S : SMK pertanian tidak banyak di Aceh Timur, yang secara khsusus membuka jurusan pertanian kalau tidak salah ada 3 sekolah.
T : Apa kegiatan mereka? Maksud aku apakah ada kegiatan seperti pengembangan pertanian organik, dan hal-hal yang berhubungan dengan itu.
S : yang ke arah pertanian organik belum ada. Paling-paling juga kegiatannya seputaran praktek-praktek pertanian biasa.
T : berarti sama dengan kegiatan di Fakultas pertanian, ya?
S Â : begitulah kira-kira. Kan para gurunya juga tamatan dari kampus itu.
T : Aku pikir ada kegiatan yang berhubungan dengan pertanian organik. Karena kulihat sekarang ini padi lokal kita itu makin susah dicari bibitnya. Kalau SMK ini lembaga pendidikan seharusnya ada upaya pelestarian bibit lokal ini, paling tidak untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan. SMK mestinya mengembangkan demplot-demplot bibit lokal itu.
S: Dari pemantauan selama ini, belum ada SMK yang punya kegiatan itu.
T : kalau kita tidak selamatkan bibit lokal kita, suatu saat kita tidak bisa menanam padi lagi. Bibit padi sekarang harganya mahal. yang 5 Kg saja sekarang harganya sudah Rp. 250.000. Bukan mustahil kalau permintaan makin banyak harganya bisa 1 juta tahun depan.
S: mestinya memang begitu. lembaga sosial juga tidak bisa bekerja sendiri-sendiri, belum ada di kurikulum kita yang spsesifik bergerak pada kegiatan petanian organik.
T : Betul, makanya ini momen yang sangat baik untuk menindak lanjuti. Di diklat kita sekarang fokus pada budidaya padi lokal kita. Khawatir kita dengan keadaan ke depan. Kalau petani tidak diberikan bibit, suatu saat bisa saja petani kita tidak punya uang untuk melakukan kegiatan pertanian.
S: jelas, modal bertani semakin lama kan semakin besar. harga makin tinggi sementara inflasi juga jalan terus.