Mohon tunggu...
Nurdin Aceh Timur
Nurdin Aceh Timur Mohon Tunggu... -

Pengawas sekolah menengah Disdik Aceh Timur

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

SMK Unik dengan Kurikulum Dayah

6 Februari 2014   23:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:05 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebih dari 10 tahun sudah saya tidak lagi melakoni tugas sebagai guru di kelas. Tugas sebagai guru yang sehari-harinya berada di sekolah, berinteraksi dengan siswa, sesama guru, dan warga sekolah lainnya sudah lama tidak menjadi rutinitas harian. Meski saat ini sesekali saya masuk ke dalam kelas, biasanya hanya untuk memantau kinerja guru saja dalam pembelajaran, tidak lagi menjadi aktor utama yang mendesaian aktivitas di kelas.

Rindu kadang datang, bernostalgia dengan bermacam kenangan saat mengajar. Karakter siswa yang beragam terkadang memang bisa bikin senyum-senyum sendiri. Gila. Mungkin memang ia, kegilaan pada tugas guru itu juga yang telah membuat saya betah dan tetap bertahan di dunia pendidikan ini.

Tugas sebagai pengawas kembali dilakoni sejak 1 Oktboer 2013, setelah rehat 2 tahun karena mendapat tugas lainnya. Menjabat sebagai pengawas sekolah adalah amanah yang berbuah berkah bagi saya. Tugas ini kembali membuat saya bisa mengunjungi sekolah-sekolah, tempat dimana saya bisa kembali ke masa lalu dengan berbagai situasi yang berbeda dan unik sekali.

Kemarin, hari Rabu tanggal 5 Februari 2014 saya mengunjungi salah satu SMK binaan di Kabupaten Aceh Timur. Sudah 5 bulan bertugas tapi baru hari itulah saya kunjungi sekolah ini. Tentu ini bukan contoh pengawas yang baik. Kenapa hal ini terjadi, ternyata karena dalam SK pembagian tugas pun nama sekolah ini berbeda, artinya saya ditugaskan di sekolah yang sekolah itu ternyata memang tidak ada alias salah nama.

SMK Plus Amal namanya. terletak di dekat persawahan, tersembunyi oleh mesjid, tidak ada petunjuk jalannya. Sampai bingung mau masuk dari mana. Untung saja ada anak-anak puteri berseragam putih Abu-abu terlihat turun dari lantai 3 di tengah persawahan. Putar arah masuk ke pinggir toko warga, dan benar saja ada jalan tikus menuju ke kantor bersama. Kenapa kantor bersama, karean di ruangan yang ukuranya 4 x 5 meter (kurang lebih itu) bergabunglah kantor Yayasan, Kantor Kepala SMK, Kepala SMA, dan Kepala SMP, serta Kepala SD Plus Amal. jadi bingung kan mana kepala SMK nya.

Mengunjungi ruang belajarnya, sangat sederhana, hanya sebesar 1/2 dari ruang kelas di sekolah lain. Kelas puteri dan kelas putera terpisah. Nah ini mirip dengan pola pembagian kelas di pesantren (Dayah). Jam pembelajaran dimulai pukul 8.00 s.d pukul 11.30. setelah itu siswa istirahat tidur siang. Pukul 13.00, siswa bangun untuk shalat zuhur, makan siang, dan mengaji sampai pukul 16.00. Setelah shalat ashar berjamaah, siswa lanjut pelajaran Bahasa Inggris dan Bahasa Arab hingga pukul 18.00. WIB. selanjuntya, pada malam hari, kegiatan pembelajaran menggunakan kurikulum dayah.

Dari hasil bincang-bincang, ternyata ketua yayasan juga berencana untuk membuka Sekolah Tinggi Islam di kompleks dayah ini. Wah luar biasa, di sebuah desa kecil, ada SD, SMP, SMA, SMK, dan STIS. Ini akan jadi yang pertama di Aceh Timur, mungkin biasa di tempat lain tapi tidak untuk Aceh Timur.

Saat pemerintah propinsi meminta agar sekolah-sekolah di bawah yayasan ini untuk dinegrikan saja, ketua yayasan menolak. Apa alasannya. Dia tidak berani menegrikannya sebab itu melanggar amanah guru beliau. Luar biasa ketaatannya pada Guru. Sehingga semua amanah itu masih tetap dijaganya. Beliau pun menyatakan bahwa apa yang diperolehnya, segala bantuan, semua kemudahan yang datang, adalah berkat adanya doa dari guru. Keyakinan yang jarang sekali dimiliki oleh para murid.

Saya pun bertekad untuk memberikan yang terbaik semampu saya demi kemajuan sekolah ini. Semoga doa para pembaca selalu mengiringi langkah-langkah saya ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun