Apa hakmu menuliskan skenario hidup seseorang. Bukankah itu terlalu lancang bagi kamu yang tak pernah tau arti dari sebuah kehidupan. Kau telah menciptakan kehancuran demi kehancuran. kau membuat yang benar seolah-olah salah, dan yang salah seolah-olah menjadi benar.
Apa yang sebenarnya kau pikirkan, Apa kau pikir aku hanya boneka mainan yang seenaknya tanganmu menoreh tinta untuk hidup yang engkau sendiripun tak tau jalan takdirnya. Apa hak mu memberikan argumentasi seperti yang kau tuliskan dalam naskah-naskah busukmu. Jika kau mampu membolak-balikkan hidup seseorang, maka biarkan aku menoreh pedihnya hidupmu dalam cerita penghianatan.
Jangan pernah terlibat dalam kehidupan masa lalu seseorang, kau sudah terlalu lancang untuk mengusiknya. memang kau pernah datang membawa kehidupan baru bagi sosok yang telah rapuh, tetapi sayang seribu sayang engkau tidak lebih dari seorang penghianat, kau pergi layaknya pengecut yang hanya menyisih dan menoreh luka yang teramat pedihnya. Bisakah kau bayangkan betapa sakitnya kau menindih luka, yang walaupun hampir terobati..? Kau datang dengan senyummu yang bahkan aku tak tau arti senyum sang pengecut sepertimu.
Jangan selalu bersembunyi di balik topeng kebohongan dan penghianatan yang kau lakukan. Serapat-rapatnya engkau menutupinya, jika itu busuk pasitilah suatu saat akan terungkap juga. Apaka kau tak sadar bahwa engkau telah membuat kesalahan yang sangat besar? kau telah berbohong pada dunia, dan ingat bahwa alam tak pernah tidur, ia juga sedang menyaksikan kebohongan yang tengah kau lakoni. Maka jangan pernah bangga karna sudah bertopeng, jangan pernah bangga karena memiliki topeng sebab jangan sampai topeng itu juga yg akan menghancurkanmu di hari kelak.
Jangan pernah jadi pahlawan jika berkorban demi cinta saja kau tak bisa. kau hanya pantas disebut sebagai pengecut. Jadi tolong ku mohon dengan sangat, tak bisa kah tangan kotor mu itu berhenti menitipkan tinta berwarna di atas kertas putih itu..? T
ak bisakah hati benalu mu itu kau lepaskan. sebenernya apa yang kau inginkan dari jiwa ini, hati ini sudah sangat rapuh untuk terluka, tidak bisakah kau menghadirkan ketenangan untuk jiwa yang tak ingin terganggu lagi. Kumohon Pergilah... Aku sudah terlalu sakit untuk terluka lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H