ini tulisan lain kelas X SMA juga, tp novel saya yang berbeda hihihihi
Malam kini telah kembali ke peraduannya,dengan amat perlahan seakan mendengar perintah Ghoib dari yang maha Ghoib. Kini sayup-sayup terdengar bunyi kokok ayam menandakan hari telah memasuki pagi.
Suasana pagi ini sepertinya masih saja seperti yang dulu. Selalu membekas di hati bagi setiap orang yang tinggal dalam naungan desa Pumo. Terlebih bagi para kekasih Allah yang selalu menyisahkan waktu Dzikir mereka kepada sang Kholik di waktu pagi, agar kita terhindar dari segala bencana sampai malam nanti.
Sepertinya bukan hanya manusia yang ikut merasakan Indahnya cinta kasih sang Kholik kepada para makhluknya, suasana embun pagi yang sejuk ini menciptakan suasana penuh takzim para Binatang dan pepohonan melantunkan ayat-ayat Allah melalui dzikir mereka masing-masing.
Dari kejauhan tampak Gunung nan asri di pandang mata, Subhanallah…. Maha suci Allah yang telah menciptakan semua lukisan alami ini dengan segenap kekuasaanNya. Dengan lukisan yang begitu indah ini, teganya manusia mengotorinya, mereka ikut memajang karya mereka yang terlihat tidak sempurna di atas lukisan Ilahi yang Subhanallah sangat sempurna. Keindahan yang selama ini membuat desa Kertonegoro, kecamatan Jenggawah terlihat begitu mengesankan.
Suasana seperti inilah yang juga turut menimbulkan kesan mendalam tersendiri bagi Habibatun Nufus. Kesan mendalam tentang dunia kecilnya yang kini menari-nari didepan pelupuk matanya, dunia indah dimana ia pertama kali mengenal dunia, dunia penuh kasih seorang Ibu yang tiada pernah terputus walau diterjang Badai, dunia dimana ia dapat merasakan kekuatan sayang dari sang ayah.
Ya Allah andai waktu dapat berputar….. ku ingin masuk kembali ke dunia remajaku…..!!! kini Nufus malah tersenyum sendiri dengan doanya, tapi…….. Allah maha kuasa….semua bisa saja terjadi dengan kehendak-NYA. Pikiranya kini jauh menerawang masa lalunya yang penuh liku dan onak berduri kehidupan. Begitu panjang masa pahit yang harus ia tempuh demi menggapai Ridho Ilahi.
Astaghfirullah betapa berdosanya aku selama ini…
Ya Allah yeng mengampuni segala kesalahan…
Ampunilah segala dosa hambamu yang hina ini….
Ya Allah……….
8 tahun yang lalu………
Saat itu ia menginjakkan kakinya di bangku SMA favourit di kotanya. Dengan semangat yang membara, ia selalu memulai langkahnya dengan mantap.
Bismillah….. Ya Allah. Begitulah setiap, ia melangkahkan kakinya menuju sekolahnya. Tak lupa pula, sebagai anak yang berbakti dengan orang tua, ia selalu mencium dengan takzim lengan telapak tangan bapak ibunya.
Dengan sepeda bututnya, ia memulai perjalanannya menuju tempatnya menuntut ilmu. Namun memang nasib baik sedang tak berkunjung di hari pertamanya ke sekolah. Ban sepeda motornya bocor ditengah jalan, ia panik padahal sekolah masih 5 km lagi sedangkan jam tangannya menunjukkan pukul tujuh kurang 10 menit. Disaat itulah sebuah pertolongan Allah datang melalui seorang pemuda.
Di sekolah ia sempat pesimis melihat begitu banyak siswa di sekolah barunya, tapi bukan itu yang membuatnya pesimis. Akan tetapi setelah memandang bajunya sejenak ia berkata dalam hati seandainya Allah memberi rezeki lebih pada orang tuaku…. Astaghfirullahal adzim ….. ampuni hambamu ini Ya Allah. Allah telah mengatur rezeki setiap makhlukNya di muka bumi ini. Tak mungkin Allah melanggar janji-Nya. Ia adalah yang maha berkuasa atas segala sesuatu.
Jika tak ingat bahwa orang tuanya dengan susah payah menyekolahkannya, jika ia tak ingat bahwa menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim dan muslimah. Tentu semangatnya untuk terus sekolah dengan keadaan apa adanya akan luntur dari dirinya
Hari pertamanya disekolah ia jalani dengan semangat membara, selain ilmu baru dari gurunya ia juga mendapat seorang teman duduk yang begitu lincah dan selalu ceplas-ceplos dalam bertutur kata. Itulah yang pertama kali ia lihat didalam diri Arini Nuril Azkiya’, seorang keturunan blesteran Arab-Indo, namun ia adalah keturunan ketujuh. Begitulah kata Arin, panggilan temannya itu.
Semua yang ia dapat, telah ia tumpahkan seluruhnya kepada Ibundanya tersayang. Hanya satu yang ia sembunyikan, ia tak menceritakan bahwa baju yang ia kenakan adalah yang terjelek di antara teman-temannya. Ia tak tega melihat perubahan raut wajah ibunya yang sudah tampak kerutannya itu terlihat berseri-seri mendengar pengakuannya, harus lenyap karena mendengar penuturannya. Biarlah aku berpakaian tidak sebagus teman-temanku, asal aku dapat membahagiakan kedua orang tuaku. Toh aku bertujuan mencari ilmu, bukan untuk pamer baju.
Meskipun begitu, ia merasa ada yang kurang dalam penuturannya. Entah itu apa, dia sendiri pun tak mengetahuinya.
Ya Allah …. Hamba adalah makhluk yang sangat jauh dari sempurna. Karena kesempurnaan adalah milik-Mu semata. Hamba tak tahu apa yang ada dalam hati hamba, sehingga hamba merasa ada sesuatu yang hamba alami tapi tak pernah hamba ketahui. Ya Allah hindarkan hamba dari segala prasangka buruk terhadap perkara-Mu. Jikalau rahasia itu adalah murka-Mu, jauhkanlah hamba dari godaannya, tapi jikalau rahasia itu adalah jalan menuju ridho-Mu, maka jadikanlah hamba dekat dengannya. Amien.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H