Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan Non Blok(KTT-GNB)yang diselelenggarakan di Teheran mulai Minggu s/d Jum'at (26-31 Agustrus 2012)merupakan momentum penting bagi Republik Islam Iran dalam menggalang kesatuan sikap negara-negara non blok dalam menghadapi hegomoni negara Barat,terutama AS yang selalu mencoba mengadu domba sesama negara GNB itu.
Dalam pertemuan sepekan itu disinyalir akan banyak didominasi oleh perkembangan politik internasional sekarang terkait krisis zona Euro,soal Palestina,Suriah ,bahkan masalah Rohingya selain masalah yang sedang dihadapi oleh Teheran sendiri.Meskipun masalah tersebut banyak sudah dibahas dalam pertemuan OIC di Mekkah,tetapi karena Teheran sebagai tuan rumah tentunya hal itu juga akan diagendakannya.
Sekarang memang gaung GNB kurang terasa terutama Mesir sebagai Ketuanya masih belum bisa fokus karena masih disibukkan dengan kondisional domistiknya sendiri,namun apakah Presiden Mahmud Ahmadinejav yang akan mengambil alih Ketua GNB akan mampu meningkatkan pengaruh GNB kembali dalam kancah percaturan politik dunia.Pertanyaan ini memang sulit bisa dijawab dengan tepat,karena ia juga sedang menghadapi berbagai sanksi dan ancaman Israel dan AS terkait isu-isu nuklirnya tersebut.
Meskipun begitu sedikit banyak KTT GNB itu bisa menjadi suatu kekuatan politik yang besar sekiranya masalah internal negara-negara GNB tidak mewarnai sidang itu,walaupun agak sulit menghindarinya. Dalam konteks ini reputasi Mahmud Ahmadinejav dipertaruhkan dalam memimpin GNB kedepan,yang tentunya kan dibantu oleh mitranya yang juga sangat keras terhadap AS seperti Kuba,Venezuela,dan negara-negara lainnya.
Selain itu pertemuan KTT Teheran juga bisa menjadi suatu ajang peningkatan persahabatan Presiden Mesir Muhammad Mursi-Mahmud Ahmadinejav dan Mahmud Abbas yang sedang berseteru dengan Israel , yang sangat tidak dikehendaki Tel Aviv dan Washington itu.Pertemuan mereka di Teheran merupakan lanjutan dari pertemuan serupa OIC di Istana As Safa, Mekkah pekan lalu. Bagi Republik Islam Iran dan Mesir ajang KTT GNB bisa dijadikan suatu kolaisi politik dalam rangka menghadapi intimidasi Barat ,sekaligus sebagai terobosan penting dalam mengantisipasi ekses sanksi AS dan sekutunya terhadap perekonomian negara mullah itu.
Karenanya meskipun ditengah bayangan berbagai sanksi dan ancaman militer terhadap Teheran,tetapi Mahmud Ahmadinejav   tidak akan gentar menghadapinya.Bahkan Republik islam Iran mengumumkan beberapa keberhasilan industri pertahanannya menjelang KTT GNB diselelenggarakan itu ,yang tentu saja semakin meyakinkan negara-negara GNB lainnya dalam menghadapi ancaman barat.Republik islam Iran sudah beberapa dekade diembargo Barat,namun teknologi militernya  justeru semakin meningkat tanpa menggangtungkan diri kepada Barat.Itulah barangkali suatu pembelajaran yang bisa diambil oleh negara-negera GNB lainnya termasuk Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H