Mohon tunggu...
Nurdian
Nurdian Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Bebas

Mohon maaf jika banyak kekurangan, Saya hanya seorang pemula. Semoga dimaklumi.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kenali Modus Pencurian Data Pribadi untuk Pinjaman Online Ilegal

5 Juli 2024   00:04 Diperbarui: 5 Juli 2024   00:05 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.infoindonesia.id/

Pencurian data pribadi untuk keperluan pinjaman online (pinjol) secara ilegal menjadi ancaman serius di era digital saat ini. Dengan maraknya penggunaan teknologi informasi, para pelaku kejahatan semakin canggih dalam operasi mereka. Mereka menggunakan berbagai metode untuk mengakses informasi pribadi pengguna tanpa izin, sering kali dengan tujuan untuk mengajukan pinjaman online (pinjol) atas nama korban. Masalah ini tidak hanya merugikan secara finansial tetapi juga dapat merusak reputasi individu yang menjadi sasaran. Artikel ini bertujuan untuk mengedukasi pembaca mengenai modus operandi pencurian data pribadi tersebut, serta memberikan wawasan mengenai metode yang umum digunakan oleh pelaku kejahatan. Selain itu, artikel ini juga akan membahas cara mencegah dan melindungi diri dari ancaman ini.

Pencurian data pribadi untuk pinjaman online (pinjol) secara ilegal sering kali melibatkan pendekatan yang canggih dan strategi yang berlapis. Penjahat siber biasanya memulai dengan phishing, teknik manipulatif yang menjebak korban untuk memberikan informasi pribadi seperti nomor KTP, nama ibu kandung, alamat, dan nomor telepon. Selanjutnya, mereka dapat menggunakan malware atau perangkat lunak berbahaya untuk menginfeksi perangkat korban dan mencuri data tanpa sepengetahuan pengguna.

Dalam beberapa kasus, peretas mungkin mengandalkan serangan social engineering yang memanfaatkan kelemahan manusia, seperti meminta informasi pada pihak ketiga yang terhubung dengan korban. Setelah memperoleh data pribadi, pelaku akan menggunakan informasi ini untuk mengajukan pinjaman online (pinjol), melewati langkah-langkah verifikasi dengan menggunakan data curian sebagai identitas mereka.

Salah satu metode yang paling umum digunakan dalam pencurian data pribadi adalah phishing. Dalam metode ini, penyerang mengirim pesan atau email yang tampak resmi dan meyakinkan, mengarahkan korban untuk mengklik tautan atau memberikan informasi pribadi mereka.

Selain itu, malware sering digunakan untuk mencuri data. Malware adalah perangkat lunak berbahaya yang diinstal pada perangkat korban tanpa sepengetahuan mereka. Setelah terinstal, malware dapat mengakses data sensitif dan mengirimkannya ke penyerang.

Social engineering juga sering digunakan, dimana penyerang memanipulasi psikologi korban untuk mendapatkan informasi personal. Misalnya, mereka bisa menyamar sebagai karyawan institusi finansial dan meminta korban memberikan data pribadi. Aplikasi palsu adalah metode lain yang dilakukan dengan menawarkan aplikasi yang tampaknya sah, tetapi sebenarnya dirancang untuk mencuri data pengguna. Ketika pengguna mengunduh dan menginstal aplikasi ini, data pribadi mereka menjadi terancam.

Peluang pencurian data pribadi untuk pinjaman online (pinjol) secara ilegal dapat lolos verifikasi karena beberapa faktor utama:

1. Pencuri data yang berpengalaman sering kali mendapatkan data pribadi yang tepat dan valid, seperti KTP, nomor telepon, alamat email, dan informasi finansial lainnya. Dengan informasi yang akurat ini, mereka bisa dengan mudah melewati proses verifikasi yang dirancang untuk melindungi data pengguna. Seringkali, pencuri data ini memiliki akses ke pasar gelap online di mana data pribadi dijual secara bebas, meningkatkan risiko kebocoran informasi

2. Banyak platform pinjaman online (pinjol) masih bergantung pada algoritma verifikasi otomatis yang memiliki celah keamanan. Algoritma ini dirancang untuk memproses data dengan cepat, tetapi seringkali kurang dalam mendeteksi anomali atau pola yang mencurigakan. Akibatnya, data palsu atau curian dapat dengan mudah diotorisasi oleh sistem tanpa deteksi kesalahan yang memadai. Selain itu, beberapa platform mungkin tidak secara rutin memperbarui sistem keamanan mereka untuk menghadapi ancaman baru yang terus berkembang

3. Teknik pemalsuan identitas telah berkembang pesat, dengan manipulasi dokumen baik secara digital maupun cetak menjadi semakin canggih. Teknologi seperti deepfake juga digunakan untuk membuat video atau suara palsu yang tampak sangat meyakinkan. Hal ini membuat sistem verifikasi konvensional menjadi rentan karena sulit untuk mendeteksi keaslian dokumen dan identitas yang disajikan kepadanya. Pemalsuan ini bahkan dapat mencakup rekayasa sosial untuk mendapatkan kepercayaan korban atau perusahaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun