Mohon tunggu...
nurfahmi fauziah
nurfahmi fauziah Mohon Tunggu... -

something 'bout written is a part of my life

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Secangkir Teh

2 September 2012   13:57 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:00 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

penahkah terfikirkan akan hidup?

sesuatu yang kita jalani setiap detiknya ini. atau mungkin sesuatu yang terus menerus secara sadar maupun tidak kita nikmati, kita caci, maki, puji, jauhi, dekati. meskipun tanpa sadar, kita tak pernah mengerti betul apa itu hidup dan kehidupannya.

banyak para falsafat, dokter, doktor, ahli sastra bahkan penulis yang notabene dominasi tulisannya adalah angan-angan ikut serta dalam mendefinisikan arti hidup. yang kemudian muncul adalah arti hidup yang tak pernah salah dan mengundang komentar 'iya ya' atau 'wah gue banget'. tapi sadarkah kita bahwa mereka yang mampu mendefinisikan sesuatu yang mereka sebut dengan 'hidup' adalah argumen dari sudut pandang mereka sendiri. hanya mereka. dan sesuai dengan pengalaman mereka. kita yang kebetulan 'pernah' mengalaminya tentu saja berkata 'wah bener!' ketika suatu teori dikumandangkan dan sesuai dengan bagian hidup kita.

dan mungkin ini pun jelas menurut pandanganku. hidup yang kita jalani ini sebetulnya lucu. mengapa tidak. kita yang terlahir dan telah disandingakan dengan 1 kata ini bahkan belum paham betul mengenainya. jika setiap orang di dunia ini diberi waktu 25 menit bersamaan untuk mendefinisikan arti hidup maka sebanyak jumlah manusia itulah definisi tentang hidup. karena hidup tak pernah memberikan arti akan dirinya sendiri kepada siapapun. ia menantang setiap individu untuk menemukan arti tentangnya sesuai pengalaman dan kesenangannya sendiri. betapa baik kan hidup ini?

bagiku, hidup bagaikan secangkir teh. mengapa? di dunia yang jumlah manusianya mencapai 3 milyar lebih jiwa ini belum tentu setiap indvidunya menyukai teh. dan orang-orang yang termasuk penyuka teh-pun belum tentu menyukai 1 jenis teh yang sama. lalu untuk 1 jenis teh yang sama pun dapat dinikmati dengan berbagai suhu yang beragam. lalu tingkatan suhu yang sama pun akan dinikmati dalam waktu yang berbeda tiap individunya. dan waktu yang sama untuk jenis dan suhu yang sama pun belum tentu dinikmati dengan 'teman' teh yang sama seperti; gula putih, gula merah, madu, gula batu. dan ini layaknya hidup. setiap individu bebas menentukan arah dan alur hidupnya sendiri sesuai dengan apa yang ia ingi dan senangi.

jelaskan hidup ini pilihan seperti teh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun