Mahasiswa program studi Manajemen Zakat dan Wakaf (MAZAWA) sering kali belum memiliki sekretariat sendiri karena berbagai faktor, terutama keterbatasan sumber daya dan prioritas alokasi fasilitas. Banyak institusi pendidikan tinggi yang menghadapi tantangan anggaran, sehingga harus memprioritaskan kebutuhan prodi atau unit dengan jumlah mahasiswa lebih besar atau yang lebih lama berdiri. Sebagai prodi yang relatif baru dan spesifik, MAZAWA mungkin dianggap belum membutuhkan sekretariat terpisah karena kegiatan administrasi dan organisasi mahasiswa masih dapat digabung dengan unit atau prodi lain. Hal ini juga dapat disebabkan oleh terbatasnya kesadaran akan pentingnya sekretariat untuk mendukung pengembangan prodi ini secara optimal.
keterbatasan sekretariat bisa menjadi indikasi perlunya penguatan posisi strategis prodi MZW di lingkungan akademik. Prodi ini memiliki potensi besar untuk berkontribusi pada pemberdayaan ekonomi umat melalui pengelolaan zakat dan wakaf. Namun, tanpa dukungan infrastruktur yang memadai, seperti sekretariat sendiri, mahasiswa mungkin kesulitan dalam mengorganisasi kegiatan yang relevan untuk mengembangkan kompetensi mereka. Maka, dukungan dari pihak kampus untuk menyediakan fasilitas sekretariat dapat menjadi langkah penting untuk mendorong kemajuan prodi ini, sehingga mampu menunjukkan dampak signifikan dalam bidang sosial dan ekonomi di masa depan.
PENDAHULUAN
Pada era pendidikan tinggi yang semakin berkembang, mahasiswa Program Studi Manajemen Zakat dan Wakaf (Mazawa) di perguruan tinggi memegang peran strategis dalam mengembangkan nilai-nilai sosial dan keagamaan melalui program-program berbasis zakat dan wakaf. Namun, meskipun pentingnya peran tersebut, saat ini banyak program studi, termasuk Mazawa, yang belum memiliki sekretariat atau tempat resmi sebagai wadah pengelolaan kegiatan kemahasiswaan secara mandiri.Â
Keberadaan sekretariat sangat vital bagi mahasiswa, karena menjadi pusat koordinasi, komunikasi, dan pelaksanaan kegiatan. Tanpa adanya sekretariat, mahasiswa prodi Mazawa mungkin mengalami kesulitan dalam menyelenggarakan acara, menyusun agenda, dan membangun hubungan yang kuat antar mahasiswa.
Mengapa sampai saat ini mahasiswa prodi Mazawa belum memiliki sekretariat tersendiri?
Sebenarnya, permasalahan ini berawal dari kurangnya lokasi yang memadai dan keterbatasan dana yang ada. Banyak pengurus yang lebih memprioritaskan sisa dana untuk pembubaran kepengurusan daripada untuk kepentingan prodi. Padahal, seharusnya dana tersebut digunakan untuk kemajuan prodi, bukan untuk kepentingan pengurus semata. Sebaiknya, jika ada sisa dana, seharusnya digunakan untuk biaya operasional sekretariat agar prodi bisa terus berjalan dengan baik.
Inilah yang menjadi alasan mengapa Mazawa tidak memiliki sekretariat, karena tidak memikirkan keberlanjutan prodi. Seringkali, sisa dana tersebut lebih digunakan untuk kegiatan yang bersifat foya-foya daripada untuk hal-hal yang mendukung kemajuan prodi.
Himpunan Mahasiswa Program Studi Manajemen Zakat dan Wakaf (HMPS Mazawa) sudah memiliki sekretariat yang diberikan oleh pihak kampus. Namun, sekretariat tersebut belum sepenuhnya menjadi milik HMPS Mazawa karena saat itu HMPS Pariwisata Syariah juga belum memiliki sekretariat. Sebagai solusi sementara, sekretariat tersebut dikelola bersama antara HMPS Mazawa dan HMPS Pariwisata Syariah.
Baru-baru ini, pihak kampus berencana untuk membangun sekretariat baru yang kemungkinan besar akan diperuntukkan bagi HMPS Pariwisata Syariah. Jika hal tersebut terjadi, HMPS Mazawa juga memiliki kemungkinan untuk mengambil alih sekretariat baru tersebut, sementara sekretariat yang saat ini digunakan akan dipindahkan dan dikelola sepenuhnya oleh HMPS Pariwisata Syariah.
Apakah ada faktor tertentu yang menyebabkan kesulitan dalam memperoleh fasilitas seperti sekretariat ini ?
