Mohon tunggu...
Nur Halifah_106
Nur Halifah_106 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Teruslah Melangkah. Karena Arus Waktu TIDAK Akan Menunggu Siapapun

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cingcowong, Tradisi Pemanggil Hujan

21 Oktober 2022   21:54 Diperbarui: 21 Oktober 2022   22:09 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap daerah yang ada di Indonesia memiliki keunikan-keunikan tersendiri. Salah satunya yaitu budaya atau adat yang berada di daerah kuningan, jawa barat. 

Di daerah ini, terdapat adat yang sangat unik yaitu tradisi cingcowong atau tradisi pemanggil hujan yang dilakukan pada saat musim kemarau dengan tujuan agar hujan turun sehingga kebutuhan air di daerah tersebut dapat terpenuhi. Baik untuk kebutuhan berkebun, bertani, ataupun kebutuhan hidup lainnya.

dokpri
dokpri

Namun, beberapa tahun belakangan hingaa saat ini, ritual ini tidak lagi dilakukan atau dillaksanakan. Tentunya hal ini tidak lepas dari tentangan agama (khususnya agama islam) yang menganggap bahwa ritual tersebut merupakan kemusyrikan yang tidak boleh dilakukan. Hingga pada akhirnya dibuatlah sinema film cingcowong oleh mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia. 

Adapun awal tujuan dibuatnya sinema film cingcowong ini yaitu untuk memenuhi tugas kuliah sekaligus melestarikan budaya atau tradisi yang ada di Kuningan, Jawa Barat. Ritual cingcowong yang saat ini hanya menjadi pertunjukan budaya tidak dibuat seperti versi aslinya (telah dimodifikasi) dengan alasan agar tidak terjaadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Media utama dari ritual ini yaitu boneka (mirip seperti jelangkung) bedanya boneka cingcowong ini dipakaikan baju kebaya (dihiasi sebagaimana dandanan pengantin wanita). Selain itu ada tangga yang terbuat dari bambu, tikar daun, serta bunga kamboja. Sebelum dilaksanakannya ritual pemanggil hujan, orang yang memimpin  riyual (punduh) harus berpuasa dan boneka cingcowongnya harus diletakkan di dalam kamar mandi atau got (paceran dalam Bahasa sunda) dilengkapi dengan sesajen/sesajian. 

Selanjutnya punduh memegang boneka cingcowong berjalan diantara anak tangga yang diletakkan diatas tikar sebanyak 3 kali balikan. Tidak lupa, ritual pemanggil hujan ini juga di iringi dengan tarian-tarian yang dibawakan oleh sang penari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun