Judul buku: Apa yang Kita Pikirkan Ketika Kita Sendirian - The Art of Solitude
Penulis: Desi Anwar
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: Kedua, Maret 2021
Tebal buku: x + 221
ISBN: 978-602-06-4960-3
ISBN digital: 978-602-06-4961-0
Buku yang merupakan kumpulan renungan dan pikiran acak yang ditulis Desi Anwar di masa pandemi ini, Â awalnya dijadikan referensi untuk mengatasi 'siksaan kesendirian' pada masa-masa karantina selama pandemi.
Di masa sekarang, setelah pandemi berlalu, buku ini juga bisa kita gunakan sebagai panduan dalam berinteraksi dengan diri sendiri. Menyegarkan pandangan-pandangan kita tentang hidup dan kehidupan. Mengapa kita perlu membaca buku ini? Antara lain karena alasan berikut.
Desi Anwar membuka bukunya dengan Pendahuluan tentang pentingnya mengembangkan seni berdialog dengan diri sendiri. Seni menghadapi kesendirian yang tidak menyiksa, tetapi sebaliknya, Â justru bisa menyembuhkan.
Desi Anwar mengajak kita benar-benar menyelam dalam diri kita sendiri. Memahami kepribadian dan pemikiran kita secara jujur. Hal ini dijelaskan secara detail dalam tiga bab pertama: Orang di Cermin, Nikmatnya Melamun dan Seniman Batin.
Buku ini terbagi menjadi beberapa bab. Ada beberapa bab yang saling terkait, seperti bab "Mesin Cerdas," yang membahas teknologi kecerdasan buatan dan pengaruhnya terhadap pikiran dan kehidupan manusia. Bab ini diikuti oleh "Pemikiran tentang Kecerdasan Mesin" dan "Apakah Kita Masih Akan Tetap Berguna?" yang memperluas pembahasan tentang bagaimana teknologi membentuk cara kita memandang dunia dan diri sendiri. Hubungan ini memberikan alur yang runtut dan memperkaya pemahaman kita tentang dampak teknologi pada kehidupan modern. Dan ada juga bab yang terpisah dengan bab sebelum dan sesudahnya. Misal pada judul "Konsekuensi yang Tak Diinginkan - Aturan Ego". Tetapi, jika kita baca secara tuntas, keseluruhan bab sebenarnya saling terkait. Â
Desi Anwar membahas berbagai macam hal tentang keseharian kita, mulai dari hal-hal yang sederhana namun reflektif, seperti dalam bab "Nikmatnya Melamun". Hingga masalah mendasar dan krusial, seperti "Pencarian Makna" dan "Makna Hidup". Dengan demikian, ada bagian yang bisa kita baca sambil lalu karena begitu ringannya, tetapi di bagian lain kita akan diajak mendalami topik yang kompleks dan menggugah pikiran. Namun, secara keseluruhan buku ini menawarkan perspektif yang segar dan mendalam.
Sebagai buku yang tergolong self-development, Desi Anwar berhasil dengan cermat mengajak kita memilah persoalan-persoalan sebagai diri pribadi maupun makhluk sosial. Kekawakan Desi Anwar dalam dunia jurnalis tidak perlu diragukan lagi. Sebagai jurnalis senior di CNN Indonesia dan Metro TV, Desi menarasikan dengan gaya yang mengalir dan membumi, tanpa kesan menggurui. Gaya Desi Anwar yang membumi tampak dalam pembahasannya tentang "Individualisme" dan "Realitas", di mana ia mengubah hal sederhana yang sudah kita pahami sehari-hari menjadi momen refleksi yang penuh makna.
Kekuatan buku ini terletak pada kedalaman penggambaran perjalanan memaknai hidup dan hakikat pencapaian sebenarnya.