Mohon tunggu...
muhammad nurfadli
muhammad nurfadli Mohon Tunggu... -

simple person

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peradaban dan Pendidikan

2 Januari 2013   16:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:36 3435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dalam menopang peradaban bangsa, kekuatan pendidikan merupakan hal yang utama. Bangsa yang beradab tentunya selalu memberikan space khusus untuk pendidikan. Begitupun kecilnya space tersebut. Karena kedua hal ini berbanding lurus. Antara pendidikan dan peradaban. Semakin banyak ruang untuk pendidikan maka semakin tinggi peradaban yang akan diukir. Sebaliknya, peradaban yang lemah karena pendidikan tidak mempunyai ruang yang memadai. Oleh karena eratnya kaitan antara kedua hal ini, maka keduanya ibarat dua sisi mata uang. Satu sama lain tidak akan terpisahkan.

Generasi-generasi yang telah mengukir peradaban dalam sejarah manusia selalu mempunyai nilai-nilai untuk dikagumi. Bahkan tak cukup dikagumi, ia haruslah diteladani untuk membangkitkan peradaban manusia kembali. Pada dinasti Abbasiyah,yang berpusat di Baghdad ketika itu. Mampu membuktikan eksistensi peradaban yang gemilang. Berbagai karya di buat. Dari penulisan, seni kaligrafi, seni musik, dan sastra memberikan bukti nyata. Tak cukup itu, ilmu-ilmu eksak pun berkembang dengan pesat ketika itu. Disiplin ilmu dari matematika, astronomi, kedokteran menjadi rujukan ilmu pada saat itu. Perkembangan ilmu filsafat juga memberikan contoh tentang betapa kuatnya budaya pendidikan pada masa tersebut. Hal tersebut menyuguhkan kepada kita bahwa peradaban besar selalu terbentuk dalam kerangka pendidikan dan budaya menuntut ilmu yang kuat.

Sebuah bangsa tidak akan membuat peradaban bila mengandalkan kekuatan fisik semata. Dalam hal ini perang. Dengan menggunakan istilah lain yakni penindasan terhadap kemanusiaan. Kekuatan Hitler dalam mempengaruhi warga jerman sebagai ras tertinggi, membuat ia ditakuti. Sampai berlanjut pada penindasan warga yang tidak sepakat dengan dogma tersebut, pembunuhan kaum Yahudi, dan penguasaan negara-negara disekitarnya. Tak kalah juga polemik apartheid dari ras kulit putih kepada ras kulit hitam. Rezim Mao Tse Tung dari China, yang dengan kekuatannya membantai berpuluh ribu manusia. Rezim Stalin dirusia, sudah sangat cukup memberikan gambaran tentang kebiadabannya dalam penindasan kemanusiaan. Apakah bangsa tersebut membangun peradaban? Jawabannya TIDAK. Nama mereka memang dikenal, tapi tidak untuk diharapkan ada nama-nama seperti itu setelahnya. Mereka di masukkan dalam lembaran sejarah, namun untuk di ketahui keburukannya. Semua itu –dari yang mereka bangun- tidaklah membentuk peradaban, tapi membentuk Sampah Peradaban. Dari sejarahnya lah kita tahu bobroknya nilai-nilai kemanusiaan tanpa pendidikan.

Memunculkan peradaban sebuah negara dan bangsa yang gemilang mestilah dengan membuat pola pendidikan yang baik. Tak hanya baik namun juga terorganisir. Memunculkan pola pendidikan yang baik dan terorganisir juga tak dapat dirumuskan secara sepihak. Ia harus menelaah sejarah peradaban manusia. Puncak tertinggi, berapa lama bertahan, dan sistem yang dipakai adalah hal yang menjadi aspek penilaian untuk memunculkan prototipe pendidikan.

Dengan memahami tiga aspek tersebut, kita dapat merumuskan pendidikan yang akan membangun peradaban baru. Puncak tertinggi, lama bertahan, dan sistem yang dipakai. Dalam setiap aspeknya ia akan menjelaskan tujuan sebuah peradaban, berapa besar pengaruh internal dan eksternal dalam mempertahankan peradaban, dan kemudian memberikan kesimpulan pada sistem yang akan dipakai dalam pengelolaan pendidikan. Sehingga pendidikan mampu memberi efek global dalam pembangunan peradaban. Selain sebagai prototipe bagi pola pendidikan untuk negara-negara sekitar.

*

Puncak tertinggi dari peradaban adalah keadilan. Peradaban yang bertemu pada titik kejayaan selalu melekat pada kata keadilan. Adil yang dimaksud adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya. Adil dengan tidak mengurangi hak sesuatu bila hak tersebut seharusnya besar. Adil juga tidak melebihkan hak pada sesuatu yang seharusnya sedikit. Semua harus proporsional. Dengan demikian, maka pendidikan yang akan di adakan harus mengedepankan keadilan. Pola pendidikan harus menempatkan secara proporsional berdasarkan hak nya antara Agama dan Science.

Hujjatul Islam, Imam Al-Ghazali yang dikenal dengan buku Ihya Ulumuddin memang sangat mempesona. Selain ia memiliki bakatdalam bidang filsafat, ia juga seorang ahli hadist, begitu juga ia seorang yang ahli dalam bidang matematika dan astronomi. Bagaimana dunia harus membalas jasa Al-Khawarizmi dalam menemukan angka nol? Kita tahu bagaimana sejarah memberikan predikat yang gemilang tentang beliau. Walau begitu ia adalah manusia yang taat dalam beragama. Ilmu Alqur’an dan hadistnya telah mencapai tingkat yang tinggi.

Begitulah pola pendidikan seharusnya. Agama harus berputar mengelilingi scince, melindunginya agar tidak kehilangan orisinalitasnya. Membentenginya agar kedalaman penelusurannya tidak membuat sang pelajar lupa diri, dan jauh dari Tuhannya. Secara hak, antara agama dan scince adalah demikian. Ia tidak dikurangi dan dilebihkan. Pada Hakikatnya agama dan pandangan logika memiliki wilayahnya masing-masing yang tidak dapat saling memasuki secara sempurna. Namun demikian, keduanya tidak pernah berbeda (selalu beririsan) dalam masalah yang absolut, hakikat ilmiah yang benar tidak mungkin bertentangan dengan kaidah-kaidah syariat yang jelas. Sesuatu yang interpretable harus ditafsirkan agar sesuai dengan yang absolut. Jika yang berhadapan adalah dua hal yang sama-sama interpretable, maka pandangan yang syar'i lebih utama untuk diikuti sampai logika mendapatkan legalitas kebenarannya, atau gugur sama sekali. Dengan demikian keadilan sebagai puncak tertinggi dalam peradaban dalam terwujud melalui pola pendidikan yang mengarah kepadanya.

Seberapa lama peradaban bertahan. Dalam sejarah peradaban, bertahannya ia dalam kurun waktu yang lama disebabkan oleh banyaknya karya yang dihasilkan. Bahkan ia bertahan dalam kegemilangannya, saat peradaban lain memuncak setelahnya. Karya-karya tersebut terkomentasi dalam berbagai bentuk. Karya-karya berbagai disiplin pengetahuan terarsip dalam bentuk buku-buku. Hal tersebut menyesuaikan dengan aspek pengetahuan yang digeluti.

Tak kalah penting adalah peradaban yang maju tidak akan melewatkan generasinya hidup tanpa bimbingan ilmu. Ia akan menyediakan sarana bagi penuntut ilmu dalam memuaskan dahaga ilmunya tersebut. Lewat apakah itu? Pembangunan perpustakaan. Ya, perpustakaan. Sejarah mencatat hubungan yang erat antara pembangunan perpustakaan sebagai basis literatur dengan peradaban yang gemilang.

Sebagai contoh adalah kegemilangan peradaban kekhalifahan pada masa Khalifah Harun ar-Rasyid (149-193 H). Terdapat 38 perpustakaan di Baghdad dan 70 di Kordoba. Perpustakaan Darul Hikmah yang didirikan di Baghdad setidaknya mempunyai 100 ribu jilid buku dan 600 buah manuskrip. Saking banyaknya, diceritakan bahwa sungai Euphrat menjadi hitam karena kitab-kitab itu dibakar saat Tentara Mongol menyerang Baghdad pada 656 H. Begitupula dengan Perpustakaan Kordoba yang dibangun pada masa al-Mushtansir (350-366 H), tercatat memiliki 600.000 koleksi jilid buku dan katalognya mencapai 44 buku.

Perpustakaan Sabor (383 H) di Baghdad yang didirikan oleh Sabor bin Ardashir, seorang menteri Ibnu Buwaih, menyimpan 1.000 mushaf al-Qur’an dan 10.400 buku dalam berbagai bidang. Di Baghdad, terdapat seratus buah toko buku dan jumlah ulama mencapai 8.000 orang. Beginilah peradaban dibangun.

Maka pendidikan haruslah memperhatikan secara serius mengenai hal ini. pengelolaan perpustakaan harus menjadi konsentrasi dalam menyimpan berbagai arsip pengetahuan. Baik dari literatur asing maupun asli karya budaya sendiri. Semua harus terdokumentasi dengan rapi. Pola pendidikan juga harus mendorong para pelajar/peserta didik untuk produktif dalam melahirkan karya-karya ilmiah dalam berbagai disiplin ilmu. Sehingga torehan emas peradaban dapat terukir dengan secepatnya.

Apakah sistem yang dipakai? Pertanyaan ini wajib kita ajukan. Karna di dalamnya akan berkembang menjadi luas tentang pengaturan pola hidup peradaban secara keseluruhan. Dalam konteks pendidikan sistem tersebut tidak hanya memberikan arahan pada penuntutan ilmu itu sendiri. Tapi juga memberikan keadilan bagi para pengajar, pembangunan dimensi lingkungan yang kodusif, memberikan rasa aman bagi keorisinalitasan ilmu, dan tatanan nilai-nilai bagi para penuntut ilmu.

Setelah melihat berbagai peradaban yang gemilang. Maka tak ada peradaban yang sebaik peradaban Islam. Walau kini peradaban barat yang menguasai, namun sangat tidak terlupakan jasa peradaban Islam dalam menyokong kebangkitannya. Buku-buku ilmuwan muslim telah dipakai dan menjadi rujukan para cendikiawan barat. Buku Qanun fi Thibb (The Canon of Medicine)karya Ibnu Sina (Ave Cena) telah menjadi santapan utama dokter-dokter di barat. Begitu juga yang lainnya.

Perpustakaan yang telah kita sebut di atas dapat dikomparasikan dengan perpustakaan Katedral di Kensington pada abad 9 M (3 H) yang hanya menyimpan 356 koleksi buku dan Perpustakaan di Hamburg yang hanya menampung 96 buah buku saja. Bahkan, Perpustakaan Pusat Prancis di masa Raja Sharl V (abad ke-8 H) baru mampu mengumpulkan lebih 900 jilid buku. Fakta ini merupakan kegemilangan peradaban yang menakjubkan.

Peradaban Islam mampu menyeimbangkan antara Agama dan Science. Maka banyak di antara penggiat ilmu pengetahuan di zaman tersebut merupakan ahli agama. Memahami tafsir alqur’an dan ilmu hadist. Sungguh tak ada peradaban di dunia ini yang melebihi peradaban Islam. Ia melindungi setiap sesuatu yang berada di dalamnya. Bahkan kegemilangannya sampai sekarang masih bercahaya. Pada saat peradaban barat sekarang ini lebih mementingkan sciense, sehingga pedidikan yang dijalani dan karya yang dihasilkan menjadi alat untuk menindas orang lain. Karenanya, semakin maju peningkatan science semakin tinggi juga tindak pelanggaran moral di dalamnya. Ini karena tak ada benteng agama dalam proses pendidikan yang dilakoni.

Peradaban Islam telah membuktikan bahwa peningkatan moral sejalan dengan peningkatan ilmu pengetahuan. Inilah sistem yang harus dipakai oleh pendidikan manapun. Ketika mereka ingin menapaki kegemilangan peradaban. Inilah sistem yang harus menghujam dalam diri. Sistem ini bernama Islam. Gunakanlah pola pendidikan islami, maka kemajuan bangsa dalam menorehkan peradaban akan semakin jelas terlihat. Gunakanlah pola pendidikan Islami, karena didalamnya kita dididik pada tataran ruhani, akal, dan jasad. Gunakanlah pendidikan Islami, maka kita akan menggenggam dunia.

Wallahu ‘alam bish showab.

Rabu, 2 Januari 2013

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun