Mohon tunggu...
Nurhadi SA
Nurhadi SA Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati Pendidikan, Terapis, Muballigh

- Pemerhati dunia pendidikan - Tim Muballigh pada Sekolah Haji Umroh "Baitullah" Kab. Semarang - Terapis pada Bengkel Jiwa & Raga "S3" Pekalongan (dengan metode SEFT dan PAZ Al-Kasaw)

Selanjutnya

Tutup

Nature

"Steadycam" Maha Dahsyat

19 Oktober 2012   09:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:39 980
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Banyak ragam steadycam di dunia ini. Dari mulai yang murah meriah buatan sendiri dari pipa pralon (PVC) hingga yang pabrikan yang canggih dan mahal. Apa yang Anda ketahui tentang alat ini?

Ya, steadycam adalah alat untuk menstabilkan perekaman gambar. Saya yakin Anda pernah menyaksikan tayangan hasil rekaman bencana tsunami beberapa waktu silam oleh seorang amatir. Bagaimana hasilnya? Menyaksikan tayangan itu serasa pening kepala? Atau setidaknya mata Anda tidak nyaman dengan gambar yang bergoyang-goyang. Intinya, tidak asyik dinikmati bukan?

Saat ini saya sedang tertarik pada topik vitografi. Ini istilah saya untuk menamai gabungan videografi dan fotografi. Berbicara videografi pasti tidak lepas dari steadycam.

Mari kita lanjutkan pembahasan steadycam ini. Jadi prinsip kerja alat ini adalah meredam goyangan saat pengambilan gambar. Seperti halnya fungsi shockbreaker pada kendaraan kita. Karena kamera ini sangat sensitif terhadap getaran dan goyangan, maka untuk menghasilkan video yang bagus, kita harus ekstra tenang saat proses syutingnya. Padahal suatu saat kita butuh pengambilan gambar secara mobile. Misalnya, ketika kita mengikuti obyek yang bergerak, bisa dipastikan hasilnya tidak enak dinikmati karena kamera goyang. Anda bisa mencoba, merekam tidak usah sambil berlari, cukup berjalan menyusuri obyek. Hasilnya pasti "naik turun" mengikuti gerak tubuh Anda, bukan? Beda dengan hasil rekaman seorang kameraman profesional, yang "mengalir mulus" menyusuri obyek. Nyaman mata ini memandangnya.

Tiba-tiba saya jadi tersadarkan satu hal. Ternyata di dalam tubuh kita, Allah SWT telah menanamkan sebuah sistem peredaman yang sangat sempurna melebihi prinsip steadycam ini, yaitu pada mata kita. Mata, ibarat kamera video alami yang tidak cukup satu, tetapi Allah SWT memberinya "stereo", untuk capturing gambar lebih luas. Sudah begitu, "lensanya" wide angle lagi, bisa mengcover 180 derajat di depan kita. Sempurna sudah.

Mari kita berandai-andai. Andai Allah SWT tidak memberikan mekanisme "steadycam" pada mata kita, apa yang terjadi? Kita pasti berjalan terhuyung-huyung seperti orang mabuk. Karena pandangan kita goyang, seperti hasil syutingan para kameraman amatir yang baru belajar. Apa jadinya saat kita berkendara? Angka kecelakaan lalu lintas langsung meningkat. Bisa-bisa, Allah tidak usah menyuruh Israfil meniup sangkakala, kiamat otomatis terjadi. Banyak kematian di mana-mana karena tabrakan terjadi 3 matra: darat, laut dan udara sekaligus!

Karenanya, mari kita syukuri nikmat yang satu ini: sepasang mata dengan mekanisme "steadycam" Maha Dahsyat!

فَبِأَيِّآلَاءرَبِّكُمَاتُكَذِّبَانِ
"Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?"  (QS Ar Rahman)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun