Pada masyarakat umumnya, manusia membentuk keluarga, membesarkan anak-anak, serta berusaha untuk meneruskan nilai-nilai untuk kesuksesan anak dan orang lain di masa yang akan datang (Edwards, Knoche, Aukrust, Kumru, & Kim, 2010). Nilai-nilai yang diturunkan ini disebutkan sebagai kurikulum budaya oleh Nsamenang (dalam Edwards, et. al, 2010). Anak-anak mempelajari nilai-nilai yang diturunkan melalui kebiasaan yang ada di lingkungan sekitar mereka. Nilai-nilai yang terbentuk ini selama masa periode tertentu akan membentuk gaya tersendiri pada diri anak dalam kehidupan sehari-hari.
Pola asuh sendiri, dapat diartikan sebagai cara dalam penataan lingkungan fisik, lingkungan sosial, interaksi dengan anak-anak, suasana psikologis, sosial budaya, perilaku yang ditampilkan pada saat adanya pertemuan dengan anakanak, serta menentukan nilai-nilai moral sebagai dasar berperilaku anak (Shochid, 2010). Pemahaman ini juga dikuatkan dengan telaah lintas budaya yang menunjukkan situasi dalam keluarga dan gaya pengasuhan akan mempengaruhi kondisi psikologis anak (Dayakisni & Yuniardi, 2012). Sehingga, keluarga memiliki peran penting dalam perkembangan individu yaitu dalam bentuk interaksi antara anak dan orang tua dengan cara mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan masyarakat.
Nilai sosial dan budaya yang disinggung dalam sejarah perkembangan dan jaringan sosial orang tua, mempertegas bahwa nilai banyak diberikan oleh orang tua kepada anak melalui pengasuhan. Dengan kata lain, referensi utama nilai sosial dan budaya yang dipelajari oleh anak adalah dari internalisasi nilai yang didapatkan dari orang tua. jika orang tua banyak mengambil alih dengan menginternalisasikan nilai-nilai yang dipelajari dari ilngkungan masyarakat dan budaya, maka menjadi perisai bagi anak dalam menangkal dan menyeimbangkan masuknya nilai modern dalam lingkungannya. Namun, tentu saja orang tua harus punya bekal referensi nilai sosial dan budaya yang kuat yang terbentuk dari sejarah perkembangan dan relasi sosial orang tua sendiri.
Ada beberapa factor yang mempengaruhi pola asuh orang tua terhadap anak Menurut Hurlock (1999) yaitu karakteristik orang tua yang berupa:
- Kepribadian orang tua
- Tiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda, seperti : tingkat kesabaran, intelegensi, dan juga nilai budaya. Kepribadian tersebut yang akan mempengaruhi kepribadian anaknya.
- Keyakinan
- Keyakinan yang dimiliki orang tua mengenai pengasuhan akan mempengaruhi nilai dari pola asuh dan akan mempengaruhi tingkah laku anaknya.
- Persamaan dengan pola asuh yang diterima orang tua
- Jika orang tua merasa bahwa orang tua mereka dahulu berhasil menerapkan pola asuh yang benar pada anaknya, maka mereka akan menggunakan pola asuh yang sama dalam mengasuh anak. Dan sebaliknya, jika mereka merasa pola asuh yang digunakan orang tua mereka tidak tepat, maka mereka akan beralih ke teknik pola asuh yang lain.
Adapun pengaruh orang tua terhadap perilaku sosial anak menurut budaya yaitu anak akan belajar bagaimana bertindak dan berinteraksi dengan orang tua mereka. Seperti gaya berkomunikasi, Anak-anak cenderung berkomunikasi dengan gaya yang mirip dengan cara orang tua mereka berkomunikasi,
Anak-anak yang berkomunikasi berdasarkan model budaya individualistis akan sering menceritakan cerita panjang yang berfokus pada diri sendiri dengan tema otonomi dan preferensi pribadi. Sebaliknya, anak-anak yang berkomunikasi berdasarkan model budaya kolektivis akan sering bercerita singkat, cerita berorientasi lain dengan tema otoritas dan keterkaitan.
Pengaruh budaya pada perkembangan bahasa anak-anak ini dapat membantu atau menghambat mereka di taman bermain, dan kemudian di tempat kerja. Jika budaya anak dihormati di sekolah, termasuk cara anak berinteraksi secara verbal dengan orang lain, maka mereka akan lebih mungkin mengalami penerimaan dan penghargaan yang mereka butuhkan untuk tumbuh dan berkembang. Mereka lebih cenderung menjadi orang dewasa dengan citra diri yang sehat yang merasa dipahami dan mampu melakukan interaksi yang percaya diri dan bermanfaat. Namun jika tidak, mereka mungkin menjadi orang dewasa yang ragu untuk meninggikan suaranya dan didengarkan karena takut diejek atau disalah pahami.
Anak-anak belajar dari sekitar mereka. Baik itu orang tua, teman atau siapa pun yang ada di sekitarnya, mereka cenderung mengulangi apa yang dilakukan orang lain, berpikir bahwa menjadi seperti orang lain adalah hal yang benar untuk dilakukan. Dalam lingkungan keluarga, anak akan mempelajari dasar-dasar perilaku yang penting bagi kehidupannya, karena pendidikan karakter yang utama dan pertama bagi anak adalah lingkungan keluarga. Bila anak kita melihat kebiasaan baik orang tua maka maka dengan cepat akan mencontohnya, demikian sebaliknya bila orang tua berprilaku buruk maka akan ditiru oleh anaknya. Contohnya jika orang tua nya selalu mengucap "tolong" Ketika hendak meminta tolong, maka secara tidak langsung anak akan terbiasa mengucap "tolong" ketita akan meminta bantuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H