Mohon tunggu...
Nurdin
Nurdin Mohon Tunggu... Guru - Guru Sejarah

sebagai guru sejarah dan sosiologi di SMA di kota Bandung tentu saja perlu berwawasan luas,karenanya saya selalu suka membaca dan menulis untuk memperluas wawasan yang masih sempit ini.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Muka Indonesia Tercoreng, Sampang Bergolak Kembali!

27 Agustus 2012   09:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:16 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk kesekian kali wajah Indonesia tercoreng ,padahal berbagai kasus serupa belum juga tuntas seperti di Bogor terkait Gereja Yasmin,Cikecik terkait Ahmadiyah dan terkahir Sampang terkait dengan masalah Syiah,dan masih banyak lainnya.

Kerusuhan di Sampang Madura itu sebenarya bukanlah yang pertama,tetapi hal serupa juga terjadi pada tanggal 29 Desmber 2011 ketika sekelompok orang menyerbu komunitas Syiah di Nangkernang,Desa Karang GayamKecamatan Omben,Kabupaten Sampang Madura.Dalam kerusuhan tersebut juga ribuan warga Syiah harus diungsikan ke GOR Sampang,karena pesantren Misbahul Huda pimpinan Tajul Muluk diobakar beserta rumha-rumah sekitarnya.Dalam kerusuhan tersebut Tajul Muluk dituding menodai agama sehingga kini sedang menjalani hukuman penjara sampai sekarang.

Padahal tingkat kerawanan yang tinggi di Sampang terkait dengan komunitas Syiah dengan mayoritas warga lainnya sejak dulu sudah diketahui oleh aparat kemananan,apalagi telah terjadi sebelumnya yang juga modus operandinya sama.Namun demikian sangat mengherankan kita jika hal tersebut justeru bisa terulang kembali hanya dalam waktu 8 bulan saja.Bagaimana sesungguhnya upaya aparat keamanan,pemuka agama setempat dan tokoh-tokoh masyarakat Sampang khususnya dan Madura pada umumnya itu sehingga  konflik bisa meledak kembali.

Islam tidak mengajarkan kekerasan,tetapi sebaliknya justeru sangat menghormati keberagaman .Islam sangat toleran kepada siapapun selama tidak mengusik Islam.Dan jika memang dalam masyarakat yang multi kultural terjadi gesekan-gesekan itu merupakan suatu kewajaran,akan tetapi perlu segera diberi pencerahan oleh pemuka kelompok masyarakat itu sendiri.Pemerintah dan pemuka ,Ulama dan sesepuh masyarakat perlu berembug untuk mengentaskan masalah tersebut.

Akan tetapi sepertinya hal semacam itu kurang berjalan,sehingga kerusuhan terulang kembali dan menimbulkan korban jiwa dan massa membakar kediaman komunitas Syiah.Sudah menjadi tradisi rejim ini,jika sudah terjadi sesuatu komflik baru ribut dan  berteriak dan saling menyalahkan satu sama lainnnya.Dan ada pihak-pihak yang menuding aparat keamanan tidak neutral dalam menangani kerusuhan cenderung memihak mayoritas .Sementara Menkopolhukam,Joko Suyanto menuding Ulama yang lalai membina umatnya dan aparat kemamanan kecolongan  .Lalu SBY menyalahkan lagi ,bahwa kerusuhan bisa terjadi lagi karena intelijen lokal kurang tanggap.

Dalam konstalasi seperti itu sebenarnya tidak efektif jiika hanya saling menuding tanpa berupaya mencari solusi untuk mengentaskan masalah itu,sehingga konflik horizontal  terulang kembali di Sampang dengan modus operandinya  diperkirakan juga sama.Terkait dengan masalah itu masih terdapat lagi daerah-daerah yang potensi kerusuhannya juga sama,seperti kasus-kasus Ahmadiyah ,dan semakin banyak jika ditambah dengan kasus-kasus perebutan lahan yang bisa dibelokkan kemasalah etnis dan sebagainya.

Karenanya sekarang bukan hanya dijadikan wacananya saja,tetapi perlu tindakan nyata dilapangan untuk menyeesaiakan masalah tersebut.Soalnya aksi-aksi brutal semacam itu semestinya tidak pernah terjadi sekiranya umat benar-benar menjalankan syariat Islam secara utuh.Meskipun Indonesia bukanlah negara Islam,tetapi jika terjadi kerusuhan semacam itu masyarakat internasional akan tetap menuding Islam sebagai biang keroknya.Padahal aksi-aksi kekerasan hanya dilakukan oleh sekelompok kecil warga yang memakai label islam dalam berbagai aksinya,meskipun Islam melarang memaksakan keyakinannya kepada pihak pihak lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun