Sekiranya ketiga pilar demokrasi itu berjalan dengan baik,maka lazimnya akan baik pula sebuah negara dan sebaaliknya jika salah satunya mandeg maka negara tersebut akan tertatih-tatih .Apalagi sekiranya justeru ketiganya amburadul,yang kurang memihak rakyat dalam berbagai kinerjanya.
Dalam bidang legislasinya selain hanya sering mengadakan pelesiran ke luar negeri ,tetapi tanpa hasil yang bisa meringankan beban hidup rakyat.Sebelum mereka merencanakan membuat draf  RUU,maka mereka secara bergiliran mumpung masih punya kesempatan pelesiran keluar negeri yang menguras dana rakyat sdnagat besar.
Para anggota DPR tahun 2012 ini hanya menghasilkan 30 UU dari 69 RUU yang ada itu pun setelah mereka mengadakan pesiar keluar negeri yang menguras uang negara sekitar sangat besar,karena untuk membahas RAPBN dialokasikan anggaran sebesar 20 Milyar.Sementara untuk pembahasan anggaran kementerian dan lembaga negara DPR mendapatkan 52 Milyar.Secara singkat saja,DPR dalam setiap satu pembahasan RUU dihargai dengan anggaran antara 1 Milyar sampai 9 Milyar.
Berdasarkan data-data yang disebutkan oleh Fitra,bahwa DPR di beri jatah anggaran sebesar 466 Milyar untuk merancang UU,semenatara untuk pembahasan RAPBN dialokasikan anggaran sebesar 20 milyar. Memang DPR dialokasikan anggaran terkait proses pembuat UU dan masalah legislasi lainnya sebesar 824 Milyar,namun hanya 30 UU yang  berhasil mereka buat setelah mengadakan pelesiran  kelililing dunia.
Sedangkan jajaran eksekutif juga tidak lebih baik dari DPR yang dikuasai oleh Koalisi pimpinan SBY itu.Kerusuhan sosial meningkat,teroris juga tidak berkurang,baik karena konflik yang disebabkan karena keberagaman persepsi dalam sesuatu pemahaman,maupun karena keberagaman etnis suku bangsa .Urusan lahan pertanian rakyat yang dikuasai para investor asing sampai sekarang belum tuntas,bahkan sekarang rombongan petani dari Jambi berjalan kaki menuju istana Presiden untuk menyuarakan sikap mereka yang merasa di zalimi itu.
Kemudian jika berbagai konflik sosial itu muncul,tidak segera apula di tindak lanjuti dengan solusi yang tepat ,Akan tetapi sangat lamban,karena harus di bentuk badan-badan atau satgas dulu lalu kemudian baru dilakukan upaya-upaya untuk mengentgaskannya.Sejauh inmi bangsa Indonesia belum mengetahui konflik sosial yang mana yang sudah ditangani dengan baik oleh rejim ini.Mesuji,Lampung,Malauku,NTT-NTB, Sampang,Bogor ,Papua,dan lain-lain.
Sekarang SBY mulai memunculkan isu risuffle lagi,karena beberapa anggota kabinetnya kinerhanya kurang baik.Padahal resufflepuin tidak meningkatkan kinerja mereka "pilot dan co-pilotnya"lebih lamban dari rejim sebelumnya  dalam berbagai  hal, selain hanya pencitraan belaka keluhan dan curhat lainnya.Dan masalah korupsi juga sangat lamban,meskipun mantan bendahara umum Partai Demokrat Nazaruddin sudah sering menyebut-nyebut nama Anas Urbaningrum terkait dengan skandal korupsi proyek Hambalang,akan tetapi masih tetap di pertahankan.
Sementara lembaga Judikatif juga banyak tersangkut mafia peradilan ,rekening gendut sejauh ini belum juga tersentuh hukum.Upaya pelemahan KPK juga terlihat jelas apapun alasannya,terutama ketika KPK sedang memeriksa Irjen Pol.Joko Susilo,Brijen Pol.Didik Purnomo terkait skandal korupsi dalam pengadaan proyek Simulator Sim ,yanag pada saat yang sama pula 20 orang  penyidik KPK asal Polri secara serentak mengundurkan dirinya,lalu disusul dengan pengepungan gedung KPK .
Selanjutnya 13 orang penyidik asal Polri ditarik dari KPK,yang menambah kesulitan bagi KPK untuk mengusut skandal korupsi di proyek Simulator Sim roda dua dan roda empat Polri tersebut karena kekurangan para tenaga penyidik itu.Ketiga lembaga sebagai pilar demokrasi sesuatu negara  itu,justeru di Indonesia direkayasa sedemikian rupa sehingga ketiga--tiganya semakin lemah ,yang kelihatannya sengaja di settinisasi demikian .Kedepan bangsa Indonesia supaya tidak lagi tertipu oleh  janji -janji muluk elite politik,tetapi perlu menandai politisi-politisi busuk  supaya tidak lagi mendukung mereka.Kemanapun akan mereka loncat rakyat  perlu menelusurinya,supaya banagsa Indonesia bisa menghindarinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H