Rezim Zionis Israel pimpinan PM.Benyamin Netanyahu semakin terbelit problema ,karena para pejuang kemerdekaan Palestina menerima proposal yang diajukan Mesir dan Qatar .Kepala Biro poolitik HAMAS(al Harakat al Muqawwamu al Islamiyyah)Ismael haniyah melalkukan panggilan telepon dengan Pedana Menteri(PM)Qatar Syeikh Mohamamad bin Abdurrahman Ath Thani dan Menteri Intelejen Mesir Abbas Kamel yang memberi tahukan bahwa Hamas menerima proposal persetujuan gencatan senjata tersebut, seperti dilansir  Aljazira.
Menurut sumber yang dapat dipercaya dari pihak pejuang kemerdekaan Palestina ,bahwa proposal yang diajukan oleh Mesir dan Qatar tersebut meliputi  3  fase yang masing-masingnya 42 hari .Fase  pertama penarikan pasukan Zionis israel dari koridor Netzarem yang selama ini digunakan oleh pasukan penjajah Zionis israel untuk memisahkan Gaza Utara dengan Gaza Selatan.Fase kedua mencakup penghentian operasi militer pertempuran secara  permanen ,serta penarikan total pasukan Zionis israel dari jalur Gaza.Fase ketiga mencakup langkah-lagkah untuk mengakhiri blokade jalur Gaza.
Mmenurut negosiator Hamas,Khalil Al Hayya mengkomfirmasi lebih terperinci lagi  bahwa terdapat  tiga fase dalam perjanjian gencatan senjata yang diprakarsai Mesir dan Qatar tersebut.Dalam fase pertama 50 orang perempuan  tahanan Hamas  akan dibebaskan yang dilanjutkan dengan pembebasan tahanan laki-laki pada fase berikutnya.Sementara pada fase ketiga menurut perjanjian  tersebut akan dilaksanakan proses rekontruksi untuk jangka waktu antara  tiga sampai lima tahun kedepan.Perunding(Negosiator)dari pihak pejuang kemerdekaan Palestina,Khalil Al Hayya juga menambahkan bahwa Presiden AS Joe Biden berkomitmen untuk memastikan implementasi perjaajian tersebut,namun sampai tulisan ini turun belum ada komfirmasi dari Gedung Putih.
Terkait masalah tersebut kelihatannya rezim Zionis israel semakin tercekik problema sehingga  masih terus menyerang Rafah ,karena  sekiranya proposal  ajuan Mesir dan Qatar diterima maka karir  poitik PM.Benyamin Netanyahu diperkirakan segera berakhir dan jika menolak tentu Tel Aviv semakin terpojok tertekan prustasi berat  karena semakin ditinggalkan oleh sekutunya.Suka tidak suka bagi PM.Benyamin Netanyahu saat ini kelihatannya tidak ada alternatif lain kecuali menerima proposal perjanjian gencatan senjata sebagaai langkah awal  untuk mengakhiri Genosidanya di jalur Gaza dan tepi barat palestina.
Dalam konteks ini Gedung Putih juga berada dalam problema terkait konflik Zionis Israel dengan palestina di Gaza dan tepi barat,karena Joe Biden mendapat tekanan dari  warganya sendiri yang semakin besar dengan berbagai  aksi unjuk rasa pro-Palestina di berbagai kampus diseantero negara adi dasya  tersebut.Apalagi Joe Biden (Demokrat)membutuhkan dukungan muslim AS untuk menghadapi saingan utamanya Donald Trump dari partai Republik dalam pemilu AS .Selain itu Joe Biden mendapat tekanan yang semakin besar dari berbagai negara sekutunya sendiri di Europa(EU),OKI,Liga Arab .Bahkan beberapa negara EU seperti Spanyol, Portugal,Irlandia,Malta,Belgia,yang merencanakan akan segera mengakui kemerdekaan negara Palestina bersama 140 negara anggota PBB lainnya.Â
Para elite Zionis Israel juga sekarang terancam diseret ke pengadilan kriminal internasional (ICC)setelah sebelumnya Tel Aviv digugat oleh Afrika selatan ke ICJ terkait genosidanaya di jalur Gaza dan tepi barat Palestina Sebagaimana diketahui  keputusan ICJ,bahwa Zionis israel harus melindungi warga sipil Palestina,juga pemberian akses bantuan internasional di jalur Gaza dan pembebasan sandera yang ditahan Hamas dan Zionis israel.Bagi AS dan Jerman selaku pendukung utama Zionis israel juga digugat oleh beberapa  negara ke ICC terkait sikapnya yang mendukung Tel Aviv dalam genosidanya di jalur Gaza.Berbagai gugatan tersebut tentu akan berdampak negatif bagi negara yang menganggap dirinya sebagai pelopor demokrasi yang menjunjung tinggi hak asasi manusia.
Akan tetapi dukungan AS kepada Zionis israel selama ini dalam genosidanya di jalur Gaza sehingga melakukan tindakan brutal terhadap mahasiswa pro-Palestina diberbagai kampus terkemuka di seantero AS bisa dipastikan telah mencederai demokrasi membungkam hak  berekpresi di AS.Joe Biden tidak adaa  alternatif lain kecuali menekan Zionis israel supaya segera menghentikan kebiadabannya di jalur Gaza dan tepi barat Palestina,serta merealisasikan proposal bersama  negara sekutu Arab-nya untuk pembentukan negara palestina sesuai garis perbatasan wilayah palestina  sebelum perang sepekan Juni  tahun 1967.Â
Sikap problematik AS terkait  konflik Zionis Israel dan Palestina perlu segera diakhiri oleh Joe Biden jika  ingin memenangi Pemilu untuk kedua periode jabatannya di Gedung Putih seiring melawan pengaruh Rusia,Cina yang semakin  besar dikawasan Timur Tengah.Oleh sebab itu tidak mustahil Gedung Putih akan mendukung proposal perjanjian yang diajukan Mesir bersama Qatar serta menekan Zionis Israel untuk menerimanya  dan mengakhiri genosidanya di jalur Gaza dan tepi barat palestina.Presiden AS,Joe Biden memang  menolak rencana Tel Aviv untuk menyerang Rafah,tempat berlindungnya  jutaan warga Palestina yang mengungsi dari kebiadaban  Zionis israel.Ataupun  jika PM.Benyamin Netanyahu masih  tetap menolaknya,mungkinkah Gedung Putih akan mengorbanakan pemimpin partai likud bersama elite partai politik  ekrtimis sayap kanan Zionis Israel lainnya ?Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI