Mohon tunggu...
Nurdin
Nurdin Mohon Tunggu... Guru - Guru Sejarah

sebagai guru sejarah dan sosiologi di SMA di kota Bandung tentu saja perlu berwawasan luas,karenanya saya selalu suka membaca dan menulis untuk memperluas wawasan yang masih sempit ini.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sudan Terancam Jatuh Tertimpa Tangga

9 Januari 2011   20:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:46 689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menyambung tulisan saya sebelumnya,bahwa Sudan memang kini berada dalam konstelasi politik yang sangat  tegang karena sedang  berada ditepi jurang perpecahan antara Sudan utara dengan Sudan selatan yang berpusat di kota Juba.Sebenarnya meskipun Sudan selatan mayoritas beragama Kristen koptik dan animisme sebelumnya hidup berdampingan dengan Sudan utara yang muslim.Meskipun mayorits warga Sudan secara keseluruhan muslim,namun mereka tetap menghormati warga di selatan ,seperti diperlihatkan oleh kerajaan Funj ,sebagai kerajaan islam pertama di Sudan yang beribukota di Sennar(sebelah selatan Khartum).Kerajaan memperluas wilayahnya dengan menguasai Kardavan (kini Sudan Selatan).Dalam pada itu kerajaan Funj yang mirip dengn federasi keamiran keamiran sedang terjadi kegoncangan poitik ,namun demikian  pada tahun 1820 kerajaan Funj masih mampu memperluas kekuasaannya dengan menguasai wilayah   wilayah  lainnya disebelah utara Khartum,karena wilayah wilayah tersebut sangat penting sebagai jalan akses ke Laut Merah .Selama  tiga abad kerajaan  Funj berehasil mengendalikan Sudan dengan multi etnis dan agamanya serta kercayaan ,proses islamisasi terhadap orang orang yang  masih menyembah  berhala  terus berlangsung secara damai sembari lebih meningkatkan pendidikan kepada  warga yang sudah memeluk islam,untuk mengikis  berbagai unsur-unsur  animisme warisan leluhur mereka sebelum islam.Karenanya  meskipun mereka sudah   beragama islam dan  kristen di Sudan  tradisi nenek   moyang  yang   animisme itu masih dipertahankan .Dalam  kontek ini kerajaan Funj mendatangkan  para ulama muslim untuk mendidik mereka supaya terbebas dari ajaran ajaran berhala yang sangat bertentangan dengan islam.Diantara para ulama yang didatangkan dari luar Sudan itu adalah Syekh Ibrahim bin Jabir al Buladi ,berkebangsaan Mesir,yang mendirikan sebuah madrasah yang menitik beratkan pada ilmu ilmu syariat islam terutama ilmu fiqih dan telah menghasilkan fuqaha fuqaha serta juru juru fatwa .Sedangkan ulama penting lainnya yang juga berjasa dalam proses islamisasi di Sudan adalah Syekh Tajudin al Bahari yang mendirikan sebuahmadrasah yang berorientasi kepada  kehidupan batin dan tarekat sufi.Beliaulahyang memasukkan tarekat Kadiriyah ke Sudan pada tahun 1545 ,yang melengkapi sebuah tarekat yng sudah ada sebelumnya  yang diperkenalkan kepada rakyat Sudan  oleh tarekat Syaziliyah yang disiarkan oleh Syarief  Hamad  Abu Dananah sekitar tahun1445  sebelum kerajaan islam Funj berdiri di Sudan.Sejak itu kehidupan keagamaan di Sudan banyak diwarnai oleh tarekat    yang  mengalami perkembangan pesat sehingga pada tahun 1817   muncul tarekat yang ketiga  di Sudan,yaitu Khatmiyyah yang dibawa kesana oleh Sayed Muhammad Usman al Margani.Karena begitu banyaknya aliran tarekat yang sangat akrab dengan rakyat Sudan sehingga gerakan jihad Mahdiniyyah yang  dipinpin oleh Muhammad  Ahmad  bin Abdullah (1843-1885)yang  berhasil  mendirikan sebuah kerajaan islam  di Khartum pada tahun1885  yang bercorak sufistik.

Pada  masa akhir kekuasaan kerajaan Funj yang sudah mengokohkan diri sebagai  sebuah negara islam,datanglah invasi Mesir ke Sudan.Mesir ketika  diperintahi oleh Muhammad Ali(1805-1849) yang  mengkhianati Turki Usmany dengan berkoalisi  dengan Inggris menguasai Sudan ,namun gagal mengubah kehidupan keagamaan masyarakat Sudan yang kokoh tersebut karena kemungkinan saja Mesir juga muslim.Kedamaian yang sudah berlangsung lama di Sudan mulai terusik bersamaan datangnya  imperialisme Barat pada perempat akhir  abad ke 19  yang bersaing  untuk menguasai Sudan,terutama Inggris dan Perancis.Sejak saat itulah kehidupan antar umat beragama  di Sudan mulai terganggu,karena umat nasrani di Sudan selatan sebenarnya  tetap dihormati  oleh  pemerintah  kerajaan  islam Funj  sebelumnya dan tidak ada lagi  konflik  dengan umat islam di Sudan utara.Bahkan banyak warga Sudan selatan yang sudah muslim hidup berdampingan dengan umat nasrani lainnya yang masih mempertahankan keperayaan animisme juga.Akan tetapi  paus Gregorius XVI  menyuruh mendirikan pusat pusat misssionaris di Sudan ,sehingga mengubah komposisi kehidupan beragama di Sudan.Sejak saat itu pula  secara intensif  dan besar besaran proses kristenisasi  terus dilancarkan bersamaan dengan pesat sekolah sekolah  seminari bermunculan ,sehingga  konflik pun mulai  terjadi  dengan warga muslim yang sebelumnya sudah mendiami wilayah itu.Dan masalah itulah selanjutnya yang menjadi  faktor  terjadinya konflik politik yang berkepanjangan dengan pemerintah pusat  di Khartum,yang kini mengantar  Sudan selatan ke referendum dengan pilihan tetap bergabung dengan Khartum atau sebaliknya berpisah menjadi negara merdeka   seperti halnya Eritrea  yang   berpisah dengan  Ethiophia.

Selanjutnya  cita-cita Muhammad Ahmad bin Abdullah yang  juga menyebut dirinya  sebagai "Al Mahdi"itu     dilanjutkan oleh khalifah Abdullah  digagalkan oleh imperialisme  Inggris-Mesir  yang masuk ke Sudan tahun 1899   untuk menyambung wilayah jajahannya dari utara benua Afrika hingga ke selatan(Cairo-Capetown)yang    dihdang Perancis yang hendak memperluas jajahannya dari pantai  timur Afrika  sampai ke barat  sehingga  terjadilah perang Fashoda itu.Sejak tahun itu pula Mesir dan Inggris  menguasai  Sudan  dengan menambah sulitnya proses pengentasan  berbagai masalah  sosial  antara Sudan selatan dan Sudan utara  ,dan  sampai  Sudan memperoleh kemerdekaaannya tahun 1956  berbagai masalah tersebut terus bergulir yang memicu perang saudara  selama 20 tahun lebih yang menghancurkan berbagai aspek sosial masyarakat Sudan.Diawal kemerdekaaan  sebagaimana negara lainnya juga Sudan  mengalami berbagai konflik,terutama antara Sudan selatan yang mayoritasnya  nasrani  dengan mayoritas  muslim di Sudan utara.Karena konflikyang berkepanjangan terebut  proses pembangunan berbagai aspek sosial masyarakatnya mandeg ,terutama di bagian selatan Sudan sebagai pusat konflik.Dibidang politik  di Sudan sering  terjadi  perebutan  kekuasaan ,karena para  elite politik  dan militer  kurang kompak  sering  saling mengganjal  pihak lainnya.Dalam kontek s  untuk mengusir penjajah Mesir dan Inggris  ini muncullah  berbagai  partai politik ,dan sekte Khatmiyyah  pada   tahun 1944 mendirikan Asyiqqa Party(AP)  ,sekte    Mahdiniyah membentuk Umma Party(UP)pada tahun 1945 ,serta  beberapa  elite politik lainnya yang   bergabung dengan Mesir untuk mengusir Inggris pada tahun 1952  membentuk  National Unionist Party(NUP).Dan pada tahun 1955  Sudan  berpemierintahan sendiri dibawah pinpinan Ismail Azhari  pemimpin NUP  yang  berhsil mengeluarkan Sudan dari  penjajahan Inggris dan Mesir  tahun   1956.Kemudian pada  bulan Juli tahun 1956  berhasil  membentuk pemerintahan baru berdasarkan koalisi  antara UP  dan People's Democratic Party(PDP)yang mengangkat  Abdulllah Khalil sebagai Perdana Menteri  Sudan.Pada periode selanjutnya tahun 1956-1958  pemerintahan parlementer menghadapi krisise ekonomi  yang  merambah kekrisis politik  ,yang dijadikan alasan oleh Jenderal  Ibrahim Abbud  untuk merebut kekuasaan dan membentuk pemerintahan junta militer (1958-1964)dan mewarisi krisis ekonomi tersebut.Krisis  politik yang terjadi dipemerintahan pusat di Khartum  menyebabkan masalah  konflik karena perbedaan agama,ekonomi,etnis  terabaikan  yang   memberi peluang  kepada warga Sudan selatan untuk berjalan sendiri apalagi  mendapat dukungan Barat  sehingga  semakin menguat  gerakan separatisme pimpian  John Garang  itu. Kemungkinan  saja  untuk mengalihkan perhatian warga muslim di Sudan  utara dari  krisis  ekonomi dan politik kesenjangan sosial  Jenderal Ibrahim Abbdud melancarkan proses"Arabisasi"dan "islamisasi"di Sudan selatan yang  semakin memicu konflik tersebut serta semakin menjadi sorotan masyarakat  internasional.Sesudah ia gagal Sudan berubah lagi kepemerintahan berparlementer  dengan presidennya Ismael Azhari,yang berhasil memimpin pemerintahan koalisi antara UP dan NUP ,namun masalah konflik di Sudan selatan terus menjadi masalah utama yang menghantui Republik Sudan.Pemberontakan telah menghancurkan berbagai   aspek  sosial ,konflik sudah  menelan  ratusan ribu jiwa ,serta perkembangan ekonomi dibagian selatan mandeg  samasekali karena konflik terus terjadi,sehingga kesenjangan sosial  antara Sudan utara dengan Sudan selatan  semakin besar  yang makin sulit disatukan kembali.Konflik yang berkepanjangan tersebut mengakibatkan hambatan besar bagi kabinet Azhari,dan proses pembentukan konstitusipun  gagal total  yang menyebabkan junta militer baru dibawah pinpinan Gafar Numery merebut kekuasaan di Khartum.Pemerintahan militer(1969-1985)dipimpin Jenderal Gafar Numery sebagai presiden Sudan coba menerepkan kitab hukum pidana   islam  pada bulan September   tahun  1983 yang disusul dengan hukum muamalat  bulan Maret  tahun 1984,serta  hukum perpajakan  pada bulan September  pada tahun  yang sama.Dan periode baru terbentuk   sebuah pemerintahan koalisi  Umma-Demokratik Unionist hasil pemilihan bulan April  tahun 1986,serta  Sadiq al Mahdi ,pemimpin Umma Party menjadi Perdana Menteri Sudan sebagai pemerintahan demokratis pertama   yang  pernah  ada di Sudan.Pemerintahannyapun terus menjalankan syariat islam yang sudah dicanangkan  sebelumnya  Gafar Numeri  ,sehingga pemerintah  Sudan kurang disenangi Barat ,apalagi  kecaman kecaman  Hasan alturabi  terhadap  politik Barat  .Bahkan  Sudan dituduh  melindungi Usamah bin Laden,sehingga Bill Clinton  pernah menyerang  Khartum  dengan rudal-rudalnya  yang menelan  korban sipil di ibukota  Sudan tersebut.Dan kini Preesiden Sudan  Umar al Bashir  yang merebut kekuasaan tahun 1986 pun dituding   sebagai  penjahat perang yang sudah di vonis secarain absensia di Geneve  karena dituduh melanggar hak asasi manusia di Sudan selatan.Karenanya  terhadap referendum di Sudan selatan yang berlangsung minggu 9 Januari 2011 merupakan hasil perjanjian di Khartum  tahun 2005 lalu antara kepala pemberontak Sudan selatan ,John Garang  dan Presiden  Umar al Bashir.Meskipun sudah ditandatangi perjanjinan itu,namun konflik terus terjadi di Carfur yang oleh Barat segala pembantai,pemerkosaan dilakukan oleh milisi pro Khartum yang disebut Jenjawit yang selalu dibantah oleh pemerintah pusat di Khartum.Dan apapun yang terjadi,jika rakyat Sudan selatan yang sekitar 4 juta yang mayoritas kristen  dalam referendum tersebut memperoleh 60 persen suara memilih merdeka dari Khartum  mudaha-mudahan  segala persoalan itu akan selesai tuntas.Karena apa yang terjadi di Sudan selatan baru diketahui sekitar minggu depan hasilnya.Mata masyarakat internasional kini terfokus kesana,dan bisa diprediksikan jika Sudan selatan yang  tidak mempunyai akses kelaut itu menjadi sebuah negara mereka dan berdaulat,maka menjadi preseden buruk bagi negara negara  Afrika lainnya yang juga memiliki masalah seperti halnya Sudan.Sebut saja Nigeria,Sahara Barat,Chad  dan Pantai Gading   .Mudahan saja maslah tersebut juga menjadi pembelajaran bagi kita,bahwa sangat penting kebadilan dan kebersamaan serta kemerataan pembangunan antara pusat dan daerah,toleransi antar umat beragama salah satu faktor yang bisa mencegah separatisme titu.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun