Mohon tunggu...
Nur Fatma Juniarti
Nur Fatma Juniarti Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Ibu dua anak yang pernah berkecimpung di dunia pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Penipu Berhipnotis Makin Meresahkan

10 Oktober 2014   07:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:38 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Penipuan dengan cara menghipnotis korban sudah lama terdengar. Semakin hari modusnya semakin canggih. Korban semakin bertambah banyak, sayangnya penipuan dengan cara ini sepertinya sangat sulit diantisipasi.

Beberapa tahun yang lalu, rekan kerja suami saya hampir saja kena tipu dengan cara hipnotis. Penipu melakukan aksinya melalui telpon selular. Selama melakukan percakapan via telepon, rekan suami saya tersebut merasakan ngantuk yang luar biasa. Ketika mengantuk itulah, rekan suami saya diperintahkan untuk mentransfer sejumlah uang lewat atm. Beruntung, ia sempat berpamitan dengan istrinya sebelum pergi ke atm. Saat berpamitan itulah ia akhirnya tersadar bahwa ia sedang dihipnotis.

Beda rekan suami saya, beda pula dengan mertua saya. Saya cukup kaget mendengar kabar bahwa ibu mertua saya tertipu dengan cara hipnotis. Kejadian ini terjadi sekitar seminggu yang lalu.  Mertua saya mendapat telepon dari penipu yang mengatakan bahwa beliau memenangkan undian berupa mobil. Di awal-awal percakapan, mertua saya menyangkal bahwa ia menang sebuah undian. Faktanya memang mertua saya tidak pernah mengikuti undian apapun. Tapi si penipu ini tak berputus asa.

Sepertinya penipu ini memiliki cara jitu untuk menggiring korban menjadi takluk kepadanya. Penipu melakukan ‘wawancara’ dengan mertua saya. Wawancara demi wawancara yang dilakukan penipu, menyebabkan mertua saya lupa bahwa ia sedang menyangkal memenangkan undian berupa mobil.

Mertua saya ingat bahwa penipu berkata “Walaupun ibu tidak percaya, saya tetap akan beritahukan prosesnya hingga ibu terpilih menjadi pemenang. Tapi ngomong-ngomong, kalau seandainya ternyata ibu benar-benar memenangkan undian mobil ini, perasaan ibu bagaimana? mau ibu apakan mobilnya?”

Sejak pertanyaan itu, penipu mengajukan beberapa pertanyaan lanjutan kepada mertua saya. Wawancara yang dilakukan selalu diselingi dengan cerita-cerita. Gigih juga penipu tersebut melakukan aksinya. Wawancara dilakukan sekitar satu jam lamanya.

Setelah satu jam, mertua saya berpamitan dengan ipar saya untuk pergi ke atm. Ipar saya sudah mencegahnya, tapi pengaruh hipnotis terlalu kuat. Mertua saya tetap pergi ke atm dengan menggunakan ojek. Ipar saya dan bapak mertua saya menyusul ke atm yang letaknya tidak jauh dari rumah. Di lokasi atm, bapak mertua saya beserta ipar saya berusaha mencegahnya, bahkan tukang ojek yang mengantarnya juga berusaha mencegahnya. Namun keadaan semakin tidak terkendali dan akhirnya semua ‘merelakan’ ibu mertua saya masuk ke atm.

Ketika sampai di rumah pengaruh hipnotis belum juga hilang. Penipu melakukan aksinya untuk kedua kali. Ia meminta sejumlah uang lagi. Ibu mertua saya pun gigih untuk kembali ke atm. Hanya saja, kejadian yang kedua ini berhasil digagalkan.

Taktik penggagalan dilakukan dengan cara yang unik. Bapak mertua saya mengatakan akan mengantarkan Ibu mertua ke atm, tapi beliau harus menunggu bapak menyelesaikan kewajiban dahulu. Harapannya, dengan menunggu itu pengaruh hipnotis hilang. Benar saja, ketika ibu menunggu bapak, tiba-tiba beliau menangis. Ibu mertua saya akhirnya sadar dari pengaruh hipnotis.

Kejadian ini membuka mata saya. Sebelumnya saya menganggap bahwa orang yang tertipu dengan cara hipnotis adalah orang yang mudah tergiur barang mewah, orang yang sedang sendiri di tempat umum, orang yang sedang menghadapi masalah, ataupun orang yang sering kosong pikirannya.  Tapi ibu mertua saya bukanlah golongan orang-orang tersebut.

Penipuan dengan modus menghipnotis korban, bisa menimpa siapa saja. Tidak hanya orang yang sendirian di tempat umum, orang yang sedang berada ditengah-tengah keluarga pun bisa menjadi korban. Tidak hanya orang yang berpikiran kosong, orang yang memiliki kesadaran penuh pun bisa terkena pengaruh hipnotis. Oleh karena itu kewaspadaan perlu ditingkatkan.

Sedikit tips dari saya untuk menghindar dari penipu berhipnotis


  1. Jika menerima telepon mencurigakan, segera hentikan pembicaraan. Semakin lama anda berbicara, semakin mudah anda dihipnotis.
  2. Waspadalah jika ada anggota keluarga berbicara lama di telpon.
  3. Jika anggota keluarga terlanjur terkena hipnotis, cegahlah untuk menuruti sugesti yang diberikan oleh penipu. Jika gagal, berusahalah untuk mengulur waktu hingga anggota keluaarga anda keluar dari pengaruh hipnotis.
  4. Jangan berbicara dengan orang asing. Pepatah barat ini mungkin tepat untuk situasi seperti ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun