Mohon tunggu...
Nurfadillah
Nurfadillah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Universitas Sains Islam Al-Mawaddah Warahmah Kolaka

saya senang bermain internet

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sosiologi Ekonomi Kontemporer

13 Oktober 2023   19:53 Diperbarui: 13 Oktober 2023   20:06 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam penelitian Asdar Yusup yang mengatakan bahwa Paradigma ekonomi Islam awal tahun 1980-an merupakan sebuah konsep hasil kesepakatan para ulama dan pakar ekonomi Islam tentang sejumlah persoalan yang mendasar dalam ekonomi Islam, seperti ibadah, takaful, khilafah, dan tauhid. Jika dicermati lebih dekat, keempat gagasan ini menunjukkan tiga perbedaan utama dalam pendapat para ekonom modern. Pertama, perbedaan ini dapat dilihat pada cara Alquran dan Sunnah menafsirkan frasa dan konsep tertentu. Aspek kedua yang perlu diperhatikan adalah metodologi atau pendekatan yang digunakan dalam pengembangan teori dan sistem ekonomi Islam. Ketiga, terdapat variasi dalam interpretasi fitur atau atribut sistem ekonomi Islam (Asdar yusup 2014). Hal ini berbeda dengan jurnal penelitian Moh. Nafih yang menjelaskan bahwa Teori ekonomi Islam modern pada umumnya lebih menekankan pada faktor lingkungan, sumber daya manusia, dan sosial. Menurut sejumlah ekonom modern, antara lain Muhammad Umer Chapra, Muhammad Abdul Mannan, dan Muhammad Najatullah Siddiqi, lima gagasan mendasar yaitu falah, konsumsi, keadilan, kepemimpinan, dan tauhid merupakan nilai-nilai ekonomi Islam modern. dan output dalam hal nilai kepemilikan (Nafih M ).

Menurut penelitian Astika Nur Fahriani dan Mila Asyrofus Shofara, yang mengatakan bahwa Kesetaraan ekonomi dalam Alkitab dan Al-Qur'an diyakini memiliki ciri yang berbeda dalam hal ketentuan teknis pelaksanaannya, seperti peraturan perundang-undangan mengenai jumlah yang harus dikeluarkan, dan kajian ekonomi kontemporer dalam bidang agama memiliki ciri yang berbeda dengan kontemporer. studi ekonomi sekuler. Namun menurut penelitian ekonomi modern, keduanya secara signifikan meningkatkan kesejahteraan manusia (Nur Fahriani and Asyrofus Shofara 2022).

Dalam penelitian Theguh Saumantri yang menjelaskan bahwa menurut Filsuf postmodern Baudrillard berusaha mengkaji masyarakat konsumeris. Ia mengklaim bahwa konsumsi tanda telah menggantikan konsumsi saat ini. Tindakan mengonsumsi suatu benda untuk kesenangan atau kebutuhan tidak lagi dilakukan dalam budaya modern; sebaliknya, hal itu dilakukan demi memperoleh kedudukan sosial tertentu melalui nilai simbol benda tersebut. Karena itu, permukaan telah mengambil peran kedalaman, konsumsi, dan kedalaman. Oleh karena itu, setiap orang mengalami logika diferensiasi sosial. Orang-orang kini melakukan konsumsi karena isyarat (pesan atau gambar) yang mereka tafsirkan dan dorongan mereka untuk terus membedakan diri mereka dari orang lain, bukan karena keinginan atau kepuasan yang akan mereka terima (Saumantri 2022). sedangkan dalam jurnal utama yaitu penelitian M. Fadhil Nurdin mengatakan bahwa Menurut teori Baudrillard, fakta bahwa faktor-faktor produksi kini ada di mana-mana di sekitar manusia membentuk keadaan masyarakat modern (Nurdin 2017).

Dalam penelitian Habibah Muslim yang mengatakan bahwa Peran para ekonom syariah yang mendirikan berbagai lembaga yang berperan penting dalam sosialisasi ekonomi Islam di kalangan ilmuwan dan masyarakat muslim, serta banyak menuangkan gagasannya melalui tulisan dan karya, tidak dapat disangkal lagi dalam masifnya perkembangan ekonomi Islam. pemikiran yang terjadi di era modern (Moslem 2022).

Dalam penelitian Zainal Abidin menjelaskan bahwa Ada tiga aliran pemikiran dalam kajian ekonomi Islam modern. Yang pertama, yang diidentifikasi sebagai mazhab Baqir Al-Sadr, berpendapat bahwa penyebab permasalahan ekonomi adalah karena aspirasi manusia tidak terbatas, namun sumber daya yang tersedia untuk memenuhinya terbatas. Kedua, aliran arus utama mengatakan bahwa persoalan ekonomi bermula dari kenyataan bahwa aspirasi manusia tidak terbatas tetapi sumber daya terbatas. Ketiga, aliran pemikiran yang berlawanan memperjelas bahwa perspektifnya kritis terhadap perspektif sebelumnya (Pamekasan 2014). Hal ini sejalan dengan penelitian Ahmad Maulidizen yang mengatakan bahwa ada tiga aliran pemikiran di kalangan ekonom Islam modern. Yang pertama adalah mazhab Baqir Al-Sadr, yang berpendapat bahwa keserakahan manusia, bukan melimpahnya sumber daya, adalah penyebab utama kesulitan ekonomi. Kedua, aliran arus utama menjelaskan bahwa kelangkaan adalah sumber utama permasalahan ekonomi, dan ketiga, aliran alternatif menjelaskan bahwa mereka kritis terhadap dua permasalahan ekonomi modern yang terjadi sebelumnya (Maulidizen 2017).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun