Mohon tunggu...
Nurfitrah Anwar
Nurfitrah Anwar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menggambar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kerjasama Toleransi Antar Umat Beragama di Kalimantan Barat: Menjadi Teladan untuk Masyarakat Indonesia

7 Januari 2025   09:20 Diperbarui: 7 Januari 2025   09:20 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di Kalimantan Barat, suku Dayak dan Melayu memberikan contoh yang luar biasa tentang bagaimana dua suku yang berbeda budaya dan agama dapat bekerja sama membangun dua rumah ibadah secara bersamaan, yakni gereja dan masjid. Kolaborasi ini bukan hanya menunjukkan semangat toleransi antar umat beragama, tetapi juga mencerminkan kekuatan persatuan dalam menjaga keharmonisan di tengah keberagaman. Kedua suku ini saling bergotong-royong, mendukung satu sama lain dalam hal tenaga, dana, dan material, sehingga tercipta simbol nyata dari nilai-nilai persaudaraan, kebersamaan, dan kebhinekaan. Hal ini menjadi contoh nyata bahwa perbedaan suku dan agama tidak menjadi penghalang untuk bekerja bersama demi tujuan yang lebih besar.

Dari kerjasama ini, kita bisa memetik beberapa hal positif, salah satunya adalah pentingnya nilai toleransi dan saling menghargai antar umat beragama. Kerjasama ini mengajarkan bahwa perbedaan agama dan budaya bukanlah alasan untuk terpisah, melainkan sebuah kesempatan untuk saling mendukung. Selain itu, semangat gotong-royong yang tercipta di antara suku Dayak dan Melayu mempererat ikatan sosial antara mereka, menciptakan masyarakat yang inklusif, damai, dan penuh kasih. Ini juga menjadi pelajaran penting bagi generasi muda bahwa membangun masyarakat yang harmonis memerlukan sikap saling menghormati dan bekerja sama, tanpa memandang perbedaan.

Kerjasama yang tercipta ini juga didorong oleh beberapa faktor. Pertama, nilai-nilai kearifan lokal yang telah menjadi bagian dari budaya kedua suku, seperti gotong-royong dan solidaritas, sangat mempengaruhi sikap mereka dalam bekerja sama. Kedua, suku ini telah lama hidup berdampingan dalam keberagaman, sehingga tercipta hubungan saling menghargai dan menguatkan antara mereka. Ketiga, peran pemimpin agama dan masyarakat yang bijaksana dalam memotivasi dan mengajak masyarakat untuk melihat kerjasama ini sebagai bagian dari memperkokoh persatuan dan toleransi. Selain itu, faktor pragmatis seperti kebutuhan bersama untuk memiliki fasilitas ibadah yang layak juga turut mendorong mereka untuk bergotong royong.

Namun, meskipun kerjasama seperti ini sangat positif, kita juga harus memahami bahwa toleransi memiliki batasannya. Toleransi bukan berarti menerima segala sesuatu tanpa batas, tetapi menghargai hak orang lain untuk memiliki pandangan, keyakinan, dan kebiasaan yang berbeda, selama tidak merugikan hak asasi orang lain. Toleransi mengharuskan kita menjaga keseimbangan antara kebebasan individu dan keharmonisan sosial. Namun, batasan toleransi dapat tercapai ketika keyakinan atau perilaku melanggar norma-norma sosial atau bertentangan dengan prinsip dasar kemanusiaan, seperti kekerasan atau diskriminasi. Oleh karena itu, toleransi harus tetap dijaga pada dasar saling menghormati dan keadilan, dan tidak digunakan untuk membenarkan ketidakadilan atau pelanggaran hak asasi manusia.

Meski demikian, di dunia ini kita juga tidak dapat menghindari kenyataan bahwa ketegangan antar kelompok sering kali muncul meskipun upaya untuk membangun toleransi sudah dilakukan. Konflik ini bisa muncul akibat perbedaan pandangan atau ideologi, ketidakadilan sosial, ketidaktahuan atau stereotip tentang kelompok lain, serta penyebaran informasi yang bias atau provokatif oleh media. Meskipun nilai-nilai toleransi sudah diterima, ketegangan emosional dan historis yang terpendam antar kelompok bisa kembali muncul jika ada pengalaman masa lalu yang menimbulkan trauma atau rasa saling curiga.

Dalam Al-Qur'an, prinsip toleransi ini diajarkan dalam beberapa ayat, di antaranya dalam Surah Al-Kafirun (109:6) yang menyatakan: "Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku." Ayat ini mengajarkan prinsip penghormatan terhadap perbedaan agama, di mana setiap individu berhak menjalankan agamanya sesuai keyakinannya masing-masing tanpa harus saling memaksakan. Selain itu, dalam Surah Al-Baqarah (2:256) dijelaskan bahwa "Tidak ada paksaan dalam agama; sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat." Ayat ini menegaskan bahwa kebebasan beragama adalah hak setiap individu yang harus dihormati.

Jika tidak ada penghargaan terhadap agama lain, dampak negatifnya bisa sangat besar. Konflik antar kelompok bisa meningkat, dan ketegangan sosial bisa berlarut-larut. Hal ini tidak hanya merusak hubungan antar individu, tetapi juga menghancurkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa. Masyarakat yang tidak menghargai agama lain akan sulit untuk bersatu, bahkan bisa terpecah-belah. Selain itu, ketidakharmonisan ini bisa menghambat kemajuan sosial, ekonomi, dan politik, serta menurunkan kualitas kehidupan bersama. Penghargaan terhadap agama lain adalah bagian dari menghormati hak asasi manusia, yang merupakan prinsip dasar kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kerukunan antar umat beragama sangat penting untuk menciptakan kehidupan bersama yang damai dan harmonis. Kebhinekaan adalah kenyataan yang harus diterima dalam masyarakat yang majemuk, seperti Indonesia. Keberagaman agama, budaya, dan suku bangsa adalah bagian dari identitas bangsa yang harus dihargai dan dilestarikan. Dengan rukun, kita dapat menghindari konflik yang merugikan semua pihak dan menciptakan suasana yang lebih aman dan nyaman untuk hidup bersama. Toleransi dan kerukunan antar umat beragama akan memperkuat rasa persatuan, menghindarkan kita dari perpecahan, dan mempercepat kemajuan sosial, ekonomi, dan politik negara kita.

Dengan demikian, penting bagi kita untuk terus menjaga nilai-nilai toleransi dan kerukunan antar umat beragama di Indonesia, demi masa depan yang lebih baik dan lebih damai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun