"maksudnya mas Tyo tuh apa ya?" kata denish dalam hati. "dia nanyain lo tuh cha, suka kali sama lo" kata Denish memecah kesunyian yang terjadi. "kenapa gue jadi degdegkan ya den, geer lagi gue" ujar Icha. "gue bales apaan nih? hehe kayaknya iya deh cha, sikat cha. ganteng lagi kan, calon dokter. kurang apalagi mas Tyo coba" kata Denish melanjukan pembicaraan mereka. Sebenarnya dalam hati Denish, ia tidak mengira mas Tyo jatuh hati kepada Icha. walaupun sebenernya ia tak ada masalah dengan hal itu, justru ia senang jika mereka berdua bisa menjalin hubungan. Hanya Denish merasa ia sudah mengenal mas Tyo seperti mengenal abangnya sendiri, jadi ia sedikit cemburu melihat mas Tyo memberi sedikit perhatiannya kepada Icha. hari itu pun mereka lanjutkan dengan biasa saja. Tanpa Denish tau, hal yang terjadi tadi membuat Icha terus terfikir hingga larut malam. "apa maksudnya mas Tyo nanyain gue ya?" ucap Icha dalam hati. "yaudahlah cha, toh cuma nanya gitu doang. jangan dipikirin tidur aja tidur" hibur icha kepada dirinya.
satu minggu UAS pun mereka lalui, satu-satu hasil mata kuliah pun keluar. Denish termasuk anak yang pandai, walaupun tidak sepandai Icha tetapi mereka selalu bersaing dalam mendapatkan nilai yang bagus, tak jarang pula Denish mengungguli icha dalam beberapa mata kuliah. Ketika mereka sedang asyik ngobrol di pelataran lorong lantai 8 lagi-lagi BBM Denish bergetar, belum saja Denish liat, ia sudah degdegkan. Ternyata benar, mas Tyo kembali menyapa denish. “Denish dikampus?”Tanya mas Tyo. “iya mas, kenapa?” balas Denish. “udah selesai UASnya kan? Mas Tyo juga dikampus nih, mau makan bareng? Dibelakang kampus aja”sejenak Denish menatap kearah Icha “mau ga cha? Makan bareng kita. Biasanya kalo makan kan cepet tuh elo responnya” Tanya Denish. “gue kan mau langsung balik Den, nyokap minta dijemput di tempat kerjannya, lo aja makan sama mas Tyo” jawab Icha. Akhirnya tak lama Icha pun pulang dan Denish menghampiri mas Tyo diwarung nasi ayam ‘nenek’ dibelakang kampus. “mas Tyo, udah lama ya nunggunya? Maaf-maaf kirain belom disini” sambil duduk Denish memulai membicaraan. “engga kok Den, baru juga dateng. Tadi abis dari tukang foto copy sebelah. Gimana UASnya?” “baik mas, Alhamdulillah lancer hehe, semoga juga hasilnya lancar juga, doain aja ya mas” perbincangan mereka pun terus berlanjut hingga hari berubah menjadi keunguan gelap. “pulang sama siapa Den? Mau dianter pulang ga?” mas Tyo berkata sambil membayar makanan yang mereka makan. “aku bawa mobil mas, mas tyo pulang sama siapa? Mobilnya taro mana?” Tanya Denish. “ooh nanti temen aku jemput disini pake mobilku. Nah tuh dia” “okee aku parkir digedung, mas Tyo hati-hati yaa” “kamu yang harusnya hati-hati, dah denish” sambil mengacak-ngacak rambut Denish, mas Tyo pun masuk kedalam mobil.
Mulai dari saat itu mas Tyo dan Denish menjadi sering BBM-an. Icha pun mengetahui hal tersebut, awalnya semua terlihat baik-baik saja, sampai semua berubah terbalik, ketikaDenish dengan tidak sengaja melihat BBM icha dengan mas Tyo. “ternyata icha udah punya BBM mas Tyo?? Ternyata merekan BBM-an??” perasaan Denish pun berubah menjadi tidak karuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H