[caption id="attachment_219192" align="aligncenter" width="300" caption="www.appszoom.com"][/caption]
Tubuh kurus ibu terbaring lemah menunggu
Disebuah ruang dingin, steril tak berdebu
Tiga puluh menit kedepan adalah jadwal ibu
Tuk coba keluarkan aku
Lewat bedah caesar sebab virus itu
Semalam ibu curhat padaku
Beri surprise ayah 9 bulan lalu
Setelah 12 tahun menunggu hadirku
Ternyata, didahului oleh ayahku
Dengan tergugu ayah mengaku
Terinfeksi virus Hiv  itu
Buah  petualangannya nikmati racun berlumur madu
Saat itu ibu hanya membisu
Lidahnya mendadak kelu
Kian depresi  jalani test  itu
Ternyata, hasilnya sama dengan ayahku...
Sejak itu ibu seolah tak ingat aku
Keluh dan tangis warnai hari kelabu
Please, jangan salahkan ibu
Coba saja bila terjadi padamu
Apalagi usaha ayah tak lagi maju
Sementara treatment  mereka, mahal tau
Dari hari kehari sampai bulan berganti baru
Makin lemah saja rasaku
Kurang nutrisi membuatku layu
Kesedihan ibu jadi bebanku
Dan kini disinilah aku bersama ibu
Menanti takdir ditemani dinding bisu
Akhirnya , giliran ibu didorong ke ruang sebelah situ
Maafkan ibu nak, ibu tak kuat, katamu sendu
Tak sanggup ibu warisi virus ini untukmu
Maafkan juga aku buk, tak bisa menguatkanmu
Bila tak kau dapati tangisku, temui aku di awan biru
****
Sementara itu, dibalik ruang sebelah situ
Ibuku ayu, sekaligus kemayu
Dipanggil kesana, dipanggil kesitu
Kadang dijalan sini, tapi seringnya di simpang situ
Sampai bertemu lelaki itu
Yang memberi tempat untuk bertedu
Selama bermingu-minggu
Bersama dia melulu
Aku hadir tahu-tahu
Seiring perginya lelaki itu
Ibu lalu memeriksakanku
ke puskesmas langkah ibu menuju
test pun dijalani  satu persatu
Positif...kata dokter puskesmas itu
Hiv dok ? Ah...siapa tahu keliru
Minum obatnya ya, nggak boleh lupa,  lindungi bayimu
Bila lahir nanti, jangan beri ASImu
***
Setiap hari aku didongengi ibu
Kisah lalunya yang mengharu biru
Dan kini sudah tutup buku
Coba jalani hidup yang baru
Akhirnya disini aku bersama ibu
Menunggu didorong ke ruang sebelah situ
Semoga kau tak tertular virus itu, bisik ibuku
Tak pernah kulupa minum obat itu
Tuk bentengi dirimu
***
Lima tahun pun berlalu sejak hari itu....
Hari ini ulang tahunku
Kukan pergi bersama ibu
Mengunjungi tempat saudaraku
Kupakai pakaian terbaikku
Dengan jilbab mungil warna merah jambu
Pemberian seseorang yang kurindu
***
Akhirnya sampai juga ke tempat saudaraku
Sebuah taman sunyi bertuliskan TPU
Ah, Aku lupa, Â dimana ya saudaraku
Yang terbaring dalam tidur panjangnya itu
Sejujurnya, Â padanya aku tak rindu
Yang kurindui adalah sosok nyata itu
yang pernah kutemui disini setahun lalu
Masih jauhkah bu...
Meleleh sudah peluhku
Itu, disana...kuikuti arah telunjukmu
Benar, dialah itu
Aku berlari menghampiri sosok itu
Yang sedang berdoa dengan khusyu
Di atas makam kecil itu
Assalamualaikum pak... sapaku
Kau ulurkan tangan kurusmu
Selamat ulang tahun sayangku, katamu
Saudaramu berulang tahun juga sepertimu
Kalian lahir dihari yang sama, di kamar bedah itu
Tapi dia memilih bermain di awan biru
Aku tak mengerti apa katamu
Tapi inginku
Menghapus kabut yang melumuri matamu
Dan mendoakan kesehatanmu
Disebuah makam besar disisi tempat saudaraku
Ibu berlutut dan berdoa khusyu
Untuk ibu saudaraku yang terbaring disitu
Lalu bertukar sapa ibu dengan bapak tua itu
***
Di  rumah sakit mereka bertemu
Saat ibu memeriksakan kesehatanku
Mereka pun berbagi cerita haru
Sambil memelukku
Ternyata dia, adalah ayahku
Merekapun bersatu dalam lembaga itu
Sebagai relawan ODHA di LSM itu
Kalau mauku punya keluarga utuh
Tapi ibu hanya mengangkat bahu
Maafkan ibu nak, nanti dulu...
* ODHA = Orang dengan Hiv/Aids
Puisi dengan rima-u dapat dibaca dibawah situ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H