"Dongeng, ia mampu melekatkan tali kasih yang telah lekang antara orang tua dengan anak, menjadi obat kerinduan. Bahkan dongeng pun bisa menjadi satu lapisan batin yang kuat pada jiwa anak, sehingga mereka mencintai kebaikan dan kebenaran, serta menjauh dari kebatilan-keburukan. Kita terus membutuhkan cerita atau dongeng yang apik dan menggerakkan anak-anak negeri kita untuk mencapai martabat yang luhur, disegani kawan ataupun lawan, siap tanding maupun sanding."
(Kak Bimo; Pekerja Dongeng Indonesia)
Kutipan Kak Bimo di atas sangat menggugah. Saya jadi teringat nasihat beliau tahun silam; bahwa jika ingin membentuk karakter generasi penerus negeri ini menjadi hebat, maka cekoki mereka dengan dongeng-dongeng bermutu. Karena, 20 tahun kemudian, ruh dongeng itu akan menjelma menjadi akhlaq mereka kelak.
Kak Bimo pernah memaparkan, ada sebuah penelitian terhadap dongeng (cerita rakyat) yang beredar 20 tahun lalu di dua negara (saya lupa namanya). Sebut saja Negara A yang saat itu dalam kondisi tertindas, dan dongeng-dongeng yang dituturkan kepada anak-anak negeri itu seputar kisah kepahlawanan, heroisme, optimisme untuk bangkit dan cerita sejenis yang bervisi. Ternyata 20 tahun kemudian negara itu bisa merdeka dari penindasan, bahkan mengalami kemajuan dan kemakmuran yang luar biasa.
Sementara di negara B yang tingkat kesejahteraan rakyatnya relatif lebih makmur saat itu, sehingga dongeng-dongeng yang beredar lebih meninabobokan rakyatnya. Apa yang terjadi 20 tahun kemudian? Ternyata tingkat kemakmuran negeri itu malah merosot tajam dan dapat disaingi oleh negara A tadi.
Saya jadi terperangah. Jangan-jangan amburadulnya negeri kita tercinta ini gara-gara dongeng yang beredar puluhan tahun lalu menanamkan kebobrokan moral? Simak saja dongeng paling masyhur di tanah Jawa: "Kancil Nyolong Timun". Kenapa musti harus nyolong jika bisa bicara baik-baik dengan Pak Tani untuk memintanya? Atau, mengapa tidak kita buat skenario: Sang Kancil minta diajari Pak Tani bercocok tanam timun yang baik dan benar. Sehingga nantinya bisa menghasilkan timun yang berkualitas super dan Kancil tak perlu nyolong lagi? Hayo, siapa mau mendongeng "Kancil Jadi Exportir Timun?"
Mudah-mudahan ini menginspirasi kita. Saya yakin masih banyak anak negeri yang benar-benar mencintai negeri ini dan berkeinginan kuat mewujudkan cita-cita luhur bangsa. Maka segeralah kita mulai "menularkan virus" dongeng pembangkit semangat ini kepada anak-anak kita. Dengan semua media dan sumber daya yang kita punya, mari bersama menuturkan dongeng motivasi itu, sekarang!
SELAMAT MENDONGENG, INDONESIA!
[senantiasa cemawis di: http://nurhadipekalongan.blogspot.com/2012/01/selamat-hari-mendongeng-nasional.html]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H