Strategi pembelajaran adalah cara yang digunakan seorang guru untuk meningkatkan pengetahuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Untuk meningkatkan pengetahuan siswa, seorang guru harus menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswanya. Pasal 9 ayat 1 UU No 23 Tahun 2002 menyatakan "Bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya". Strategi pembelajaran yang dapat digunakan salah satunya adalah Discovery Learning.
Discovery Learning adalah pembelajaran yang berpusat kepada siswa untuk belajar secara mandiri dan aktif. Strategi pembelajaran ini dirumuskan pertama kali oleh psikolog Jerome Bruner pada tahun 1961. Bruner dalam Sariani et al. (2021) menyatakan Discovery Learning adalah proses pencarian pengetahuan yang dilakukan oleh siswa untuk menemukan suatu pemecahan masalah atau fakta. Dengan kata lain, siswa berusaha mencari pengetahuannya sendiri demi menghasilkan pembelajaran yang bermakna.
Penelitian menunjukkan bahwa melalui strategi pembelajaran Discovery Learning, siswa didorong untuk berpikir kritis, menganalisis sendiri, dan menemukan konsep berdasarkan bahan atau data yang dieksplorasi oleh siswa sendiri. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa strategi pembelajaran discovery learning dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa SD. Strategi pembelajaran ini juga mendorong siswa untuk aktif dalam aktivitas belajar dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa selama pembelajaran berlangsung. Dengan demikian, Discovery Learning dapat dijadikan strategi pembelajaran yang efektif untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Adapun langkah-langkah dari strategi pembelajaran Discovery Learning yaitu:
1. Stimulasi (pemberian rangsangan), pada tahap ini siswa akan dihadapkan sesuatu yang akan mengarahkan pada persiapan pemecahan masalah.
2. Problem Statement (pernyataan/identifikasi masalah), pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk mengidentifikasi masalah yang relevan dengan materi, kemudian dipilih salah satu masalah dan dirumuskan hipotesisnya.
3. Data Collecting (pengumpulan data), pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya.
4. Data Processing (pengolahan data), pada tahap pengolahan data ini siswa dapat mengolah informasi yang telah dikumpulkan, baik melalui wawancara, observasi dan sebagainya.
5. Verification (pembuktian), pada tahap pembuktian siswa menampilkan hasil temuan yang didapatkan untuk membuktikan benar atau tidaknya temuan tersebut.
6. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi), pada tahap akhir ini siswa akan menyimpulkan apa yang sudah dipahami.
Strategi pembelajaran Discovery Learning ini dapat diterapkan dalam proses pembelajaran salah satunya pelajaran IPA dengan topik "Kelistrikan dan Teknologi Listrik di Lingkungan". Dalam pembelajaran ini siswa akan diberikan stimulus lalu siswa akan mengidentifikasi masalah, mengumpulkan informasi yang relevan, mengolah informasi yang diperoleh, membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang telah dirumuskan, dan menyimpulkan hasil pengumpulan informasi. Dari proses ini siswa akan menemukan konsep listrik statis, muatan listrik, potensial listrik, hantaran listrik, dan kelistrikan pada sistem syaraf serta contohnya pada hewan-hewan yang mengandung listrik. Dengan contoh penerapan strategi pembelajaran discovery learning ini dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Discovery Learning ini mempunyai kelebihan dalam proses pembelajaran. Diantara kelebihannya yaitu:
1. Meningkatnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.
2. Mendorong keaktifan siswa.
3. Siswa dapat berinteraksi dan bekerja sama dengan siswa lainnya.
4. Situasi belajar jadi lebih menyenangkan.
5. Mengarahkan siswa dalam kegiatan belajar mandiri.
Selain mempunyai kelebihan Discovery Learning juga mempunyai kekurangan yaitu:
1. Tidak semua mata pelajaran dapat diajarkan menggunakan discovery learning.
2. Tidak semua siswa mampu melakukan penemuan.
3. Membutuhkan waktu yang lama daripada pembelajaran biasa.
4. Terlalu mementingkan proses pemahaman dan perkembangan sehingga keterampilan berkurang.
Dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran Discovery Learning yang diterapkan dalam proses pembelajaran dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Langkah-langkah yang dimiliki Discovery Learning inilah yang sangat memicu peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa, yang mana disetiap langkahnya siswa harus menggunakan logika, penalaran, dan evaluasi kritis dalam proses pembelajaran. Hal ini juga yang menyebabkan siswa harus terlibat secara aktif dalam menemukan sendiri pengetahuan atau informasi. Namun strategi pembelajaran ini mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing, untuk itu dalam menerapkan strategi pembelajaran discovery learning ini harus disesuaikan dengan pelajaran yang membutuhkan hasil penemuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H