karet, gula, serta komoditas ekspor lainnya milik Imperialis dan Tuan Tanah Besar tingkat nasional;
  • Berikan upah buruh tani yang lebih baik di perkebunan besar milik Imperialis dan Tuan Tanah besar tingkat nasional, khususnya PTPN VIII dan PT. London Sumatra;
  • Hapuskan Peribaan dan tengkulak-isme di pedesaan;
  • Perbaiki harga komoditas pertanian dan harga keperluan hidup kaum tani;
  • Sediakan Alat-Alat Pertanian Modern yang mudah diakses oleh kaum tani;

    • Menuntut tanggung jawab material maupun non-material kepada kaum tani yang kesulitan kerja, kesulitan produksi, dan kesulitan karena rendahnya harga hasil kerja serta membengkaknya pengeluaran karena Covid-19;
    • Sediakan rumah sakit bersalin dan pusat perawatan anak-anak yang maju, murah, dan mudah dijangkau di seluruh pedesaan di Indonesia;
    • Hapus semua pajak atas seluruh komoditas kaum tani;
    • Berikan kompensasi kepada kaum tani yang terdampak Covid 19;
    • Hentikan monopoli dan perampasan lahan kaum tani Pangalengan yang dilakukan oleh PT STAR ENERGY untuk pengeboran sumur baru PLTPB;
    • Hentikan penangkapan, intimidasi, dan persekusi terhadap Kaum Tani penggarap hutan dan lahan perkebunan;
    • Hentikan seluruh pembahasan OMNIBUS LAW RUU CIPTA KERJA yang akan menyengsarakan rakyat Indonesia, khususnya klas buruh dan kaum tani;
    • Cabut UU MINERBA yang menjadi dasar hukum baru untuk melancarkan monopoli dan perampasan lahan kaum tani;
    • Cabut UU PERGURUAN TINGGI dan segala bentuk aturan yang melanggengkan skema LIBERALISASI, PRIVATISASI, DAN KOMERSIALISASI PENDIDIKAN, serta sediakan Sistem Pendidikan dan Kesehatan yang lebih baik di Pedesaan;
    • Batalkan kebijakan Kampus Merdeka yang mengarahkan pendidikan untuk kepentingan korporasi dan sama sekali tidak mengabdi kepada rakyat;
    • Berikan kompensasi uang kuliah dengan nilai maksimum untuk mahasiswa, dan berikan biaya kuota untuk pelaksanaan PJJ daring;
    • Berikan jaminan lapangan pekerjaan yang layak bagi pemuda-mahasiswa, tolak bentuk kerja magang;
    • Wujudkan sistem pendidikan yang ilmiah, demokratis, serta mengabdi kepada rakyat;
    • Wujudkan REFORMA AGRARIA SEJATI sebagai jalan untuk membangun INDUSTRI NASIONAL yang berdaulat dan mandiri sebagai syarat untuk membebaskan rakyat Indonesia dari belenggu Imperialisme, Feodalisme, dan Kapitalis Birokrat.
  • "Makanya kita harus berjuang, berjuang, dan berjuang. Jangan bosen berjuang untuk demi kemakmuran anak cucu kita." ujar Perwakilan Petani Pangalengan.

    "Saya itu umur sudah tua, tapi anak cucu saya yang akan melanjutkan mungkin" tambahnya.

    Ratusan orang ini berkumpul dan berorasi di lapang terbuka Desa Margamekar, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung. Selain membawa spanduk bernadakan protes, musik buruh tani yang berisi pembebasan, yel-yel sindiran yang berbunyi "Imperalisme (musnahkan), feodalisme (hancurkan), kapitalis birokrat (musuh rakyat)", aliansi juga menggelar orasi di atas panggung rakyat.

    "Hari ini, detik ini, rasa saya sudah hilang, rasa sakit saya sudah tidak ada lagi, rasa sedih saya sudah tidak ada lagi, pun rasa kecawa saya. Yang hanya ada hanya cuma ada satu rasa, rasa ingin terus melawan, melawan rezim yang sangat luar biasa menindas kita sebagai rakyat kecil." Ungkap Elfa, Presiden BEM REMA UPI.

    Diakhir acara ini pula diadakan konsolidasi akbar. Pada konsolidasi akbar tersebut, aliansi membuat RTL rencana tindak lanjut dari semua elemen untuk mencari solusi jangka panjang dan pendek terkait pendistribusian hasil panen yang saat ini sangat murah bahkan tidak laku di pasar, sedangkan pedagang di kota menjual harga sangat mahal dari tengkulak. Aliansi pun mencari strategi yang tepat agar masyarakat juga bisa mengakses bahan pangan yang murah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun