Mohon tunggu...
Siti Nur Faujah
Siti Nur Faujah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Saya adalah mahasiswa dari jurusan pendidikan ilmu pengetahuan alam yang sedang menempuh semester lima di universitas sultan ageng tirtasaya, pendidikan IPA ialah mata pelajaran favorit waktu sekolah. Hobi saya ialah membuat cerita pendek dari perjalanan hidup yang dilalu, banyak hal yang tidak di sangka terjadi namun terkesan yang mebuat saya terinspiarasi untuk semangat kembali menajalani hidup dengan meraih cita-cita yang ku inginkan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengenal Tanaman Transgenik

18 Desember 2024   08:20 Diperbarui: 18 Desember 2024   08:20 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster Tanaman Transgenik

Aini Sita Rahmawati, Alfira Dyah Fitriana, Nuraini Safitri, Kamila Rahma Putri, Dwi Febby Mustikaningrum, Rizal Faturrohman

Sejak tahun 1973 untuk mengantisipasi kerawanan pangan khususnya di bidang pertanian, maka negara-negara maju, terutama Amerika mulai mengembangkan bioteknologi modern melalui rekayasa genetik yang produknya dikenal dengan tanaman trangenik.Pelaksanaan uji coba sering dilakukan oleh perusahaan bioteknologi raksasa Amerika di wilayah Indonesia. Perusahaan tersebut dapat menanam tanaman transgenic hanya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian. Akibat tidak dilakukan pengawasan yang benar terjadi kasus di kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan pada Tahun 1999. Akibat pelepasan benih ini mengakibatkan tuntutan dari masyarakat sekitar menderita gatal-gatal pada kulit, Sehingga masyarakat menuntut untuk menghentikan penanaman kapas Bt tersebut.(Ida Ronauli,2003:99).

Sebagian pakar bioteknologi tidak menyetujui proses uji coba tanaman kapas bt yang berdampak negatif bagi kerusakan struktur tanah dan berakibat merusak produk pertanian. Pelepasan tanaman transgenik ke alam bebas membawa dampak bagi ekosistem, diantaranya: (Fokky Fuad, LexJurnalica, 2005:65)
1.Tanaman transgenik dapat berubah menjadi gulma yang membanjiri ladang lahan dan ekosistem
2.Tanaman transgenik akan menjadi perantara perpindahan gen-gen baru ke tanaman liar yang dampak ekosistemnya tidak dapat diprediksi
3.Tanaman yang direkayasa dengan menyisipkan virus akan memfasilitasi lahirnya virus baru yang dapat menimbulkan penyakit baru bagi tanaman
4.Tanaman yang direkayasa menimbulkan resiko bagi mahluk lain.

Kerusakan ekosistem akibat uji coba bioteknologi tanaman transgenik oleh perusahaan asing menjadi isu yang semakin mendesak dalam konteks lingkungan dan keberlanjutan. Tanaman transgenik, yang merupakan hasil rekayasa genetika, dirancang untuk meningkatkan produktivitas dan ketahanan terhadap hama, namun implementasinya sering kali menimbulkan dampak negatif yang signifikan terhadap ekosistem lokal. Oleh karena itu masyarakat perlu diberdayakan dengan pengetahuan mengenai efek negatif dari penggunaan tanaman transgenik. Edukasi melalui poster dan kampanye informasi dapat meningkatkan kesadaran tentang perlunya melindungi ekosistem dan mendukung praktik pertanian yang lebih berkelanjutan.
Maka dari itulah perlu adanya poster ini dimana isi nya berupa informasi terkait tanaman transgenik,peraturan penanaman tanaman transgenik dan yang terakhir adalah dampak dan solusi dari permasalahan tanaman transgenik itu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun