Dalam usia 69 tahun ,Kim Jong Il yang telah berhasil meneruskan pemerintahan komunis  Korea Utara warisan dari mendiang ayahnya Kim Il Sung itu pada hari Sabtu ,17 Desember 2011 meninggal dunia .Namun bagi bangsa Korea Utara proses suksesi tidaklah menjadi suatu hal yang luar biasa ,tetapi sangat penting untuk dipatuhi sesuai arahan Kim Jong Il bahwa kekuasaan rejim komunis Asia Timur itu akan dilanjutkan oleh Kim Jong Un,putera bungsunya  tersebut.
Proses suksesi tersebut sudah dilakukan ketika Kim Jong Il jauh sebelum ajal menaklukkannya hari Sabtu lalu, sehingga bangsa Korea utara tidak direpotkan lagi dengan soal-soal suksesi lagi selain memperlihatkan kesetiaan tulus sebagaiamana diperlihatkan oleh salah seorang penyiar TV Korea Utara yang berlinangan air mata saat mengumumkan berita kematian orang nomor satu Republik Sosialis Korea itu, Kim Jong Il.
Sebenarnya kelahiran dan kematian seseorang itu sudah merupakan suatu kelaziman  ,namun berbeda dengan kematian Kim Jong Il   yang ditanggapi dengan sangat beragam oleh para politisi internasional. Bagi Indonesia kematian Kim Jong Il merupakan suatu kehilangan dengan duka mendalam bagi pemerintah sebagaimana terbetik informasi dari kalangan istana,tetapi entah bagaimana persepsi  bangsa Indonesia yang tentu saja kemungkinan beragam sekali persepsinya terhadap negara komunis itu.
Sementara di balik perbatasannya,Pamunyong pasukan Korea Selatan dan sekutunya  AS justeru menanggapi kematian KIm Jong Il dengan segera menyiagakan pasukannya,sehingga suhu politik ,militer kelihatan meningkat tajam.Sangat aneh memang suatu berita duka dari Pyongjang ,meninggalnya Kim Jong Il bukannya menyampaikan bela sungkawa tapi justeru menyiagakan mesin perangnya  sebagai refleksi betapa tingginya rasa permusuhan dan kebencian antara dua Korea itu.Perpecahan itu merupakan warisan perang dunia kedua,di mana KLorea Utara dipimpin Kim Il Sung dukungan Kremlin dan Beijing ,sementara Korea Selatan di pimpin Syngman Rhee   di dukung AS dan sekutunya.
Perang dingin antara blok Barat pimpinan AS dan Blok Timur pimpinan  Uni Sovyet telah memposisikan Korea kedalam dua kutub yang saling berseberangan,yang tetap dipertahankan"status quo"sampai sekarang sehingga menyebabkan Pyongjang terisolir dari pergaulan internasional. Paman Sam juga menghadapi masalah sulit dalam masalah nuklir Korea Utara nyaris serupa sulitnya dengan masalah Iran. Berbagai cara dilakukan Paman Sam ,tetapi Pyongjang yang didukung kuat oleh Beijing dan Moskow serupa halnya dengan Iran senantiasa bisa berkelit dari berbagai hadangan Barat.
Korea Utara pernah mengusir wakil IAEA ,serta membatalkan kerjasamanya dengan badan atom dan enerji internasional(IAEA) itu,serta menghentikan semua pembicaraan   perundingan masalah nuklir dengan AS,Jepang,Korea Selatan, Rusia,Cina,dan Korea Utara.Karenanya ketegangan terus meningkat di semenanjung negeri "embun pagi"  itu.Dan seiring dengan kegagalan perudingan itu,malahan pasukan Korea Utara menyerang wilayah KOrsel yang menewaskan beberapa orang warga selatan.
Pyongyang melakukannya dengan dalih sebagai balasan terhadap provokasi yang dilakukan Korea Selatan di perbatasannya ,pasukan Korea Selatan dan AS melakukan latihan-latihan militer di kawasan itu.Ketegangan semakin meningkat waktu itu,ketika sebuah kapal AL Korea tenggelam kononnnya karena terjangan torpedo Korea Utara,namun Pyongyang membantahnya tetapi AS justeru sebaliknya menyebutkan Korea Utara harus bertanggungjawab terhadap  pelanggarannya terhadap Gencatan Senjata Pamunyong.
Semenanjung KOrea memang merupakan suatu wilayah konflik yang kapanpun bisa meledak antara dua saudara  Korea  utara-Korea selatan  ,Jepang,Rusia dan juga Tiongkok.Beberapa apangkalan militer Paman Sam disana turut mengipas konflik tersebut,dan itu pula yang selalu menjadi alasan bagi Pyongyang untuk  meningkatkan kemampuan nuklirnya  karena merasa terancam oleh kehadiran militer Washington tersebut. Tiongkok juga sependirian dengan Pyongyang,sehingga selalu setia berada di balik  jubah komunisme Pyongyang .
Apalagi kematian Kim Jong Il bisa saja muncul ketegangan dalam proses suksesi di Korea Utara,meskipun Kim Jong Un sudah ditunjuk sebelumnya sebagai jenderal yang memimpin Korea utara .Namun dalam beberpa urusan kenegaraan,Kim Jong Un kurang berpengalaman sehingga di bantu oleh saudara perempuannya,Kim Hyung Hee bersama suaminya,Chang Song Taek.Proses suksesi akan berlangsung mulus,sekiranya pasangan Kim Hyung Hee   - Chang Song Taek secara suka rela menyerahkan kekuasaan yang dipegangnya selama ini kepada adiknya,Kim Jong Un yang baru berusia sekirat 27 tahunan itu. Tetapi jika sebaliknya terjadi,proses suksesi berjalan tidak mulus karena terjadi perebutan kekuasaan antara Kim Jong Un dan pasangan Kim Hyung Hee-Chong Song Taek yang kononnya mendapat dukungan dari para senior dalam birokrasi komunis Pyongyang yang akan meluas hingga jauh keluar dari perbatasannya.Inilah sebabnya maka pasukan Korea Utara disiap siagakan secara penuh ,juga pasukan AS disekitar kawasan itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H