Mohon tunggu...
nurfadhilah rauf
nurfadhilah rauf Mohon Tunggu... Dosen, Konsultan Keluarga, Kesehatan dan Pendidikan

Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar di tengah Keterbatasan: Cahaya di antara Kekurangan

16 Maret 2025   09:13 Diperbarui: 16 Maret 2025   09:13 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen MD Al Furqon Subang

Dalam perjalanan menuntut ilmu, tidak semua orang memiliki fasilitas yang lengkap atau kondisi yang ideal. Namun, sejarah membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah penghalang bagi mereka yang memiliki tekad kuat untuk belajar. Justru, di tengah keterbatasan itulah lahir pribadi-pribadi tangguh yang mampu menginspirasi dunia.

Keterbatasan Bukan Penghalang
Banyak tokoh besar dalam sejarah yang tumbuh dan berkembang dalam kondisi serba terbatas. Imam Asy-Syafi'i, misalnya, di masa kecilnya belajar dengan penuh keterbatasan. Ia tidak mampu membeli kertas, sehingga harus menulis di tulang dan pelepah kurma. Namun, keterbatasan itu tidak mengurangi semangatnya dalam menuntut ilmu. Hasilnya, ia menjadi salah satu imam besar dalam bidang fikih yang jejak pemikirannya diikuti oleh jutaan umat Islam hingga hari ini.
Keterbatasan ekonomi, akses, atau fasilitas bukan alasan untuk berhenti belajar. Sebaliknya, keterbatasan dapat melatih kreativitas, kemandirian, dan ketekunan. Mereka yang terbiasa menghadapi keterbatasan cenderung memiliki daya juang tinggi, kemampuan memecahkan masalah, dan tekad yang tak mudah patah.

Realitas Fasilitas Belajar di Indonesia

Kondisi fasilitas pendidikan di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun ajaran 2021/2022, sekitar 60,60% ruang kelas SD berada dalam kondisi rusak ringan atau sedang. Angka ini meningkat 3,47% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 57,13%.

Selain itu, hanya sekitar 37% sekolah di Indonesia yang memiliki fasilitas belajar yang memadai. Sementara itu, akses terhadap pendidikan inklusif juga masih terbatas. Dari sekitar 265 ribu anak dengan disabilitas di Indonesia, hanya sebagian kecil yang dapat mengakses Sekolah Luar Biasa (SLB) atau sekolah inklusif. Bahkan, di 58 kabupaten/kota di Indonesia, tidak terdapat SLB sama sekali.

Di daerah terpencil, tantangannya semakin berat. Banyak siswa harus menempuh perjalanan jauh dan medan sulit hanya untuk bisa belajar di sekolah. Namun, di balik keterbatasan itu, semangat belajar anak-anak tetap menyala. Mereka memahami bahwa pendidikan adalah kunci membuka masa depan yang lebih cerah.

Strategi Belajar di Tengah Keterbatasan

1. Manfaatkan Sumber Daya yang Ada
   Jangan terpaku pada apa yang tidak dimiliki. Fokuslah pada apa yang tersedia dan maksimalkan penggunaannya. Buku-buku di perpustakaan umum, sumber belajar daring gratis, hingga komunitas belajar adalah peluang yang bisa dimanfaatkan untuk terus berkembang.

2. Disiplin dan Konsistensi
   Keterbatasan sering kali memaksa seseorang untuk lebih menghargai waktu dan peluang. Dengan disiplin dan konsistensi dalam belajar, kemajuan akan tetap tercapai meski dalam kondisi sulit. Buat jadwal belajar yang realistis dan patuhi dengan komitmen tinggi.

3. Bangun Jaringan dan Dukungan Sosial
   Belajar tidak selalu harus sendiri. Cari teman atau komunitas yang memiliki visi dan misi serupa. Dukungan dari orang-orang di sekitar dapat menjadi sumber motivasi untuk tetap bertahan di tengah keterbatasan.

4. Tetap Bersyukur dan Berdoa
   Sikap syukur atas apa yang dimiliki membantu menjaga semangat dan pikiran positif. Sertai setiap usaha dengan doa agar diberi kemudahan, kelapangan hati, dan keberkahan dalam ilmu yang diperoleh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun