Mohon tunggu...
Nur Faisal Hamzah
Nur Faisal Hamzah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

bermain sepakbola, menonton sepakbola, menganalisis sepakbola

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mimpi Buruk itu Realita?

15 Juli 2024   19:23 Diperbarui: 15 Juli 2024   19:46 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Transjakarta dipagi hari begitu ramai, banyak orang berdesak-desakan bertaruh dengan waktu demi sebuah tempat yang harus dipertahankan atau ditingkatkan, sudah bukan hal yang baru melihat kejadian itu, persaingan antara pekerja yang sangat ketat sudah biasa terjadi saling adu jotos ataupun saling santet, dengan topeng berkedok senyuman.

Suguhan secangkir kopi ditemani beberapa batang rokok untuk bersiap menjalani hari yang kelam, aku jadi teringat dengan sebuah kisah kita dulu sebelum kita berpisah dengan tragis, memang kadang kita merasa kita sudah benar tapi apakah dengan itu membuktikan kita benar?, bisa saja kita salah dengan sebuah argument yang tidak jelas dengan berdalih sebuah kesejahteraan.

Tapi apakah dengan hal itu membuatku membencimu?, sebenarnya tidak, aku memang tahu hal itu tapi aku sangat menyayangkan sebuah kejadian yang terjadi, berat rasanya melihat kenyataaan yang pelik, terkadang aku melamun memikirkan apa yang kurang dari diriku ini, namun kawan-kawanku menguatkan jika tidak ada yang sempurna di dunia ini, namun aku sering sekali menghiarukan omongannya, aku merasa memang kurangnya aku itu ada tapi apakah dengan kekurangan ini membuatmu berpaling dengan secepat itu?, aku masih bertanya-tanya.

Namun beberapa bulan ini aku selalu memikirkan apakah kita benar-benar menjadi seperti orang asing yang tidak saling kenal, aku selalu meminta untuk mengulang semua kejadian itu, aku berulang-ulang meminta sang pencipta, kenangan manis itu, apakah akan terulang?, atau akan menjadi bomerang bagiku?. 

Aku sangat mencintaimu sebagaimana puisi pak sapardi, aku nekat untuk bekerja demi bisa kembali denganmu, aku melupakan apapun yang hanya menjadi hambatan bagiku, aku menyerah dengan perasaan yang membuatku sadar aku ini hampir gila, mengapa bayanganmu selalu ada setiap malam ataupun meranjak ke mimpi yang aku takutkan, seperti hantu yang bisa menghilang namun ia juga bisa kembali sewaktu-waktu.

Lucunya kita kenal ketika kita desember 2022 dikala aku sedang disia-siakan oleh dunia, kau datang dengan harapan yang lama ku tunggu, kenyamanan dalam ketidakpastian itu menyerangku apakah ini nyata atau hanya gimiknya belaka, aku selalu mencurigainya hingga aku melihat sebuah komenan yang menurutku tidak begitu penting, aku abaikan sampai di bulan juli saat dirimu sedang melakukan pengabdian masyarakat, aku selalu menanti malam demi bisa mendengar suaramu, hingga sebuah pesan masuk di instagram, sebuah kiriman dari seorang yang berseragam.

Hahaha, aku hanya orang yang kecil, aku saja masih memulai ini dari nol sedangkan dia sudah mendapatkan previliege, semua kecurigaan itu tersampaikan saat desember tahun lalu, mengapa kamu begitu mendambakannya?, apa kurangnya pengorbanan yang telah diberikan?, apakah sebuah cinta bisa terbayar dengan uang yang bisa habis, memang kata orang hidup dengan cinta belum tentu membuatmu kaya, namun jika kamu mencintai seseorang dengan uang kekayaan akan datang kepadamu, sebuah kalimat klasik namun hanya bualan orang tua, memang ada benarnya kita bisa membeli segalanya dengan uang namun jika dengan uang bisa merebut kebahagiaan orang lain?.

Sederhana tapi aku tetap mencintaimu dengan harapan kamu bisa kembali pulang, ruang hati ini seperti kapal pecah, hancur, rapuh, tak terurus, belum tentu orang yang baru dapat mengembalikan hal itu kembali namun hanya bertahan 2 hari aku sudah mengusirnya, aku tak ingin dicintai dengan kata-kata saja, namun aku ingin berbincang seperti apa yang sering kita lakukan di telepon, aku ingin bercanda gurau saat ditelepon, bahkan aku ingin datang ke rumahmu, namun aku tidak akan berani jika kamu berada di ruang angkasa yang amat jauh. 

Penutup, aku hanya ingin kita kembali seperti apa yang kita harapkan sebelum power rangers itu datang dengan membawa kekuatan bernama uang, seperti harapan yang kita inginkan, aku harap kamu melihat ini dan melihat seberapa rapuhnya diriku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun