Mohon tunggu...
Nur Habibah
Nur Habibah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

"Setetes Darah, Sejuta Harapan

13 Desember 2024   15:26 Diperbarui: 13 Desember 2024   14:26 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Contohnya di sebuah kampung terpencil di Kalimantan, PMI mengadakan acara donor darah pertama kali. Pada awalnya, banyak warga yang ragu-ragu dan takut untuk mendonorkan darah mereka. Beberapa warga percaya bahwa donor darah bisa membuat mereka lemah atau sakit. Namun, melalui pendekatan persuasif dan penjelasan yang jelas, PMI berhasil meyakinkan beberapa orang untuk mencoba mendonorkan darah mereka.

Salah satu pendonor pertama adalah Pak Tono, seorang petani berusia 50 tahun. Awalnya, Pak Tono enggan mendonorkan darahnya karena takut akan efek samping. Namun, setelah mendengar penjelasan dari petugas PMI tentang manfaat donor darah dan bagaimana darahnya bisa menyelamatkan nyawa orang lain, ia akhirnya bersedia mendonorkan darahnya.

"Awalnya saya takut, tapi setelah dijelaskan, saya sadar kalau donor darah bisa membantu banyak orang. Saya merasa lega setelah mendonorkan darah saya, dan saya akan melakukannya lagi di masa depan," kata Pak Tono.

Perubahan sikap ini menandai awal dari transformasi di kampung tersebut. Setelah Pak Tono dan beberapa warga lainnya mendonorkan darah, semakin banyak warga yang ikut serta dalam program donor darah berikutnya. Kini, stok darah di kampung itu lebih stabil, dan masyarakat mulai memahami pentingnya berbagi melalui donor darah.

Menghidupkan Harapan di Tengah Keterbatasan

Di balik setiap usaha PMI, ada harapan yang terus hidup. Seperti di desa kecil di Sulawesi tadi. Setelah menempuh perjalanan panjang melewati jalan yang rusak dan medan yang sulit, kantong darah yang dibutuhkan akhirnya tiba di rumah sakit desa. Tim medis segera melakukan transfusi, dan nyawa sang ibu terselamatkan. Hari itu, bukan hanya bayi yang lahir membawa kehidupan baru, tetapi juga ibunya yang bisa kembali memeluk anak-anaknya.

Kisah ini adalah satu dari ribuan kisah yang terjadi di seluruh pelosok Indonesia. Setiap tetes darah yang didonorkan, setiap langkah yang diambil PMI untuk mendistribusikan darah ke tempat-tempat yang terpencil, adalah wujud nyata dari kepedulian dan kemanusiaan yang tak pernah padam.

Meskipun PMI sering kali harus menghadapi keterbatasan infrastruktur dan sumber daya, mereka terus bekerja tanpa henti untuk memastikan bahwa harapan tidak pernah mati. Mereka percaya bahwa tidak ada nyawa yang seharusnya hilang hanya karena kekurangan darah, dan mereka berkomitmen untuk memastikan bahwa darah selalu tersedia di mana pun dibutuhkan, tidak peduli seberapa jauh atau sulitnya daerah tersebut dijangkau.

Bagi masyarakat, peran kita dalam mendukung misi PMI sangat penting. Dengan menjadi pendonor darah, kita ikut menyumbangkan harapan dan berkontribusi dalam upaya menyelamatkan nyawa orang lain. Setiap tetes darah yang kita donorkan bisa menjadi setetes harapan bagi mereka yang sedang berjuang antara hidup dan mati. Dan melalui PMI, harapan itu akan terus hidup, bahkan di tempat-tempat yang paling terpencil sekalipun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun