Mohon tunggu...
Nurdin
Nurdin Mohon Tunggu... Guru - Guru Sejarah

sebagai guru sejarah dan sosiologi di SMA di kota Bandung tentu saja perlu berwawasan luas,karenanya saya selalu suka membaca dan menulis untuk memperluas wawasan yang masih sempit ini.

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Zionis Israel Murka Paman Sam Kehilangan Muka,Komunitas Internasional Mendukung Keanggotan Penuh Negara Palestina di PBB

15 Mei 2024   08:17 Diperbarui: 15 Mei 2024   08:17 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut berita yang dilansir oleh jaringan TV Aljazira Senin tanggal 13 Mei 2024 bahwa dalam pemungutan suara di Majlis Umum PBB  143 negara anggota PBB mendukung resolusi 9 tentang keanggotaan penuh negara Palestina di PBB.Sementara yang menentang resolusi yang digagas oleh Aljazair itu hanya tinggal 9 negara seperti Amerika serikat(AS),Argentina,Zionis israel,Ceko,Hongaria,Palau ,Mikronesia,Nauru dan Papua Nugini negara tetangga Indonesia .Hal ini menyebabkan rezim Zionis Israel sangat murka sementara AS sebagai pendukung utamanya merasa kehilangan muka di forum internasional.

Selain itu beberapa negara sekutu Zionis israel dan AS yang sejak lama mendukung Tel Aviv dan Washington terkait genosida yang dilakukan Zionis israel di jalur Gaza dan tepi barat Palestina dengan tegas mendukung negara Palestina untuk menjadi anggota penuh di PBB.Tidak kuirang dari 15 negara anggota NATO pimpinan Paman Sam sendiri dengan tegas blak blakan mendukung negara Palestina menjadi anggota penuh PBB,dan sudah siap mengakui kemerdekaan negara Palestina dari penjajahan Zionis Israel.Kelima belas negara anggota aliansi NATO tersebut adalah Belgia,Denmark,Estonia,Perancis,Yunani,Islandia,Luxemburg, Montenegro, Norwegia, Polandia, Portugal,Slovakia,Spanyol,Slovenia,Turkiye.

Hal yang  paling menyakitkan bagi Zionis israel sehingga  muncul kemurkaannya meningkat kepada negara-negara yang sebelumnya merupakan pendukung utama Tel Aviv bersama Gedung Putih kini diam saja  tidak memberikan suaranya di PBB(abstain)saat mereka dibutuhkan oleh Tel Aviv dalam kampanye militernya di jalur Gaza.Keduapuluh lima negara yang abstain itu adalah Albania, Austria, Bulgaria, Kanada, Kroasia, Fiji, Finlandia, Georgia, Jerman, Italia, Latvia, Lithuania, Malawi, Kepulauan Marshall, Monako, Belanda, Moldova, Makedonia utara, Rumania, Swedia, Swiss, Ukraine, Inggris, Vanuatu, Paraguay.

Dalam hal ini juru bicara(Jubir)rezim komumnis Cina,Wan Wenbin mengatakan bahwa dengan mengadopsi resolusi"Admission of New Members of the United Nations "pada tanggal 10 Mei 2024 itu merupakan dukungan kuat komunitas internasional bagi kemerdekaan Palestina sekaligus menjadi anggota penuh PBB,dan Beijing mendukung resolusi tersebut ujar Wam Wenbin pula didepan berbagai media internasional.

Sekiranya Gedung Putih masih memiliki sedikit saja etika moralnya tentu Joe Biden akan segera menarik berbagai dukungannya kepada rezim Zionis israel bersamaan bisa saja memaksa Tel Aviv untuk menerima serua komunitas internasional dan mengakui kemerdekaan negara palestina yang merdeka dan berdaulat.

Meskipun dukungan bagi kemerdekaan negara palestina semakin kuat diseantero dunia ini,namun sangat disayangkan jikalau bangsa palestina sendiri  belum bersatu secara utuh terutama antara faksi Fatah dengan Hamas serta  berbagai faksi Palestina lainnya.Terkait masalah itu juga Beijing dan Moskow tampil kedepan untuk mengupayakan bagi persatuan utuh bangsa palestia yang selama ini masih  tercabik karena perbedaan sikap politiknya masing-masing,sehingga celah ini dimamfaatkan oleh Gedung Putih untuk mengadu domba sesama  bangsa Palestina  bagi keuntungan rezim Zionis israel.Gedung Putih hanya mengakui faksi Fatah dengan melabeli teroris kepada faksi Hamas ,karenanya kendatipun Hamas (Harakat Al Muqawwamu al Islamiyyah)menang secara demokratis dalam pemilu tahun 2016 Gedung Putih  bersama sekutunya tidak mengakuinya.

Komunitas internasional mengharapkan kesatuan bagi Palestina dengan wilayahnya sesuai garis perbatasan sebelum perang tahun 1967 yang pasti ditolak oleh rezim Zionis israel, sebagaimana  rencana Benyamin Netanyahu bersama kabinet perang dukungan partai ekstrimis  sayap kanannya yang hendak menghapus  Palestina di peta bumi.

Oleh sebab itu kelahiran negara Palestina merdeka dan berdaulat sesuai dengan haraapan bangsa palestina kelihatannya masih menghadapi berbagai anatangan besar kedepan,tetapi  apa yang diperlihatkan oleh sikap dukungan berbagai negara dan komunitas internasional bagi kemerdekaan Palestina saat ini merupakan modal awal bagi kemerdekaan negara Palestina.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun