''Tumben ke Lombok?''
Aku hanya senyum-senyum mendengar pertanyaan Bapak yang menjemputku di Bandara Lombok sore itu. Menyadari ketidakpahamanku, beliau mengulangi pertanyaannya, ''Baru pertama kali ke Lombok mb Nur?''
Sesuai dugaanku, makna ''tumben'' di Lombok berbeda dengan Jawa. Demikian juga dengan makna Lombok, artinya bukan cabe. Lombok adalah bahasa Sasak yang artinya lurus, jujur. Selama 4 hari di penghujung 2016 aku sudah merasakan bagaimana ketulusan dan kejujuran masyarakat Lombok.
Aku yang baru pertama kali menginjakkan kaki di Lombok, diterima dengan tangan terbuka oleh salah satu keluarga di Desa Puyung, Jonggat, Lombok Tengah. Bapak dan Umi menjemputku di bandara dan mempersilakan aku tinggal di rumah beliau, padahal aku belum pernah bertemu bahkan mengenal beliau sebelumnya. Putri Bapak yang selalu mengantarku kemanapun selama aku di Lombok untuk kepentingan riset.
Kadus (kepala dusun), kyai desa, tuan guru, tokoh organisasi, dan masyarakat Lombok pada umumnya dengan sukarela memberikan informasi yang aku butuhkan. Itupun masih ditambah bonus makan siang atau makan malam.
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI