Penulis : Khalid Muhammad Khalid
Penerbit : AQWAM , Anggota SPI (SerikatPenerbit Islam) Solo
Tahun : 2020
Resume by : Khairuna, S.Pd
Yang sangat mencintai dan sangat dicintai, yang lemah lembut tapi tegas, yang selalu membenarkan ketika yang lain meragukan, yang tidak takut miskin sehingga rela menginfakkan seluruh hartanya, yang selalu menemani walau nyawa jadi taruhannya.
Yaa...!! Dia adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq, sahabat Rasulullah yang selalu dirindukan surga. Kecintaannya kepada Rasul melebihi kecintaan pada dirinya. Seseorang yang selalu berjuang bersama Rasulullah, selalu sigap dengan segala keadaan, bahkan saat perang Uhud ketika para pasukan pemanah melanggar perintah Rasul karena berpikir peperangan sudah selesai, dan tanpa disadari pasukan musuh kembali menyerang. Hingga kekalahan pun terjadi, medan perang sunyi dan sepi, jasad-jasad syuhada dimutilasi secara liar dan keji. Saat itulah Rasulullah menatap Abu Bakar berlari seorang diri mengejar pasukan musuh sambil menghunus pedang, lalu dengan suara tinggi, Rasulullah memanggil, "Sarungkan Pedangmu wahai Abu Bakar..!! Jangan kau buat kami sedih karena kematianmu!'' Rasulullah kembali menyeru seraya memerintahkan agar kembali, dan Abu Bakar pun kembali. Ia tidak pernah mendurhakai perintah Rasulullah, sekali pun perintah tersebut menghalanginya untuk meraih kemuliaan mati syahid yang sangat dirindukan.
Karena rasa cintanya, Rasulullah sering membicarakan Abu Bakar, diantara yang beliau katakan adalah " Tak seorangpun yang punya jasa kepada kami, melainkan sudah kami balas kecuali Abu Bakar, karena ia punya jasa kepada kami yang akan dibalas oleh Allah pada hari kiamat". "Tiada harta siapapun yang bermanfaat untukku, melebihi manfaat yang diberikan harta Abu Bakar kepadaku"." Setiap aku menawarkan Islam pada seseorang, ia pasti berpikir panjang, kecuali Abu Bakar, ia tidak ragu".
Setelah nabi wafat Abu Bakar lah Khalifah pertama yang menggantikan Rasulullah, dialah sosok yang menyelamatkan Islam dari bahaya, dialah sosok dimana menara-menara Kisra dan Kaisar mulai berjatuhan dibawah kakinya dan dunia secara keseluruhan tunduk di hadapannya.
Apakah jabatan khalifah mengubah eksistensi jiwa atau gaya hidupnya? Apakah ia melupakan sifat tawadhu dan segala kelebihannya ditengah berbagai macam kemenangan yang ia raih? TIDAK!! Sama sekali tidak!!
Abu Bakar naik ke atas mimbar, ia menghadap kearah hadirin seraya berkata, "Wahai semua yang hadir, aku ditunjuk untuk memimpin kalian padahal aku bukanlah yang terbaik diantara kalian. Jika aku berlaku baik, bantulah aku, dan jika aku berlaku buruk, luruskanlah aku. Taatilah aku selama aku taat kepada Allah dan Rasul0Nya. Â Jika aku durhaka, berpalinglah dari taat kepadaku."
Sahabatku, seandainya pemimpin kita seperti Abu Bakar, pasti dunia akan aman dari kezaliman, ketidakadilan, kemungkaran dan pastinya rakyat akan hidup aman dan tentram. Semoga kedepan akan lahir pemimpin yang benar-benar memperjuangkan agama Allah seperti apa yang telah diperjuangkan oleh Abu Bakar.